KEPALA DESA KEPALANG KAYA
28 Menit
![KEPALA DESA KEPALANG KAYA](https://images-v2.noiceid.cc/catalog/300x300/content-1707203006513.webp)
12 Februari 2024
51
exclusive
Hiduplah Indonesia Maya
90.17 rb
Subscribers
Subscribe
Komentar
Lihat Semua (51)
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
Kreator
Lihat episode lain
Transkrip
00:00:00 - 00:00:06
Di Siniar Hidupan Indonesia Mayakal ini kita akan ngomongin soal demo kepala desa di depan gedung DPR.
00:00:06 - 00:00:12
Kita akan ngomongin soal kenapa mereka demo, apa yang sebenarnya mereka tuntut dari demo mereka,
00:00:12 - 00:00:31
apa dampak dari tuntutan mereka kepada desa, dan kenapa cara yang kepala desa seluruh Indonesia ambil adalah dengan merusak fasilitas umum.
00:00:43 - 00:00:57
Jadi, kalau yang diharapkan adalah perhatian publik, itu yang tentu berhasil didapatkan oleh para kepala desa yang demo di depan gedung DPR.
00:00:57 - 00:01:12
Mereka ada yang bawa martil, berusaha untuk merusak temboknya, ada yang dengan martil merusak pagar, bakar-bakar, itu semua terjadi.
00:01:12 - 00:01:18
Yang mana sebenarnya tidak perlu dilakukan, karena mereka sebenarnya sedang ada perwakilan di dalam,
00:01:18 - 00:01:27
sedang mediasi dengan DPR, tapi di luar itu masih rusuh, padahal tidak perlu sebenarnya.
00:01:27 - 00:01:35
Jadi kita akan bahas soal demo abdesi, mungkin lebih tepatnya kita ngomongin demo kepala desa.
00:01:35 - 00:01:41
Kalau abdesi kan asosiasi penyelenggara desa seluruh Indonesia, kalau saya tidak salah namanya.
00:01:41 - 00:01:49
Tapi intinya kepala desa, kades, itu lagi pada demo kemarin, beberapa hari yang lalu.
00:01:49 - 00:01:53
Kita akan membahas itu, kita akan membahas isu apa yang mereka inginkan,
00:01:53 - 00:02:00
dan benar atau salahnya tuntutan mereka itu untuk diindahkan.
00:02:00 - 00:02:08
Tapi kita juga akan ngomongin hal yang lebih mendasar lagi, atau mungkin lebih tepatnya lebih di atas dari sekedar isu tersebut.
00:02:08 - 00:02:17
Tapi sebelum saya mulai, ini biar Anda tidak bingung ya, ini saya mau kasih tahu saja bahwa saya sedikit tipsi.
00:02:19 - 00:02:22
Soalnya nanti kalau saya tidak kasih tahu nanti Anda pada bingung.
00:02:25 - 00:02:31
Saya ingat waktu itu Anda pernah bilang, kami suka tipsi Panji, sekarang tipsi Panji kembali.
00:02:31 - 00:02:35
Tipsi Panji kembali ngomongin yang ribet lagi, ngomongin kepala desa.
00:02:35 - 00:02:44
Tapi, intinya ada sejumlah, jadi gini, mungkin Anda tahu, mungkin Anda tidak, atau mungkin Anda lupa.
00:02:46 - 00:02:54
Bahwa sebenarnya demonya kepala desa ini sudah pernah terjadi minimalnya satu kali, atau mungkin dua kali sebelumnya.
00:02:54 - 00:02:56
Terakhir yang kita tahu kan ini beberapa hari yang lalu.
00:02:56 - 00:03:01
Tapi setahun yang lalu, atau sekitar sembilan bulan yang lalu, mereka melakukan demo juga.
00:03:01 - 00:03:08
Atas tuntutan yang serupa, kalau sekarang itu ingin segera disahkan revisi Undang-Undang Desa.
00:03:08 - 00:03:12
Apa sih sebenarnya yang mereka harapkan?
00:03:12 - 00:03:20
Ada beberapa poin, tapi dua yang utama adalah, satu, perubahan periode masa kepemimpinan.
00:03:20 - 00:03:27
Dari enam tahun dengan pilihan bisa tiga kali, batas periode tiga kali ya.
00:03:27 - 00:03:30
Kalau Presiden kan lima tahun, dua periode.
00:03:30 - 00:03:33
Kalau Kepala Desa itu enam tahun, tiga periode.
00:03:33 - 00:03:35
18 tahun total.
00:03:35 - 00:03:39
Diubah menjadi sembilan tahun, dua periode.
00:03:39 - 00:03:44
Tetap 18 tahun, tapi sembilan tahun periode mereka.
00:03:44 - 00:03:48
Jadi ini tuntutan pertamanya, mereka pengen periodenya sembilan tahun dikali dua.
00:03:48 - 00:03:51
Dari enam tahun dikali tiga.
