21-12-2025 - Menghidupi Karakter Kristus (PST GKJ Bahasa Indonesia)
Penuntun Saat Teduh Gereja Kristen Jakarta
Nats Alkitab : Galatia 4:19
Penulis : Pdt. Yuneari Lase
Ada sebuah cerita tentang pemahat patung yang berbakat sedang mengerjakan sebuah mahakarya dari seonggok batu marmer yang kasar. Setiap hari, dengan palu dan pahatnya, dia mengetuk, mengikis, dan membentuk batu itu. Prosesnya berisik, melelahkan, dan penuh dengan debu. Bagi orang yang lewat, yang mereka lihat hanyalah kekacauan dan kekerasan terhadap batu itu. Mereka tidak melihat gambaran akhirnya. Tetapi si pemahat tidak pernah berhenti. Dia memiliki gambaran yang sempurna di kepalanya, sebuah wajah yang penuh kasih, kebijaksanaan, dan kemuliaan. Setiap ketukan palu, meski terlihat merusak, sesungguhnya adalah sebuah langkah yang membawa onggokan batu itu semakin dekat kepada tujuan akhirnya: mencerminkan gambaran yang ada dalam benak sang pemahat itu. Satu hari sang pemahat selesai dan semua orang yang melihat terheran-heran dan berkata bagaimana bisa? Jawabannya tentu bisa bagi mereka sebagai pemahat berbakat.
Dalam hidup ini, kita adalah batu marmernya. Tuhan adalah pemahat ulung itu. Prosesnya sering kali terasa seperti "sakit bersalin", berjuang, dan penuh ketidaknyamanan. Inilah yang dirasakan Rasul Paulus, yang ia sampaikan kepada jemaat di Galatia. Paulus memanggil jemaat Galatia dengan sebutan yang sangat intim dan penuh kasih, "tekna mou" (anak-anakku). Ini menunjukkan bahwa perkataan keras yang akan ia sampaikan bukan berasal dari kemarahan, tetapi dari kasih seorang bapa rohani yang sangat mengasihi dan mengkhawatirkan kondisi anak-anaknya. Setiap teguran dan proses pembentukan yang Allah izinkan dalam hidup kita juga selalu berangkat dari kasih-Nya yang mendalam, bukan dari keinginan untuk menyakiti. Paulus menggunakan metafora yang sangat kuat: "sakit bersalin" (ōdinō). Sakit bersalin bukanlah sakit karena penyakit. Itu adalah sakit yang produktif dan penuh pengharapan. Sakit ini memiliki sebuah tujuan mulia yaitu melahirkan kehidupan baru. Paulus merasa seperti mengalami proses itu lagi untuk jemaat Galatia yang telah menyimpang dari kasih karunia dan kembali kepada hukum Taurat. Proses pembentukan karakter Kristus dalam diri kita pun sering kali terasa menyakitkan dan membuat kita tidak nyaman. Tujuan akhir dari semua proses ini bukanlah kesuksesan, kekayaan, atau kebahagiaan duniawi. Tujuannya adalah "rupa Kristus menjadi nyata" (morphōthē Christos en humin). Kata morphōthē berbicara tentang perubahan yang esensial dan menyeluruh dari dalam ke luar, seperti sebuah metamorfosis.
Ini bukan sekadar meniru perilaku Yesus, tetapi bagaimana karakter, nilai, pola pikir, dan kasih Yesus sendiri semakin terbentuk dan terlihat nyata dalam kepribadian, perkataan, dan tindakan kita sehari-hari. Oleh sebab itu, mari ubah perspektif terhadap penderitaan. Ketika Anda menghadapi kesulitan, tanyakan pada diri sendiri, Karakter Kristus apa yang mungkin Tuhan ingin lahirkan dalam diriku melalui situasi ini? Kesabaran? Ketekunan? Iman? Lihat masalah bukan sebagai hukuman, tetapi sebagai alat kelahiran. Bersedialah untuk dibentuk seperti batu marmer yang tidak bisa membentuk dirinya sendiri. Berfokus pada Kristus, bukan pada peraturan. Membentuk karakter Kristus butuh keintiman dengan Kristus itu sendiri. Proses menjadi serupa dengan Kristus adalah perjalanan seumur hidup. Ada saat-saat di mana palu Tuhan terasa berat dan pahat-Nya terasa tajam. Tetapi ingatlah, Dia bukan sedang menghancurkan Anda. Dia adalah seorang pengrajin yang penuh kasih, yang dengan cermat dan penuh tujuan, sedang mengikis segala sesuatu yang bukan berasal dari Dia: sifat egois, dendam, keserakahan, dan ketakutan. untuk mengungkapkan kemuliaan Anak-Nya, Yesus Kristus, yang tersembunyi di dalam diri Anda. Percayalah pada proses-Nya.
Proses menjadi serupa dengan Kristus adalah perjalanan seumur hidup.