Buku Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi: Mungkinkah keadilan sosial seimbang?

INKLUSIVITAS: Tujuan Buku Duduk Sama Rendah

Buku Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi: Mungkinkah keadilan sosial seimbang?

Lewat pembukaan ini, para penulis ingin kamu tahu tujuan kami merekam buku ini. Kami ingin isi buku ini lebih inklusif lagi dengan menjangkau teman-teman dengan disabilitas. Selamat menikmati dan bantu sebarkan, ya!

Gen Z generasi lemah? Mitos atau fakta? Oleh Evita Rohmah

Buku Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi: Mungkinkah keadilan sosial seimbang?

Saya kerap kali mendengar komentar tentang anak muda masa kini, spesifiknya terhadap generasi Z yang disingkat Gen Z, generasi yang lahir pada tahun 1997 sampai 2012, bahwasannya Gen Z merupakan generasi lemah yang banyak mengeluh, “dikit-dikit mental health”, katanya. Menurut survei yang dilakukan American Psychological Association (APA), dibandingkan generasi lainnya, Gen Z menjadi generasi paling sedikit yang melaporkan kondisi mental yang baik, yaitu sebanyak 45%. Di sisi lain, sebanyak 56% dari generasi milennial melaporkan kondisi mental yang baik. Gen X kemudian menyusul di angka 51% dan baby boomers di angka 70%. Jadi, benarkah Gen Z adalah generasi yang paling lemah?

Apakah Program Keluarga Harapan (PKH) inklusi keuangan yang bertanggung jawab untuk perempuan Indonesia? Oleh Siti Hilya Nabila

Buku Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi: Mungkinkah keadilan sosial seimbang?

Inklusi keuangan digunakan sebagai instrumen oleh Bank Dunia untuk mencapai dua tujuan utama Bank Dunia: mengakhiri kemiskinan ekstrem dan meningkatkan kesejahteraan bersama. Dengan mempromosikan inklusi keuangan, diharapkan instrumen ini dapat berdampak langsung pada peningkatan 8 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB. Bank Dunia juga menegaskan bahwa definisi inklusi keuangan tidak sama dengan akses keuangan. Lalu bagaimana kondisi inklusi keuangan di negara kita? Mari kita bedah melalui artikel ini.

Perkebunan kelapa sawit dan problematikanya terhadap kesehatan anak oleh Alberta Christina

Buku Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi: Mungkinkah keadilan sosial seimbang?

"Kalau anak ketigo itu umur limo tahun, perutnyo buncit, mencret darah terus meninggal. Satu lagi, baru lahir meninggal,” Pernyataan yang disadur dari Mongabay tersebut merupakan perkataan dari Besoal, seorang ibu dari tiga anak yang meninggal karena penyakit yang menyerang anak-anak di perkebunan sawit di Air Hitam, Sorolangun, Jambi, Indonesia. Anak-anak Besoal adalah tiga dari lima juta anak yang terkena dampak negatif dari keberadaan ladang sawit Indonesia, mulai dari permasalahan kesehatan, edukasi, dan perkembangan. Anak-anak yang tinggal di komunitas pedesaan di sekitar perkebunan adalah kelompok yang paling terkena dampak dari industri ini.