00:03:51 - 00:04:05
Alasannya mereka adalah karena, salah satu yang paling sering diungkap adalah karena enam tahun adalah waktu yang tidak cukup untuk menyelesaikan konflik pilkades.
00:04:05 - 00:04:10
Rekonsiderasi atas konflik pilkades. Apa ini maksud dengan konflik pilkades?
00:04:10 - 00:04:20
Bayangin pemilihan langsung di level Kepala Desa.
00:04:20 - 00:04:24
Lu bisa kebayang betapa rusuhnya nggak konflik yang terjadi.
00:04:24 - 00:04:33
Karena seperti kita bayangin, pemilihan langsung Presiden, pemilihan langsung Caleg, pemilihan langsung DPR, DPRD itu kan juga rame banget kan.
00:04:33 - 00:04:36
Bayangin kayak gitu, tapi di level Kepala Desa.
00:04:36 - 00:04:39
Bayangin level pendidikan yang terjadi di desa.
00:04:39 - 00:04:46
Perlu diinformasikan oleh saya, Panji Parigi Waksana, bahwa syarat menjadi Kepala Desa itu sebenarnya hanya lulusan SMA.
00:04:46 - 00:04:48
Tadinya lulusan SMP.
00:04:48 - 00:04:50
Tolong dikoreksi kalau saya salah ya.
00:04:50 - 00:04:54
Terakhir saya tahu itu lulusan SMP, kemudian jadi lulusan SMA.
00:04:54 - 00:05:07
Artinya secara standar itu tidak sama dengan pemilihan langsung Kepala Daerah di level lain, level di atas itu.
00:05:07 - 00:05:19
Diwajarkan, karena kita ngomongin desa ya, ada banyak sekali desa Indonesia yang nyari sarjana itu susah gitu.
00:05:19 - 00:05:22
Jadi minimalnya lulusan SMA.
00:05:22 - 00:05:39
Tapi yang lebih membuat kita perlu pahami adalah bahwa pertarungan pemilihan Kepala Daerah dalam konteks Kepala Desa, ini tuh jauh dari pantauan media.
00:05:39 - 00:05:41
Sehingga konfliknya tuh banyak banget.
00:05:41 - 00:05:57
Kalau lu buka, lu google aja ya, konflik Pilkades itu banyak banget yang muncul dalam bentuk paper bahkan, dalam bentuk penelitian terhadap tingginya potensi konflik di Pilkades.
00:05:57 - 00:06:06
Ya intinya gitu ya, berantem, ya gimana sih pemilihan langsung tapi di level desa gitu, lu bayangin aja kayak apa.
00:06:06 - 00:06:08
Dengan segala hormat ya.
00:06:08 - 00:06:19
Nah, karena konflik itu tinggi, konflik Pilkades itu tinggi, di berbagai macam desa, ada 70 ribuan desa ya di Indonesia,
00:06:19 - 00:06:27
dianggap 6 tahun tuh kurang untuk membantu mereka melakukan rekonsiliasi, 9 tahun yang dibutuhkan.
00:06:27 - 00:06:44
Pada saat yang bersamaan, orang berperasaan keburuk terhadap ini, karena intinya sih dianggap mereka ingin lebih panjang aja masa jabatannya.
00:06:44 - 00:06:59
Dari 6 pengen ke 9, terus dari pihak kepala desa kan bilang, ya tapi kan 6 kan 3 tahun, 9 kan 2, eh sorry, 6 kan 3 kali, 9 kan 2 kali.
00:06:59 - 00:07:10
Iya, tapi berhubung kemungkinan kalahnya besar di pemilu selanjutnya, lu mau memastikan bahwa sekalinya lu ngejabat, ngejabat aja 9 tahun.
00:07:10 - 00:07:16
Nah itu isu pertama ya, isu pertama yang mereka tuntut dari demo abdesi ini.
00:07:16 - 00:07:20
Isu kedua itu adalah penambahan anggaran dana desa.
00:07:20 - 00:07:33
Untuk yang gak familiar, intinya adalah pemerintah dan DPR sama-sama sepakat bahwa pembangunan itu dimulai dari bawah.
00:07:33 - 00:07:39
Desa mesti mendapatkan anggaran untuk melakukan pembangunan, gue juga ngerti, lu juga gampang untuk mengertinya.
00:07:39 - 00:07:51
Kebanyakan pembangunan terjadi di kota, kota-kota besar, bahkan kota-kota kedua, pembangunannya berjalan dengan pesat karena kota-kota ini jadi pusat ekonomi.
00:07:51 - 00:07:54
Bisnis terjadi di situ.
00:07:54 - 00:08:02
Pertanyaannya, kalau misalkan aktivitas ekonomi terjadi di kota besar dan kota kedua, lalu apa peluangnya desa untuk bisa tumbuh?
00:08:02 - 00:08:07
Kayak gitu, maka turunlah anggaran dana desa.
00:08:07 - 00:08:16
Dana desa ini untuk pembangunan, untuk fasilitas, untuk infrastruktur, membahas untuk pendidikan, termasuk bagian dari infrastrukturnya,
00:08:16 - 00:08:22
kesehatan, untuk memastikan bahwa desanya dipikirkan.
