“Di atas partai, bukan petugas partai. Wawasan kebangsaan, bukan wawasan kepartaian. Loyalitas pada negara, bukan loyalitas pada partai. Untuk kepentingan negara, bukan untuk kepentingan partai. Memperkuat negara, bukan memperkuat partai”.
Itu yang seharusnya dilaksanakan dan diajarkan oleh partai kepada semua kadernya. Tetapi itu pula yang dirasakan hilang saat ini di partai-partai. Apa yang terjadi sebaliknya, kader-kader menjadi petugas partai, membela keselamatan partai, mengutamakan kepentingan partai, menjalankan agenda partai, memenangkan dan membesarkan partai. Di mana negara? Mungkin sebagai alat-nya kader untuk membesarkan partai. Kader-kader yang menjadi pejabat negara, menjadi petugas partai. Benar-benar salah kaprah.
Siapa pemilik negara? Rakyat. Maka rakyatlah yang seharusnya dipertimbangkan oleh partai. Rakyatlah yang didahulukan oleh partai, rakyatlah yang dilayani, dibela dan dilindungi. Rakyatlah yang menjadi konstituen dan klien utama partai. Maka sudah seharusnya partai-partai lantang membawa dan memperjuangkan aspirasi rakyat. Tapi apa mau dikata, partai-partai lemah bersuara jika untuk kepentingan rakyat.