#3 Karma bukan hanya tentang perbuatan, melainkan kemauan untuk berbuat sesuatu.
Karma
Karma bukan hanya tentang perbuatan, melainkan kemauan untuk berbuat sesuatu.
Misalnya kamu sedang memotong sayuran, ketika pasanganmu mengatakan sesuatu yang membuatmu marah. Karena geram, kamu berbalik dan menusuknya dengan pisau. Apakah perbuatan ini akan memberimu karma buruk dan masalah hukum? Tentu saja. Skenario lainnya, kamu bertengkar dengan pasanganmu selama berbulan-bulan dan kamu memutuskan untuk melakukan tindak kekerasan. Ia datang dan membuatmu kesal kemudian kamu menyerangnya dengan pisau, skenario ini akan memberimu lebih banyak karma buruk dibandingkan dengan skenario pertama. Selain karena tindak kekerasan, kamu juga menyimpan amarah dan dendam selama berbulan-bulan. Nah, sampai sini kamu belum bingung kan? Yang mungkin akan membuatmu bingung adalah kamu tetap akan mendapatkan lebih banyak karma buruk, meskipun kamu nggak melakukan tindak kekerasan. Bayangkan, kamu menghabiskan waktu bersama pasanganmu seakan semuanya baik-baik saja, padahal dalam hati kamu menyimpan kebencian untuknya dan bahkan kamu berharap bisa membunuhnya. Kamu enggak mencoba mengambil pisau, kamu juga nggak melakukan kekerasan fisik sama sekali, tapi setiap kamu melihatnya, kamu berharap bisa menyakitinya. Nah, meski kamu enggak benar-benar melukainya, hal ini akan memberimu karma yang paling buruk.
Seringkali kita menganggap karma sebagai sesuatu yang di luar kendali kita, sesuatu yang menghasilkan penderitaan atau kebahagiaan kita. Tapi faktanya, kita bisa menciptakan penderitaan atau kebahagiaan melalui kemauan kita sendiri. Nggak seperti binatang yang hanya dikendalikan oleh naluri, manusia memiliki kebebasan dan pilihan yang gak terbatas dalam berpikir dan berperilaku. Setiap pikiran kita mempunyai konsekuensi, bahkan dalam situasi yang kita pikir dipengaruhi oleh takdir.
Tapi, enggak ada situasi yang telah ditakdirkan, enggak ada sesuatu yang ditakdirkan untuk terjadi. Kita menciptakan takdir kita sendiri setiap harinya dan menambah beban karma kita sepanjang perjalanannya. Kebanyakan dari kita melakukannya tanpa mengetahui hal ini, tapi jika kita sadar betul akan pikiran kita dan mengatur kemauan kita, kita dapat mengendalikan takdir dan mengurangi beban kita. Contohnya, seseorang yang menderita penyakit parah mungkin akan meratapi takdirnya, tapi sementara rasa sakit dari penyakitnya itu nggak bisa dihindari. Merasa menderita adalah pilihannya sendiri, yang bisa dibilang nggak berguna, tapi tetap saja kebanyakan dari kita merasa menderita, tanpa menyadari kalau kita sendiri bisa memilih untuk nggak merasa merana|