00:08:22 - 00:08:31
Ini juga dekat banget sama hati gue, karena mungkin ada yang tau ya, gue tuh kan dulu kan sempat jadi brand ambassador sebuah produk sabun.
00:08:31 - 00:08:37
Bagian dari kempen yang gue jalanin adalah revitalisasi posyandu.
00:08:37 - 00:08:41
Di banyak desa Indonesia, posyandu itu tidak punya fasilitas yang mumpuni.
00:08:41 - 00:08:51
Sehingga, bayangin nih, saking gak mumpuninya posyandu, mereka tuh gak punya, istilahnya apa ya?
00:08:51 - 00:08:56
Jadi ada kayak buku, lebih tepatnya kayak kartu ya, untuk membaca tumbuh kembang bayi.
00:08:56 - 00:09:03
Diukur panjang badannya, diukur lingkar kepalanya, sehingga ketahuan ini anaknya sebenarnya stunting atau tidak.
00:09:03 - 00:09:06
Nah lu bayangin, ada banyak sekali posyandu di Indonesia tuh gak punya standar itu,
00:09:06 - 00:09:13
sehingga gak ketahuan kalau anak-anak yang mereka sebenarnya pantau ini selama ini malnourish gitu, stunting.
00:09:13 - 00:09:19
Gak punya perbandingan karena mereka di kampung, gak punya data karena gak diberikan kepada mereka.
00:09:19 - 00:09:26
Makanya waktu itu, waktu gue jadi brand ambassador sebuah produk sabun, salah satu kampanye adalah revitalisasi posyandu.
00:09:26 - 00:09:35
Nah, kita tahu bahwa posyandu A ya, dari sisi fasilitas kesehatan, butuh modal.
00:09:35 - 00:09:39
Sekarang kita ngomongin pendidikan di pedesaan, butuh modal juga.
00:09:39 - 00:09:46
Nah, infrastruktur, listrik, gue pernah tinggal di sebuah desa transmigrasi di Lampung.
00:09:46 - 00:09:52
Namanya desa Sumberjo. Ini desa, listrik aja gak punya.
00:09:52 - 00:09:56
Satu rumah nyalanya pakai aki.
00:09:56 - 00:10:10
Bayangin, aspal baru masuk itu desa, desa Sumberjo, setelah waktu itu dan ini jaman dulu ya, tolong jangan tersinggung partai terkait.
00:10:10 - 00:10:17
Dulu desa itu dijanjikan, kalau satu desa 100% milih Golkar, dapet aspal.
00:10:17 - 00:10:21
Lu bayangin, ini tahun 90an ya, bukan tahun sekarang.
00:10:21 - 00:10:34
Bayangin ada desa yang untuk mendapatkan infrastruktur yang harusnya jadi hak mereka, seperti aspal, mereka harus satu desa milih satu partai.
00:10:34 - 00:10:40
Kalau satu desa fix Golkar, gak ada kurang 1% pun, lu dapet aspal.
00:10:40 - 00:10:44
Kayak gitu tuh, dan itu di Lampung.
00:10:44 - 00:10:52
Jadi ngomongin infrastruktur, butuh dana, muncullah program dana desa.
00:10:52 - 00:10:54
Mereka ingin dana desa ditambahin.
00:10:54 - 00:11:05
Yang jadi kendala adalah, sejak disahkannya undang-undang dana desa, korupsi kepala desa meningkat drastis.
00:11:05 - 00:11:16
Nah, sekarang, debatnya tuh selalu antara, iya-iya meningkat drastis, tapi lu tau gak ada berapa desa dan berapa kepala desa yang korupsi?
00:11:16 - 00:11:18
Dari sisi Abdesi ngomong gitu.
00:11:18 - 00:11:24
Tadi gue sempat bilang, ada 74 ribuan desa di seluruh Indonesia.
00:11:24 - 00:11:29
Kepala desa yang tertangkap korupsi dana desa ada 150-an.
00:11:29 - 00:11:36
Sehingga dari sisi Abdesi akan bilang bahwa, ah ini mah, berapa persen sih?
00:11:36 - 00:11:40
Jangan pikir semua diantara kita korup dong, kan gitu ya.
00:11:40 - 00:11:46
Cuman argumennya masyarakat atau argumennya LSM tepatnya, atau ICW lah tepatnya,
00:11:46 - 00:11:49
bahwa 150 itu yang ketahuan.
00:11:49 - 00:11:55
Yang jadi masalah adalah, di desa itu tidak ada sistem dan infrastruktur pelaporan korupsi kepala desa.
00:11:59 - 00:12:07
Walaupun terjadi kerugian negara, tapi lu bisa bayangkan dan lu bisa maklumi, warga desa apa kepikiran ngelapor ke KPK?
00:12:09 - 00:12:10
Iya gak?
00:12:10 - 00:12:14
Kan, definisi korupsi adalah ketika lu mendugikan negara.
