<p>Di panti asuhan baru, seorang anak bernama Nia mengalami teror yang tak jelas asal-usulnya. Namun dari semua kengerian itu, senandung seorang perempuan di malam hari membuat tidur Nia tak tenang.</p>

<p>Di panti asuhan itu, senandung lirih sering terdengar dari balik tembok kamar.</p>

<p>Panti Asuhan Cinta Kasih harus ditutup lantaran kekurangan biaya. Nia, seorang anak yatim piatu, harus pindah ke panti asuhan baru yang konon bekas rumah praktik aborsi.</p>

<p>Kedatangan Mbok Sarni dan Nia di Panti Asuhan Sinar Rembulan disambut oleh Ni Ika, ketua pamong panti. Nia merasakan hawa yang janggal di rumah itu.</p>

<p>Ni Ika menjelaskan peraturan-peraturan panti yang harus Nia patuhi, terutama larangan mendekati kamar berpintu hitam di halaman belakang panti.</p>

<p>Nia terbangun dari tidur siang karena sesosok anak perempuan yang tiba-tiba berada di kamarnya. Anak itu adalah teman sekamar Nia yang tak bisa bicara.</p>

<p>Saat sedang bermain petak umpet dengan Silvi, Nia mendengar sebuah suara memanggil namanya.</p>

<p>Sepanjang malam, Nia hampir tidak tidur karena suara lonceng, cakaran, dan senandung di kamarnya.</p>

<p>Kepada Nia, Ni Eva bercerita mengenai pekerjaan Ni Ika sebagai seorang bidan dan asal-usul panti asuhan.</p>

<p>Di malam hari, Silvi minta ditemani oleh Nia ke toilet. Di dalam toilet yang temaram dan sunyi, mereka dihadapkan pada kejadian mengerikan.</p>