Noice Logo
Masuk
Masuk
Go Back
Cerita Dibalik Duit

Cerita Dibalik Duit

186 EPISODE · 36 SUBSCRIBERS

Podcast yang membahas soal saham, investasi, bisnis hingga isu isu perduitan secara umum, dan secara khusus topik tertentu seperti sektor yang sudah dikuasai. Saya adalah investor pasar modal sejak 2018 dan ini cerita, penemuan dan opini saya. Dengarkan episode terbarunya setiap Rabu dan Sabtu pukul 17:00 WIB. Traktirin cendol untuk mendukung saya minimal Rp5rb di trakteer.id/rinaliando/tip. Follow juga @plbk.investasi di Instagram, Threads, Tiktok dan Youtube. Kolaborasi, iklan dan pertanyaan di plbkrinaliando@gmail.com.

Follow
Subscribe
Share
Episode
Terbaru
See More
Masihkah Banyak Anak Banyak Rejeki?

Masihkah Banyak Anak Banyak Rejeki?

Cerita Dibalik Duit

Topik dalam episode kali ini sebenernya bukan yang pertama di podcast ini. Beberapa episodenya bisa bro and sis dengarkan di s.id/keluarganikahdanekonomiplbk. Sudah saya jadikan satu playlist. Namun, topik soal bagaimana pernikahan, keluarga dan anak ini masih tetap menarik untuk dibahas. Apalagi ketika ada trigger yang menarik perhatian saya. Jadi, ada wacana kebijakan dari Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi, yang “menekan” para lelaki untuk mau ber-KB (Keluarga Berencana) juga dengan melakukan vasektomi. KB selama ini sangat identik dengan perempuan, termasuk berbagai alat dan obat obatannya selalu untuk perempuan. Hanya ada 1 KB yang umum digunakan lelaki (k0nd0m). Hal ini terutama dilakukan untuk lelaki beristri yang berasal dari keluarga miskin, dimana harapannya mereka tidak melulu membuat anak jika kondisi ekonomi mereka tidak memungkinkan untuk punya anak banyak. Untuk lebih menarik, KB ini seakan jadi syarat “wajib” memperoleh bansos dan beasiswa (untuk anaknya) dari pemerintah. Di luar perdebatan ini apakah termasuk tindakan fasis/otoriter (memberangus, mengintervensi hak individu) dan efektif tidaknya, serta masih perlu ada edukasi KB yang baik dan benar untuk dampak jangka panjang, namun situasi kemiskinan dan “mewarisi” kemiskinan yang seperti lingkaran setan ini dan berdampak lebih jauh pada ekonomi, pendidikan dan mentalitas memang benar benar perlu menjadi perhatian serius. Perhatian itu, dimulai dari keluarga sendiri. Pemerintah punya pekerjaan sendiri, tapi keluarga juga punya peran. Kita akan bahas topik ini, seringan mungkin. Follow semua media sosial PLBK di @plbk.investasi. Dukung keberlanjutan PLBK dan podcast ini melalui teer.id/rinaliando
17 Menit
CheckAdd to QueueDownload
Bagaimana Non Tunai (Cashless) Mengubah Cara Bayar dan Cara Mendidik Anak Anak Kita

Bagaimana Non Tunai (Cashless) Mengubah Cara Bayar dan Cara Mendidik Anak Anak Kita

Cerita Dibalik Duit

Belakangan ini, entah kenapa saya sering banget membaca keluhan netijen di media sosial manapun (termasuk di Threads ini) soal mulai banyaknya merchant atau toko atau penjual yang mulai memberlakukan cashless only (atau hanya bayar non tunai). Non tunai disini, belakangan malah lebih spesifik hanya menerima QRIS. Ngga lagi menerima kartu (kredit/debit) seperti yang biasanya berlaku. Penggunaan EDC atau mesin gesek kartu ngga banyak ditemukan, sementara EDC yang kini dikenal pun beralih fungsi sebagai penyedia/penampil kode QRIS dan untuk menyambut era baru pembayaran kartu (tap/QRIS tap/paywave NFC). Apa tanggapan saya soal keluhan tersebut? Keluhan soal apa apa cashless ini, yang kemudian berhubungan dengan digitalisasi, menjadi personal buat saya karena mulai banyak alasan atau excuse penerapan produk teknologi apapun yang terkesan selalu memaklumi kondisi kondisi tertentu. Misalnya karena sudah berumur/tua jadi kesulitan memahami dan menggunakan teknologi. Meski hal ini menuntut perbaikan serius dari penyedia teknologi agar inklusif, namun mulai dari sekarang agaknya kita juga perlu mengajarkan anak anak kita di masa mendatang (baik sekarang kita sudah jadi orang tua maupun belum) untuk melakukan sesuatu terkait pengenalan teknologi seperti ini. Ternyata ini ngga hanya soal mempersiapkan mereka, tapi kembali pada diri kita, sebagai investasi di masa tua. Kok bisa? Follow semua media sosial PLBK di @plbk.investasi. Dukung keberlanjutan PLBK dan podcast ini melalui teer.id/rinaliando
20 Menit
CheckAdd to QueueDownload
Dunia Ritel Belanja Indonesia Tidak Baik Baik Saja

Dunia Ritel Belanja Indonesia Tidak Baik Baik Saja

Cerita Dibalik Duit

Menjelang Lebaran kemarin, dunia ritel belanja Indonesia harus berpisah dengan satu nama yang resmi menutup semua gerai mereka. Namanya Lulu Hypermarket. Mungkin nama ini agak asing di telinga sebagian besar bro and sis, terutama yang tinggal di luar Jabodetabek. Maklum, dari awal mereka beroperasi hampir 10 tahunan terakhir, mereka hanya ekspansi di sejumlah titik di Jabodetabek. Bisa dibilang hanya terhitung jari lah, seperti di BSD, Sentul dan Cakung. Lulu ini asalnya dari Uni Emirat Arab, atau orang kebanyakan kenalnya Abu Dhabi. Lulu memutuskan hengkang menjelang Idul Fitri lalu, dan mengumumkan clearance sale atau cuci gudang di media sosial mereka. Berita soal ini juga muncul di Detikcom, dimana jurnalis mereka melaporkan bahwa pembersihan ini sudah terlebih dahulu dilakukan untuk produk produk kebutuhan sehari hari, sehingga sudah hampir tidak ada display barang dan tersisa barang yang belum laku serta sejumlah barang elektronik dan barang fashion yang ikut cuci gudang tadi. Bentar, giliran gini aja Detikcom cepet amat beritain. Giliran Transmart masih tutup perlahan di sejumlah tempat malah diem diem bae. Eh, kan segrup ya. Lupa ane hehehehhe Fenomena ini, kemudian Transmart yang masih tutup secara diam diam, meski sudah ngga secepat dibanding beberapa tahun lalu dan sejumlah gonjang ganjing yang makin terdengar di industri ritel belanja mengindikasikan sesuatu hal yang menarik perhatian saya untuk dibahas dalam episode ini. Apakah ini memang isu ekonomi? Atau hanya soal perubahan preferensi pelanggan? Atau kombinasi keduanya? Hmmm… Baca konten terkait di https://s.id/ritelbelanjaplbk Follow semua media sosial PLBK di @plbk.investasi. Dukung keberlanjutan PLBK dan podcast ini melalui teer.id/rinaliando
18 Menit
CheckAdd to QueueDownload

Kreator

Buka semua fitur dengan download aplikasi Noice
Kunjungi App