00:12:14 - 00:12:22
Sebenarnya, kepala desa menyalahgunakan dana desa itu mendugikan negara kan?
00:12:22 - 00:12:24
Karena kan negara bilang, eh lu dapet 1 miliar.
00:12:24 - 00:12:28
Biasanya desa-desa di Indonesia ini dapet anggaran 1 miliar.
00:12:28 - 00:12:31
Tapi tidak rata ya, berubah-ubah, beda-beda, tergantung daerahnya.
00:12:33 - 00:12:35
Dibilang, nih lu dapet 1 miliar nih.
00:12:36 - 00:12:40
Sekian persennya untuk infrastruktur, sekian persennya untuk program.
00:12:40 - 00:12:42
Lu gak terima duit cash, gitu kurang lebihnya.
00:12:42 - 00:12:44
Ini 1 miliar nih.
00:12:49 - 00:12:55
Yang sering terjadi adalah, ada 2 praktek korupsi dana desa.
00:12:55 - 00:13:03
Satu, pemanfaatan itu untuk memperpanjang rezim mereka sebagai kepala desa.
00:13:03 - 00:13:07
Contoh, misalkan gue kepala desa, gue terima 1,5 miliar.
00:13:07 - 00:13:12
1,5 miliar ini untuk infrastruktur dan untuk program lah.
00:13:14 - 00:13:18
Ketika gue nurunin duit untuk program campaign, ada yang datang dengan proposal.
00:13:18 - 00:13:21
Tolong dong, ini ada proposal nih, kita pakai ini, gini, gini.
00:13:21 - 00:13:26
Orang yang gue kasih duit, itu biasanya, ini kalau misalnya gue kepala desa yang
00:13:26 - 00:13:29
mau menyalahgunakan anggaran dana desa ya.
00:13:29 - 00:13:33
Misalnya lu datang ke gue, Bang Panji, gue ada proposal nih.
00:13:33 - 00:13:39
Untuk membangun fasilitas lapangan bulu tangkis.
00:13:39 - 00:13:41
10 di desa kita.
00:13:41 - 00:13:44
Ketika gue bilang, oke gue kasih duitnya ke lu, tapi lu pastiin stakeholder lu
00:13:44 - 00:13:45
semua milih gue.
00:13:45 - 00:13:49
Nah itu cara mereka untuk memastikan mereka bertahan dalam posisi.
00:13:52 - 00:13:56
Nah inilah yang kemudian menjadi kekhawatiran masyarakat.
00:13:56 - 00:14:00
Terlepas dari itu, ada banyak banget korupsi dana desa, bentuknya random.
00:14:00 - 00:14:05
Ini ada artikelnya, ada dana desa yang disalahgunakan untuk beli make up.
00:14:08 - 00:14:10
Aduh ibu-ibu, ibu-ibu.
00:14:13 - 00:14:15
Sekalinya korup tetap beli make up.
00:14:17 - 00:14:20
Apakah bayarin berondong mobil jeep gitu atau apa gitu ya.
00:14:20 - 00:14:25
Tapi ada tuh di Banten, kepala desa di wilayah Banten ditangkap polisi
00:14:25 - 00:14:29
karena korupsi dana desa dipakai untuk mempercantik diri.
00:14:29 - 00:14:32
Ada lagi korupsi dana desa dipakai tau gak untuk apa?
00:14:32 - 00:14:35
Untuk karaoke gokil.
00:14:36 - 00:14:37
Gokil.
00:14:38 - 00:14:44
Dana desa dikorupsi untuk nyanyi lagu Peter Cetera, Youre The Inspiration.
00:14:44 - 00:14:50
Youre the meaning in my life, youre the inspiration.
00:14:50 - 00:14:53
Korupsi kok dipakai untuk karaoke tuh gak jelas banget sih.
00:14:54 - 00:14:58
Walaupun sebenarnya karaoke nya yang bisa kita bayangkan adalah
00:14:58 - 00:15:00
karaoke esek-esek ya.
00:15:02 - 00:15:06
Tapi, penyalahgunaan dana desa tuh kayak gitulah kurang lebihnya.
00:15:06 - 00:15:09
Nah, mereka ingin dana desa itu dinaikin.
00:15:09 - 00:15:11
Itu dua dari empat tuntutan mereka.
00:15:11 - 00:15:12
Coba gue baca.
00:15:14 - 00:15:15
Apalagi tuntutannya.
00:15:19 - 00:15:21
Oh iya, salah satu.
00:15:21 - 00:15:23
Hmm.
00:15:26 - 00:15:27
Ada empat.
00:15:30 - 00:15:31
Gue lupa dua nya apalagi.
00:15:31 - 00:15:33
Tapi yang jadi isu utama masyarakat itu.
00:15:33 - 00:15:37
Sebenarnya gini ya, perlu juga gue kasih tau.
00:15:37 - 00:15:40
Revisi undang-undang desa itu sebenarnya memang sedang dalam diskusi
00:15:40 - 00:15:43
antara pemerintah dengan DPR.
