<p><strong>Coaching Model TIRTA</strong> adalah suatu model <em>coaching</em> yang dikembangkan berdasarkan model GROW. GROW sendiri merupakan akronim dari <em>Goal</em> (Tujuan), <em>Reality</em> (Realitas), <em>Options</em> (Opsi), dan <em>Will</em> (Kemauan). Model TIRTA memiliki singkatan dari <strong>T</strong>ujuan, <strong>I</strong>dentifikasi, <strong>R</strong>encana aksi, dan <strong>TA</strong>nggung jawab.</p><p>Dari segi bahasa, <strong>TIRTA berarti air</strong>. Jika diibaratkan peserta didik adalah air, maka <em>coaching</em> ini bertujuan membiarkan air itu mengalir bebas tanpa sumbatan hingga potensi peserta didik melejit seutuhnya. <em>Coaching</em> secara umum didefinisikan sebagai suatu proses di mana seorang <strong>“coach”</strong> memberikan bimbingan, dukungan, dan panduan kepada individu atau kelompok lain yang disebut <strong>“coachee”</strong>.</p>

<p>Segitiga Restitusi adalah <strong>salah satu program disiplin positif yang diterapkan di lingkungan sekolah</strong>. Program ini dikembangkan oleh pakar pendidikan <strong>Dian Gossen</strong>, berlandaskan pada <strong>teori kontrol Dr. William Glasser</strong>.</p><p>Tujuan utama dari Segitiga Restitusi adalah sebagai <strong>suatu proses dialog yang dijalankan oleh guru atau orang tua agar dapat menghasilkan murid yang mandiri dan bertanggung jawab</strong>. Ketika guru berada dalam posisi manajer saat menerapkan restitusi, aspek yang dikembangkan pada murid adalah <strong>motivasi intrinsik</strong>, sehingga penanaman nilai-nilai kebajikan dapat tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan positif yang akhirnya membentuk karakter murid</p>