<p>Aca.. seorang influencer—terbiasa tampil kuat, tersenyum di layar, mencipta dunia penuh harapan. Tapi di balik itu, ada hati yang hancur, dikhianati oleh suami yang kucintai sejak awal. Uang dari bisnisku, rumah yang kubangun dengan doa dan lelah, semuanya digelapkan… demi cinta lain. </p><p>Aku memilih cerai, bukan karena kalah, tapi karena tak sanggup hidup dalam dusta. Di sidang pertama, aku kenakan lagi gaun kuning—warna yang dulu saksi janji kami. Kutuntut nafkah seratus perak sebulan, bukan demi uang… tapi karena itulah harga yang ia tetapkan untuk kepercayaan yang ia hancurkan. Kini aku berdiri sendiri, terluka tapi tetap tegak, demi anak-anakku, demi diriku… demi kisah baru yang sedang kutulis, bukan dengan senyum palsu, tapi dengan keberanian.</p>

<p>Davina, seorang sekretaris yang selama empat tahun terjebak dalam hubungan terlarang dengan bosnya, hidup di antara pujian profesional dan cinta sembunyi-sembunyi. Ia merasakan manisnya perhatian, tapi juga pahitnya jadi bayangan. Saat cintanya akhirnya dipilih di atas istri sah, Davina justru sadar—ini bukan kemenangan, melainkan kutukan. Dengan berat hati, ia memilih pergi, meminta maaf pada sang istri, dan meninggalkan pria yang dulu ia cintai. “Sekretaris rasa istri, hampir jadi istri rasa bencana.” Sebuah kisah tentang cinta, pengkhianatan, dan keberanian untuk berhenti jadi kesalahan.</p>

<p>Seorang pria yang baru menikah dengan perempuan yang ia cintai, mendadak harus menelan kenyataan pahit bahwa istrinya ternyata telah mengandung anak dari mantan kekasihnya bahkan sebelum mereka menikah—sebuah rahasia yang baru diungkap sang istri menjelang kelahiran. Meski dihantam luka dan rasa dikhianati, sang suami memilih tetap bertahan, bukan karena tidak sakit, tapi karena ia tak sanggup membiarkan seorang anak lahir tanpa pelindung. Dalam pergulatan antara ego dan kasih, ia perlahan menyadari bahwa cinta sejati kadang bukan tentang memiliki sejak awal, tapi tentang bertahan ketika segalanya terasa salah.</p>

<p>Seorang Istri pergi umroh, ia kira sedang menuju tempat paling suci untuk menyembuhkan hatinya, bermunajat di tanah suci agar bisa menjadi ibu, dan menggenggam kembali cinta yang perlahan menjauh. Tapi di balik sujudnya yang penuh air mata, Tuhan justru menunjukkan kenyataan yang lebih kejam dari yang pernah ia bayangkan. Dari doa yang melangit, ia dijatuhkan ke bumi oleh pesan singkat dari perempuan yang diam-diam menggantikan dirinya. Ia pulang bukan dengan tangan menggenggam oleh-oleh, tapi dengan dada yang sobek oleh pengkhianatan: suaminya tak hanya mendua, tapi telah memiliki anak dari rahim lain. Dan di titik paling hancur hidupnya, ia sadar—doanya di Raudhah memang terkabul. Tapi bukan untuk memiliki cinta itu kembali. Melainkan agar ia dilepaskan… dari lakilaki yang hanya menunduk saat ketahuan, tapi tak pernah benar-benar memilihnya.</p>