00:15:43 - 00:15:47
Gue mau tarik mundur dan menjelaskan dulu bagaimana undang-undang dibuat ya.
00:15:47 - 00:15:49
Karena gue tau yang mendengarkan gue di Indonesia ini
00:15:49 - 00:15:52
banyak yang pemahaman politiknya masih kurang.
00:15:52 - 00:15:58
Jadi, undang-undang itu, inisiatifnya bisa datang dari rakyat
00:15:58 - 00:16:00
atau dari pemerintah.
00:16:00 - 00:16:02
Rakyat dalam hal ini diwakili sama DPR.
00:16:02 - 00:16:05
DPR kan Dewan Perwakilan Rakyat.
00:16:05 - 00:16:08
Kita milih wakil kita untuk duduk di kursi DPR kan gitu ya.
00:16:08 - 00:16:12
Nah, undang-undang itu bisa datang dari rakyat, bisa datang dari pemerintah.
00:16:12 - 00:16:17
Dalam hal ini, seingat gue, tapi gue bisa salah ya.
00:16:17 - 00:16:21
Seingat gue itu, inisiatif undang-undang desa itu datangnya dari DPR, dari rakyat.
00:16:21 - 00:16:25
Jadi, bayangin kepala desa atau penyelenggara desa
00:16:25 - 00:16:29
ngomong ke caleg mereka atau anggota DPR mereka,
00:16:29 - 00:16:32
tolong dong, gue punya keresahan titip ya,
00:16:32 - 00:16:35
tolong dipikirin solusi dalam bentuk undang-undang.
00:16:35 - 00:16:37
Nah, anggota DPRnya bikin undang-undang.
00:16:37 - 00:16:40
Undang-undangnya itu kemudian didiskusikan sama pemerintah.
00:16:40 - 00:16:45
Tidak ada satupun undang-undang yang tidak didiskusikan dengan pemerintah.
00:16:45 - 00:16:48
Sebaliknya, kalau inisiatif undang-undangnya dari pemerintah,
00:16:48 - 00:16:52
tidak ada satupun rancangan undang-undang dari pemerintah
00:16:52 - 00:16:54
yang tidak didiskusikan sama DPR.
00:16:54 - 00:16:58
Yang berarti, setiap kali undang-undang tembus,
00:16:58 - 00:17:03
udah pasti, pasti disepakati sama DPR dan pemerintah.
00:17:03 - 00:17:05
Itu yang kita perlu ketahui.
00:17:07 - 00:17:09
Seingat gue, gue bisa salah,
00:17:09 - 00:17:13
DPR itu emang punya niat untuk revisi undang-undang desa.
00:17:13 - 00:17:16
Bagian dari revisinya sebenarnya untuk memastikan
00:17:16 - 00:17:19
akuntabilitas penyelenggaraan desa.
00:17:19 - 00:17:24
Jadi, untuk memastikan ada sistem kontrol,
00:17:24 - 00:17:32
ada aturan yang didesain untuk memastikan penyelenggaraan
00:17:32 - 00:17:36
aparatur desa ini benar dan aman dari korupsi.
00:17:36 - 00:17:38
Sebenarnya dasarnya itu.
00:17:38 - 00:17:40
Karena seperti yang tadi kita bahas,
00:17:40 - 00:17:45
sistem pelaporan terhadap korupsi di kepala desa itu kayak gimana sih?
00:17:45 - 00:17:47
Kan gak ada yang tahu.
00:17:47 - 00:17:51
Ketika kita bilang di antara 74 ribu desa cuma 150,
00:17:51 - 00:17:53
bagaimana caranya kita tahu?
00:17:53 - 00:17:56
Itu tuh cuman yang ketangkep dan ketahuan.
00:17:56 - 00:17:58
Yang lainnya gimana?
00:17:58 - 00:18:02
Apalagi kalau dengar dari kabar yang santer,
00:18:02 - 00:18:07
kita sering banget dengar kabar bahwa kepala-kepala desa ini,
00:18:07 - 00:18:10
sejak undang-undang dana desa itu digelontorkan,
00:18:10 - 00:18:15
tiba-tiba jadi heboh, jadi mewah, jadi head-on.
00:18:15 - 00:18:17
Orang kan bertanya-tanya ya.
00:18:18 - 00:18:20
Gak bisa membuktikan sih.
00:18:20 - 00:18:23
Tapi ini duit dari mana? Kok tiba-tiba?
00:18:23 - 00:18:28
Nah, inilah dasar dari revisi undang-undang desa.
00:18:28 - 00:18:32
Tapi, kritik terbesar terhadap ABD sih adalah
00:18:32 - 00:18:35
gak tahu kenapa revisi undang-undang desa ini
00:18:35 - 00:18:38
fokusnya selalu pada peningkatan anggaran dana desa
00:18:38 - 00:18:41
dan penambahan masa jabatan.
00:18:45 - 00:18:48
Itulah dasar dari demo tersebut.
