Podcast The Cho Sisters

Cho Sweeney dan Cho Rijo berbagi kisah bagaimana mereka masuk ke dalam kompetisi, plus apa yang terjadi ketika hasil kompetisi tidak sesuai harapan, alias kalah... lah... lah.... Cho Rijo berpegang pada kalimat inspirasi dari Roger Federer, juara tenis dunia: "When you're competing, it has to be the most important thing in the world, and it is. But when it's behind you, it's behind you. This mindset is really crucial, because it frees you to fully commit to the next point and the next point after that, with intensity, clarity, and focus." Bagian paling penting dari berkompetisi adalah membentuk mental: 1) rendah hati, 2) berkompetisi dengan diri sendiri, dan 3) pentingnya bouncing back setelah kalah. Kakak-Abang-Adik pendengar, di tengah hidup yang isinya kompetisi melulu, apakah kalian memiliki mental berkompetisi? Yuk bagikan cerita kalian ke podcast.thechosisters@gmail.com atau IG @podcast.thechosisters. Semangat berkompetisi!

Setelah melakukan pembahasan dengan calon pasangan tentang (setidaknya) tiga hal yang sangat krusial dalam tahap prewedding talks, tentu saja persoalan tidak serta merta hilang lenyap begitu saja. Bagi yang memutuskan untuk lanjut, berarti mulailah babak baru: Persiapan pernikahan. Bisa dibilang ini adalah simulasi kehidupan pernikahan yang sebenarnya. 'Badai'nya bisa dalam bentuk urusan receh sampai yang menyangkut prinsip. Bagaimana menghadapinya? Kunci yang paling penting adalah kenali, percaya, dan fokuslah pada dirimu, pasanganmu, dan hubungan kalian. Kita tidak bisa melarang badai datang, namun setidaknya pasangan adalah pendamping dalam bertarung, bukan malah menjadi yang ditarungi. Bagi yang merasa ragu apakah si dia adalah pasangan hidup yang tepat, ada juga kuncinya nih. Jujurlah pada dirimu sendiri, apakah perbedaan yang ada masih bisa dijembatani atau tidak. Jangan membuang waktumu dan calon pasanganmu. Kalau patah hati, gimana doongg? Ya gapapa... Percayalah, waktu akan menyembuhkan dan hidupmu akan baik baik saja. Ingatlah, orang pertama yang harus memperjuangkan kebahagiaanmu adalah dirimu sendiri. Semoga melalui sharing Cho Rijo dan Cho Sweeney dalam episode kali ini, Kakak Abang dan Adik pendengar boleh mendapatkan manfaatnya, ya. Buat yang mau menyampaikan opini, kritik, saran, ataupun pengen curhat, yuk email ke podcast.thechosisters@gmail.com, atau DM ke Instagram @podcast.thechosisters. Selamat mendengarkan!

Bagian paling akhir dan ruwet dari Trilogi Prewedding Talks dari Podcast The Cho Sisters adalah tentang anak. Mau memiliki anak atau tidak, berapa banyak, jenis kelaminnya apa saja, kalau tidak bisa punya anak bagaimana, deeste deesbe, sering kali menjadi sebuah hal yang kita kira bisa kita kendalikan sepenuhnya. Padahal, ayo mengaku saja, siapa di antara Kakak, Abang, dan Adik pendengar yang bisa berkata lantang, yakin 100% bahwa setelah menikah pasti memiliki anak? Berapa banyak pendengar podcast ini yang sudah berusaha, tapi belum juga dikaruniai anak? Banyak. Anak adalah anugerah, kapan dan seberapa banyak diberi itu tergantung pada Pemberi Anugerah, yang tentunya juga memberikan kekuatan untuk membesarkan anak-anak tersebut. Kita bisa jungkir balik sampai bagaimanapun juga, kalau diberi, ya pasti memiliki. Kalau tidak diberi, ya tidak akan memiliki. The Cho Sisters berbagi pendapat dan pengalaman soal keberadaan anak ini, dan mengaitkannya tipis-tipis dengan faktor in-laws dan money. Cerita miris campur tangan sekampung dalam hal punya anak sudah sering kita dengar, begitu pula soal faktor uang saat mempertimbangkan punya anak/tidak. Menurut kalian bagaimana, apakah anak adalah salah satu topik pembicaraan sulit sebelum memasuki pernikahan? Mendingan dibicarakan di depan. Beda ekspektasi saat sudah menikah bisa bikin rungsing dan sakit kepala, sesederhana perkara harus punya anak cowok atau cowok/cewek bukan masalah, lho! Suarakan pendapat kalian ke email podcast.thechosisters@gmail.com atau DM ke Instagram @podcast.thechosisters. Terima kasih sudah mengikuti Trilogi Prewedding Talks, semoga Kakak-Abang-Adik pendengar mendapat manfaatnya. Buat kamu yang sedang berada di persimpangan, mau bertahan atau tinggalkan setelah ngobrol topik yang susah-susah ini dengan pasangan, nantikan episode kami berikutnya yang semoga bisa menguatkanmu dalam mengambil keputusan.

