<p>Pukul sembilan tepat. Jam dinding tua di ruang kelas berdetak pelan, seolah enggan</p><p>menyambut pagi yang baru. Di antara deretan bangku yang mulai kosong, seorang gadis</p><p>berdiri mematung. Rambutnya panjang terurai, matanya menatap satu meja yang tampak</p><p>berbeda—di atasnya tergeletak kaos olahraga, ternoda pekat oleh tumpahan kopi yang</p><p>masih menyisakan bau pahit menyengat</p>

<p>Matahari hampir terbenam ketika Roro dan Caca memasuki rumah sakit tua di pinggir kota. Bangunan itu telah ditinggalkan selama bertahun-tahun, menyisakan lorong-lorong gelap dan ruangan kosong yang menyimpan jejak masa lalu. Kedua mahasiswa arsitektur itu datang untuk meneliti struktur bangunan bersejarah, dengan senter sebagai satu-satunya penerang.</p>

<p>Malam itu sunyi, hanya desiran angin yang sesekali menyapu dedaunan di sekitar rumah tua itu. Empat gadis muda berdiri di depan gerbang berkarat, diterangi rembulan pucat yang bersembunyi di balik awan kelabu. Sara, dengan senter di tangannya, menatap gerbang itu dengan keraguan yang mulai menyelimuti keberaniannya.</p>

<p>Namaku Dara. Dan sejak kecil, aku terbiasa memeluk sepi dengan tangan sendiri.</p>

<p>Pagi yang indah itu menyambut mentari yang datang dengan sinarnya. Arka membuka matanya serasa ia tidak ingjn mleihat dunia itu dan ingin kembali menutup matanya. Tetapi ibunya terus membangunkannya, “Hei, jangan jadi pemalas, katanya kau ada janji hari ini,”. Arka teringat hari ini ada janji dengan teman- temannya untuk pergi ke kafe dan mendatangi acara ulang tahun temannya. Karena hal itu sontak Arka terbangun dan langsung membersihkan dirinya, ia berlari seperti kijang karena tidak ingin tertinggal dengan janjinya.</p>

<p>Baiklah, mari kita duduk sebentar dan aku akan ceritakan sebuah kisah tentang seorang pria</p><p>bernama Daren dan perjalanannya yang tak terduga ke dunia peri.</p><p>Daren, seorang pria yang memiliki pekerjaan untuk merawat pohon layaknya dokter tanaman. Ia</p><p>mendapat kesempatan luar biasa untuk merawat pohon-pohon di lahan Pak Tejo. Lahan Pak Tejo</p><p>sangat luas dan terpencil, dipenuhi dengan pohon-pohon besar dan lebat. Daren merasa sangat</p><p>senang memiliki kesempatan ini, ia merasa seperti menemukan harta karun yang telah bersembunyi lama.</p>