00:18:52 - 00:18:56
Yang mau gue sampaikan, sebentar.
00:18:56 - 00:19:00
Gue mual.
00:19:00 - 00:19:03
Sebentar ya, gue pelan-pelan.
00:19:07 - 00:19:12
Yang mau gue sampaikan, terlebih dari sekedar isu yang
00:19:12 - 00:19:15
membuat kepala desa ini pada demo adalah
00:19:15 - 00:19:18
tentang...
00:19:18 - 00:19:22
Lebih tepat, gue pengen ngajak lu melihat
00:19:22 - 00:19:28
potret dari kepala daerah di level terkecil kita.
00:19:28 - 00:19:31
Yaitu kepala desa.
00:19:32 - 00:19:38
Hanya ada satu presiden, hanya ada mungkin berapa puluh gubernur
00:19:38 - 00:19:42
dan berapa ratus bupati.
00:19:42 - 00:19:44
Mungkin berapa ribu bupati.
00:19:44 - 00:19:49
Tapi lu bayangin, ada 74 ribu kepala desa.
00:19:49 - 00:19:54
Kepala desa ini adalah pimpinan daerah
00:19:54 - 00:19:58
paling banyak jumlahnya di Indonesia.
00:19:58 - 00:20:02
Lihat bagaimana mereka protes.
00:20:02 - 00:20:05
Kayak gitu levelnya.
00:20:05 - 00:20:08
Dan mereka semua bersatu.
00:20:08 - 00:20:15
Bersatu untuk melakukan demo yang usang sekali.
00:20:15 - 00:20:21
Sejak 2012, ketika gue ngerilis buku
00:20:21 - 00:20:27
Berani Mengubah, diterbitkan oleh penerbit Bentang Pustaka.
00:20:27 - 00:20:33
Sejak 2012, gue mempertanyakan kenapa orang
00:20:33 - 00:20:37
dalam rangka menunjukkan aspirasinya,
00:20:37 - 00:20:41
dalam rangka protes terhadap apa yang terjadi,
00:20:41 - 00:20:46
demo masih jadi pilihan utama.
00:20:48 - 00:20:54
Suhok Gi tahun 60-an
00:20:54 - 00:21:00
itu protes sama pemerintah dalam bentuk demo dan bakar ban.
00:21:00 - 00:21:05
Kenapa 2024 kita masih bakar ban guys?
00:21:05 - 00:21:11
2024 dengan internet, WhatsApp, Youtube, Instagram.
00:21:11 - 00:21:16
Kenapa solusi yang kita ambil masih bakar ban?
00:21:16 - 00:21:20
Seberapa terbelakang coba itu?
00:21:20 - 00:21:25
Biasanya kritik gue ini gue arahkan kepada mahasiswa.
00:21:25 - 00:21:29
Dengan dali bahwa diantara semua siswa,
00:21:29 - 00:21:33
siswa SD, siswa SMP, siswa SMA,
00:21:33 - 00:21:37
mereka itu mahanya para siswa.
00:21:37 - 00:21:42
Kalau ada embel-embel maha pada kata siswa,
00:21:42 - 00:21:47
kenapa solusinya masih solusi yang tidak maha gitu?
00:21:47 - 00:21:52
Nah sekarang, bahkan di atas para mahasiswa kepala desa masih kayak gitu.
00:21:52 - 00:21:57
Ngapain sih kepala desa ngerusak?
00:21:57 - 00:22:00
Kepala desa kan penyelenggara desa,
00:22:00 - 00:22:05
kepala desa kan tau bahwa untuk ngebangun infrastruktur pake duit.
00:22:05 - 00:22:09
Kepala desa tau ngebangun kantor KADES aja,
00:22:09 - 00:22:14
itu pake duit, pake kuli, pake pekerja untuk ngebangun itu.
00:22:14 - 00:22:18
Kok bisa giliran mereka demo mereka ngerusak?
00:22:18 - 00:22:22
Lo tau kan di depan gedung DPR kan ada pagar, ada tembok.
00:22:22 - 00:22:26
Temboknya tuh ada kayak ubinnya gitu.
00:22:26 - 00:22:30
Dipecahin coba, pagar dirusak, dibakar.
00:22:30 - 00:22:35
Maksud gue, what are you doing?
00:22:35 - 00:22:39
Sedih gak? Sedih loh gue ngeliat level kepala desa,
00:22:39 - 00:22:41
bentuk protesnya seperti itu.
00:22:41 - 00:22:44
Terus kita mau apa? Mau permisifkan mereka lulusan SMA?
00:22:44 - 00:22:47
Gak ada urusan.
00:22:47 - 00:22:49
Makanya gue selalu bilang, gue pernah bilang,
00:22:49 - 00:22:51
dan di protes lagi sama masyarakat.
00:22:51 - 00:22:54
Entah lo sih masyarakat secara umum.
00:22:54 - 00:22:56
Gue pernah bilang bahwa,
00:22:56 - 00:22:58
waktu itu isunya adalah DPR, gue bilang,
00:22:58 - 00:23:04
DPR itu adalah rata-rata rakyat Indonesia.