"Ada uang, Abang disayang. Ga ada uang, Abang dibuang." Pernyataan tersebut seringkali jadi bahan lucu-lucuan dalam sebuah hubungan romansa, tapi pada kenyataannya uang adalah satu dari tiga topik berat yang harus dibicarakan sebelum memutuskan menikah. Apa pasal? Setiap hari kita berurusan dengan uang, kita memerlukan uang untuk memulai dan memelihara keluarga, sehingga ketika masih berpacaran perlu banget ngobrolin sikap terhadap uang (bagaimana attitude terhadap kondisi kelimpahan dan kekurangan), cara mengatur uang, dan seterusnya. Semakin awal membicarakan perihal uang, semakin mulus menjalani bahtera rumah tangga di kemudian hari. Bukan karena tidak ada lagi tantangan, tapi karena sudah ada ancer-ancer: dalam situasi X, kami akan bertindak Y. Semua sudah ada bayangan, meskipun tidak persis sama dengan kenyataan. Apa pendapat Kakak, Abang, dan Adik pendengar? Sila berbagi ke podcast.thechosisters@gmail.com atau DM di Instagram @podcast.thechosisters. Selamat mendengarkan sesi kedua dari Trilogi Prewedding Talks. Stay tuned terus sampai pada topik terakhir di pekan depan.

Kita semua mau pernikahan happily ever after. Namun ada tiga hal sensitif yang berpotensi bikin bahtera rumah tangga oleng: in-laws (keluarga pasangan), uang, dan anak! Ketiganya adalah pemicu konflik nomor satu. Satu A, satu B, dan satu C. The Cho Sisters membuat edisi Trilogi Prewedding Talks iniuntuk berbagi pengalaman dan opini kami tentang deep talk (well… at least talk lah…) yang wajib dilakukan bersama calon pasangan, sebagai salah satu persiapan untuk menghadapi realita pernikahan. Pada episode perdana ini, kita langsung bahas topik yangpaling bikin deg-degan: The In-Laws! Sering kali, pasangan yang merencanakan untuk menikah akan lebih fokus diskusi venue dan dekorasi atau menu catering. Namun sesungguhnya pembahasan tentang calon keluarga inti pasanganmu jauh lebih penting daripada berdebat soal jumlah tamu atau dress code keluarga. Ini bukan soal meeting antar calon besan untuk ngitung jatah kontribusi, lho! Ini murni tentang kita dan calon pasangankita, dan orang-orang yang kelak akan jadi satelit di orbit pernikahan kita. Saat kamu menikah, kamu bukan cuma dapat pasangan, tapi dapat satu paket lengkap. Isinya: Calon Mertua, Calon Ipar, dan segala 'fitur' bawaannya. Kenapa sih penting banget untuk kenal siapa saja yang ada di paket itu, jauh sebelum kamu mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga? Kita perlu kenal dengan mereka dan segala kisah dan karakternya, karena mereka sangat mungkin akan ikut memberi "bumbu" di dalam rumah tangga. Terus apa yang kita harapkan dari pembahasan ini? Kita bisa belajar melihat realita dan "what to expect" sejak awal. Kita belajar untuk tidak berdelusi dengan berharap hal-hal yang kurang bisa kita terima itu "menguap" entah ke mana setelah menikah. Kejutan selalu akan ada, itu pasti! Namun kita bisa mengantisipasi bahkan bernegosiasi dengan calon pasangan. Kakak, Abang, dan Adik pendengar, semoga obrolan kita kaliini bukan sekadar jadi teman di perjalanan, tapi juga bahan perenungan serius yang bisa langsung kamu diskusikan sambil ngopi bareng calon pasanganmu weekend ini. Jangan sampai ketinggalan, ya… Pastikan kamu juga mendengarkan dua episode selanjutnya. Kalau ada kritik, saran, masukan, atau pengen curhat sekalian, yuk email ke podcast.thechosisters@gmail.com, atau DM ke Instagram @podcast.thechosisters. Selamat mendengarkan!

In this economy, apa sih yang kita mesti lakukan supaya tetap aman secara finansial? Di tengah harga-harga yang meroket, ketidakpastian masa depan, dan seterusnya, masih bolehkan kita tenang menikmati masa kini dengan hasil kerja dan jerih payah kita? Dalam episode ini, The Cho Sisters ngobrol ngalor-ngidul-ngetan-ngulon tentang tips investasi, snacking yang sehat dan murah di kantong, plus tentu saja bagaimana kita tetap berkontribusi pada jalannya perekonomian masyarakat. Simpelnya, kalau beli air minum di minimarket harganya Rp 3.000, tapi di kafe harganya jadi Rp 10.000..., nggak apa-apa, Bro. Dengan membayar lebih, ada hidup orang lain yang dipelihara di situ. Kakak-Abang-Adik pendengar yang ingin berbagi cerita serupa, sila email ke podcast.thechosisters@gmail.com atau DM ke Instagram @podcast.thechosisters. Mari mengetatkan ikat pinggang supaya bisa survive in this economy!