00:23:04 - 00:23:07
Kenapa anggota DPR kayak gitu?
00:23:07 - 00:23:10
Karena rakyat Indonesia kayak gitu.
00:23:10 - 00:23:13
Ini kan demokrasi dulu, lupa apa.
00:23:13 - 00:23:17
Dari, oleh, untuk, rakyat.
00:23:17 - 00:23:21
Wakil rakyatnya datang dari rakyat,
00:23:21 - 00:23:25
wakil rakyatnya bekerja untuk rakyat,
00:23:25 - 00:23:29
dan wakil rakyatnya dipilih oleh rakyat.
00:23:29 - 00:23:31
Rakyat megang peranan penting.
00:23:31 - 00:23:36
Di negara demokrasi, rakyat megang peranan yang begitu besar
00:23:36 - 00:23:42
untuk memastikan semua keberlangsungan rakyat berjalan dengan baik.
00:23:42 - 00:23:46
Kalau rakyatnya bodoh, maka wakil rakyatnya bodoh.
00:23:46 - 00:23:48
Tentu kita berharap bahwa wakil rakyatnya
00:23:48 - 00:23:50
jadi yang terbaik di antara kita.
00:23:50 - 00:23:53
Tapi kan kita ngomongin rata-rata.
00:23:53 - 00:23:57
Selama rakyatnya masih tolol, DPR-nya tolol.
00:23:57 - 00:24:00
Selama rakyatnya masih suka tidur di kerjaan,
00:24:00 - 00:24:02
ya DPR-nya tidur di kerjaan.
00:24:02 - 00:24:04
Selama rakyatnya masih suka nitip absen,
00:24:04 - 00:24:07
ya DPR-nya nitip absen.
00:24:07 - 00:24:10
Selama rakyatnya masih suka korup,
00:24:10 - 00:24:13
ya DPR-nya korup.
00:24:13 - 00:24:18
Karena DPR itu adalah rata-rata kita.
00:24:18 - 00:24:21
Bahkan level eksekutif pun juga masih sama.
00:24:21 - 00:24:23
Masih rata-rata kita.
00:24:23 - 00:24:27
Termasuk Kepala Desa.
00:24:27 - 00:24:30
Jadi kalau kita ingin berharap kualitas Kepala Desa lebih baik,
00:24:30 - 00:24:33
yang mesti dipikirkan adalah pembangunan manusia secara keseluruhan.
00:24:33 - 00:24:39
Nah ini yang selalu longgar di sisi kita.
00:24:39 - 00:24:41
Karena mungkin lu sadar, mungkin lu enggak,
00:24:41 - 00:24:44
tapi untuk waktu yang cukup lama,
00:24:44 - 00:24:48
jabatan Kementerian Pendidikan itu,
00:24:48 - 00:24:54
jabatan yang sudah ada pos-posnya.
00:24:54 - 00:24:56
Konon, gue enggak mau bilang ini,
00:24:56 - 00:24:58
omongan gue biar gue enggak kena UUIT.
00:24:58 - 00:25:03
Konon, dengar-dengar mah,
00:25:03 - 00:25:10
jabatan Kementerian Pendidikan itu jatahnya Muhammadiyah.
00:25:10 - 00:25:11
Nah sekarang,
00:25:11 - 00:25:15
kalau pendidikan itu bentuknya masih jatah-jatahan,
00:25:15 - 00:25:21
susah banget untuk maju.
00:25:21 - 00:25:23
Dan kalau misalkan Kementerian Pendidikan
00:25:23 - 00:25:24
susah banget untuk maju,
00:25:24 - 00:25:30
susah banget untuk mengubah
00:25:30 - 00:25:34
kualitas manusia rakyat Indonesia.
00:25:34 - 00:25:38
Sekalinya ada Menteri Pendidikan yang bukan orang Muhammadiyah,
00:25:38 - 00:25:39
jadi goyang gitu, kayak aneh,
00:25:39 - 00:25:41
waktu itu diganti, gantinya orang Muhammadiyah,
00:25:41 - 00:25:46
gantinya Mas Anies, MNO.
00:25:46 - 00:25:49
Terus sekarang Nadiem, Nadiem digoyang.
00:25:49 - 00:25:53
Bukan digoyang ya, kerjanya jadi susah lah,
00:25:53 - 00:25:57
karena stakeholder-nya resentful sama dia.
00:25:57 - 00:26:02
Ini susah.
00:26:02 - 00:26:05
Apakah gue setuju bahwa pembangunan
00:26:05 - 00:26:07
harus difokuskan pada desa?
00:26:07 - 00:26:09
Setuju gue.
00:26:09 - 00:26:11
Yang jadi kendala adalah
00:26:11 - 00:26:16
kalau orang kagok dikasih duit satu miliar,
00:26:16 - 00:26:21
hal-hal buruk bisa terjadi.
00:26:21 - 00:26:23
Ini yang jadi kekhawatiran kita.
00:26:23 - 00:26:26
Ini yang jadi kekhawatiran rakyat Indonesia.
00:26:26 - 00:26:28
Ketika mereka demo,
00:26:28 - 00:26:30
sebenarnya kan demonya mereka tuh tuntutannya adalah
00:26:30 - 00:26:33
tolong segera disahkan sebelum Pilpres kelar.
00:26:33 - 00:26:35
Itu sebenarnya.
00:26:35 - 00:26:37
Itu tuntutannya.
00:26:37 - 00:26:39
Wacananya sudah terjadi,
00:26:39 - 00:26:41
revisinya sudah didiskusikan,
00:26:41 - 00:26:43
sepakat sama ABCDE.
00:26:43 - 00:26:45
Ketok palu dong.
00:26:45 - 00:26:47
Lama banget sih.
00:26:47 - 00:26:49
Ini menurut kepala desa ya.
00:26:49 - 00:26:51
Jangan sampai isu ini jadi isu
00:26:51 - 00:26:55
yang dipolitisasi sama para capres.
00:26:55 - 00:26:57
Ayo dong, buruan dong,
00:26:57 - 00:26:59
selesaikan sebelum Pilpres kelar.
00:26:59 - 00:27:01
Itu yang diminta sama Abdesi.
00:27:01 - 00:27:04
Pada saat yang bersamaan rakyat mempertanyakan,
00:27:04 - 00:27:06
tuntutan Abdesi ini untuk kebaikan rakyat desa
00:27:06 - 00:27:10
atau untuk kebaikan diri sendiri?
00:27:10 - 00:27:14
Pertanyaan yang sayangnya akan kita temukan
00:27:14 - 00:27:16
kemudian hari.
00:27:16 - 00:27:18
Only time will tell.
00:27:18 - 00:27:20
Itu aja dari gue, terima kasih banyak.
00:27:20 - 00:27:21
You know what?
00:27:21 - 00:27:24
For a person who had three glasses of wine,
00:27:24 - 00:27:30
this is a quite impressive podcast.
00:27:30 - 00:27:33
Walaupun gue ambil muntah di tengah-tengah.
00:27:33 - 00:27:36
Maaf, saya minum wine tapi belum makan.
00:27:36 - 00:27:38
Oke, segitu aja dari gue.
00:27:38 - 00:27:39
Terima kasih banyak sudah mendengarkan
00:27:39 - 00:27:40
Siniar Hidup Indonesia Maya.
00:27:40 - 00:27:44
Jangan lupa, sepatu HIM500.
00:27:44 - 00:27:46
Kolaborasi antara Siniar Hidup Indonesia Maya
00:27:46 - 00:27:48
dengan Foodware Emba.
00:27:48 - 00:27:50
Masih bisa dulu beli di tip-tip.
00:27:50 - 00:27:53
Harganya 500 ribu plus-plus.
00:27:53 - 00:27:57
Mungkin sekarang 200-300 pasang sepatu lagi.
00:27:57 - 00:27:59
Tapi lu mesti sadari ya,
00:27:59 - 00:28:01
tidak semua ukuran itu, intinya,
00:28:01 - 00:28:04
ibarat kata tadi, 46 cuma ada 10 pasang,
00:28:04 - 00:28:06
45 cuma ada 9 pasang,
00:28:06 - 00:28:09
44 ada 12 pasang, gitu-gitulah.
00:28:09 - 00:28:10
Jadi kalau lu mau beli, silahkan buru-buru
00:28:10 - 00:28:13
masuk ke aplikasi tip-tip, beli sepatunya.
00:28:13 - 00:28:14
Ini adalah sepatu,
00:28:14 - 00:28:15
menurut gue secara desain keren,
00:28:15 - 00:28:17
tapi secara makna,
00:28:17 - 00:28:22
bayangin cuma ada 500 sepatu di seluruh dunia.
00:28:22 - 00:28:26
Planet bumi ini ada 4-5 miliar manusia,
00:28:26 - 00:28:28
cuma ada 500 sepatu.
00:28:28 - 00:28:31
Dan gue pengennya 500 sepatu ini dimiliki
00:28:31 - 00:28:33
sama pendengar senior hidupnya Indonesia Maya.
00:28:33 - 00:28:36
Sehingga suatu hari gue jalan-jalan kemanapun di Indonesia,
00:28:36 - 00:28:39
gue ngeliat lu pake sepatu senior hidupnya Indonesia Maya,
00:28:39 - 00:28:41
sepatu Him 500, gue akan bisa bilang,
00:28:41 - 00:28:44
bayangin, cuma ada 500 sepatu,
00:28:44 - 00:28:46
dan dia beli, berarti ini orang adalah
00:28:46 - 00:28:49
penikmat senior hidupnya Indonesia Maya.
00:28:49 - 00:28:51
Silahkan disikat, mumpung masih ada,
00:28:51 - 00:28:53
dan kita ketemu di episode berikutnya.
00:28:53 - 00:28:59
Bye.