Posisi uang dalam pernikahan itu tricky banget. Bisa jadi sumber berkah, bisa jadi sumber petaka, tergantung si pasangan yang menyikapinya. Sebenarnya perkara uang ini mesti dibicarakan JAUHHHH sebelum menikah. Tentang sumber pendapatan, alokasi pengeluaran, termasuk embel-embel bagaimana jika keuangan bersama dipakai untuk kesenangan pribadi? Mari, mari, Kakak-Abang-Adik pendengar yang ingin berbagi cerita soal uang ini (udah menikah, belum menikah, all welcome), bisa email kami ke podcast.thechosisters@gmail.com, atau DM ke Instagram @podcast.thechosisters. Akhir kata, kita memang perlu uang untuk hidup, tapi hidup lebih dari sekedar uang. Azeekkkk....

Banyak anak banyak rejeki. In this economy, masih relevan kah? 🤔 Memang benar, hidup-mati-jodoh-rejeki ada di tangan Yang Empunya Hidup. Namun kita juga diberikan akal pikiran, dianugerahkan teknologi, buat berpikir dan berencana. Hidup selalu datang dengan berbagai pilihan, termasuk tentang berkeluarga dan punya keturunan. Dan di balik semua pilihan itu, ada banyak cerita — tentang cinta, kesiapan, tekanan sosial, niat dan tujuan, yang semua cuma kita sendiri yang tahu jawaban (sebenar)nya. Pada episode kali ini, The Cho Sisters berbagi cerita tentang bagaimana mereka berencana. Cho Sisters sepakat, bahwa memiliki anak bukanlah tentang kita, calon orang tuanya. Anak bukanlah pemuas kebutuhan orang tuanya. Jalan hidup memang tidak ada yang tahu. Namun karena kita diberi akal, maka hendaklah digunakan dengan bijaksana. Keluarga harus direncanakan. Demikian juga dengan pernikahan, yang adalah cikal bakal terbentuknya keluarga, pun harus direncanakan dengan baik. Ih, kek serius kali episode ini ya… hehehe 😅 Gak juga kok.. beneran dah! Kalau gak percaya, cuss langsung dengerin sampai selesai. 😎 Abang, Kakak, dan Adik pendengar yang ingin berbagi kisah, yuk email kami ke podcast.thechosisters@gmail.com, atau DM ke Instagram @podcast.thechosisters. Selamat berencana!

Belakangan ini, tren “marriage is scary” lagi rame banget di media sosial. Katanya, pernikahan itu menakutkan—apalagi kalau berpasangan dengan orang yang tidak tepat. Tambah lagi, makin sering kan kita dengar kisah-kisah rumah tangga yang kelihatannya baik-baik aja, eh… ujung-ujungnya bubar juga. Mulai orang biasa sampai selebriti, kayak makin banyak aja, yang membuktikan kalau menikah itu nggak semanis di drama Korea. The Cho Sisters sepakat: Pernikahan memang menakutkan dan tidak untuk semua orang. Pernikahan adalah proses panjang yang nggak pernah selesai. Proses untuk terus belajar saling memahami dan jatuh cinta lagi--dan lagi dan lagi--dengan orang yang sama, meskipun kadang nyebelin juga. Proses itu akan terasa jauh lebih ringan kalau dijalani sama orang yang tepat. Dan menemukan orang yang tepat itu bukan persoalan umur atau checklist, tapi merupakan pergumulan pribadi yang jawabannya cuma kamu yang tahu. Namanya juga hidup, pasti ada masalah, suka-duka, tawa-air mata. Begitu juga dengan pernikahan. Trus, gimana caranya biar tetap bisa jalan bareng, sambil tetap bahagia dan waras? Yuk, dengerin episode kali ini sampai habis. Siapa tahu, sedikit contekan dari The Cho Sisters bisa membantu kamu untuk bikin pernikahan terasa nggak seseram itu. Gimana nih menurut Kakak, Abang, dan Adik Pendengar? Punya cerita atau pendapat tentang ini? Yuk, share ke podcast.thechosisters@gmail.com, atau komen dan DM ke Instagram @podcast.thechosisters. Ditunggu ya... Selamat mendengarkan.

Berurusan dengan Customer Service memang membutuhkan panjang sabar dan panjang akal. Yang di sebelah sini punya kebutuhan, yang di sebelah sana kok nggak ngerti-ngerti. Akhirnya clash, konflik, prahara, bikin bete yang berujung kebaskan kasut dan cari supplier lain. Pada episode kali ini The Cho Sisters berbagi kisah diubek-ubek emosinya sama para mbak/mas CS, mulai dari yang mempertanyakan apakah kami punya uang untuk membeli (whattt?!), sampai yang nulis "nggak apa-apa" jadi "ga pph" (sampe dikira ngomongin pajak penghasilan). Sungguh bikin rungsing! Kakak, Abang, dan Adik pendengar yang punya cerita apa pun tentang Customer Service, ceritamu, bukan hanya praharamu, ditunggu di podcast.thechosisters@gmail.com atau di DM IG kami @podcast.thechosisters. Hempaskan!