Noice Logo
Masuk

Orde Pakde Jokowi, Lebih Dari Orde Baru?

1 Jam, 11 Menit

Konten ini termasuknoice premium badge
Orde Pakde Jokowi, Lebih Dari Orde Baru?vip badge

28 Februari 2024

53

7 kali "pertandingan" dengan rekor kemenangan 100%, sebagai "pemain" dan "pelatih". Hanya dalam 10 tahun mampu menempatkan keluarganya di eksekutif, legislatif, dan yudikatif. The next Kingmaker tanpa partai. Apakah Orde Pakde Jokowi lebih daripada Orde Baru?

Komentar
Lihat Semua (53)








Lihat episode lain
Transkrip
00:00:00 - 00:00:03
Tiga opini terhadap tiga berita
00:00:03 - 00:00:05
Di dalam satu meja
00:00:05 - 00:00:08
Selamat datang di Ruang 2.8
00:00:21 - 00:00:24
Selamat datang kembali Noiser, Paranoid, Scania Mania
00:00:24 - 00:00:27
Semuanya di podcast Ruang 2.8
00:00:27 - 00:00:31
Podcast Ruang 2.8 podcast terbaik se Asia Tenggara
00:00:31 - 00:00:33
Se Asia Pasifik
00:00:33 - 00:00:35
Asia Tenggara bagus
00:00:35 - 00:00:37
Tepuk tangan dulu deh boleh
00:00:37 - 00:00:39
Se Asia Pasifik, se Asia Oceania
00:00:39 - 00:00:42
Semualah pokoknya ya
00:00:42 - 00:00:45
Kadang-kadang kami udah tes di podcast-podcast Vietnam
00:00:45 - 00:00:47
Podcast Penompen, podcast...
00:00:47 - 00:00:49
Di Kepulauan Solomon
00:00:49 - 00:00:51
Solomon itu kalah semua masih sih
00:00:51 - 00:00:54
Di Ulan Bator masih kalah
00:00:54 - 00:00:58
Antananarivo masih kalah
00:00:58 - 00:01:00
Ulan Bator itu mana?
00:01:00 - 00:01:03
Ibu kota Mongolia
00:01:03 - 00:01:05
Oh Mongolia
00:01:05 - 00:01:08
Mongolia, masih Cina Utara lah
00:01:08 - 00:01:10
Itu kita masih menang
00:01:10 - 00:01:13
Saya udah quick count di daerah-daerah situ
00:01:13 - 00:01:15
Kita podcast Ruang 2.8 masih menang
00:01:15 - 00:01:17
Gitu
00:01:17 - 00:01:19
Hari ini seperti biasa
00:01:19 - 00:01:22
Kami ada bertiga dan karena saya yang membuka acara ini
00:01:22 - 00:01:27
Saya adalah ketua sidang dari episode VIP hari ini
00:01:27 - 00:01:30
Jadi yang bisa mendengarkan ini adalah yang sudah membayar koin
00:01:30 - 00:01:31
Atau sudah langganan premium
00:01:31 - 00:01:33
Jadi jangan lupa nanti di kolom komentar
00:01:33 - 00:01:37
Terima kasih kepada diri anda sendiri karena sudah membeli episode ini
00:01:37 - 00:01:38
Oke
00:01:38 - 00:01:41
Dan saya tidak sendirian tentu saja
00:01:41 - 00:01:44
Ditemani oleh dua orang kawan saya ini
00:01:44 - 00:01:45
Yang pertama silahkan ada siapa?
00:01:45 - 00:01:47
Ada Kanyecita
00:01:47 - 00:01:48
Kanyecita terima kasih banyak
00:01:48 - 00:01:50
Satu lagi ada siapa?
00:01:50 - 00:01:52
Ada saya Mamat Alkathiri
00:01:52 - 00:01:53
Yes
00:01:53 - 00:01:55
Yang lagi dimana Mamat Alkathiri?
00:01:55 - 00:01:56
Saya masih di PIK nih
00:01:56 - 00:01:58
Udah dari episode lalu
00:01:58 - 00:01:59
Episode lalu ya
00:01:59 - 00:02:02
Iya belum balik nih nunggu episode ini
00:02:02 - 00:02:04
Belum pulang-pulang
00:02:04 - 00:02:06
Selalu pas kita tapping Mamat masih di PIK
00:02:06 - 00:02:07
Iya
00:02:07 - 00:02:09
Selalu di PIK dia
00:02:09 - 00:02:11
Karena Mamat lagi ada di PIK nih
00:02:11 - 00:02:15
Apakah sama seperti Pak Jokowi yang sedang ada di PIK karirnya?
00:02:15 - 00:02:17
Puncak-puncak karir maksudnya
00:02:17 - 00:02:23
Bang Gilang ini sumpah saya makin kagum sama bridging-bridgingnya
00:02:23 - 00:02:25
Kenapa?
00:02:25 - 00:02:27
Iya itu kayak bisa satu itu
00:02:27 - 00:02:29
PIK sama PIK performers
00:02:29 - 00:02:31
PIK karir gokil
00:02:31 - 00:02:38
Apakah pemilu 2024 ini sudah di PIK karirnya Pak Jokowi?
00:02:38 - 00:02:39
Atau belum?
00:02:39 - 00:02:41
Atau beliau akan lebih naik-naik menanjak lagi?
00:02:41 - 00:02:42
Kita belum tahu
00:02:42 - 00:02:45
Karena kebetulan episode hari ini kami akan membahas soal
00:02:45 - 00:02:49
Pak Jokowi itu adalah seorang tokoh politik yang
00:02:49 - 00:02:51
Semakin kesini semakin dipemilu 2024
00:02:51 - 00:02:53
Apalagi setelah ada real count ada hasilnya
00:02:53 - 00:02:55
Semakin disegani sama orang-orang kayak
00:02:55 - 00:02:58
Ini beliau ini politiku sejati ternyata
00:02:58 - 00:03:02
Beliau ternyata tidak sepelangak pelongo yang kita kira gitu
00:03:02 - 00:03:07
Beliau bahkan win streaknya tuh 100% gitu
00:03:07 - 00:03:10
Ada orang menyamakan sama Michael Jordan gitu
00:03:10 - 00:03:12
Karena tidak pernah kalah gitu
00:03:12 - 00:03:14
Jadi dimana dia berada di pertandingan manapun dia ada nih
00:03:14 - 00:03:17
Dia ikut main di belakang layar atau apa
00:03:17 - 00:03:20
Dia menang terus menurut orang-orang
00:03:20 - 00:03:23
Jadi episode hari ini kami akan membahas soal
00:03:23 - 00:03:24
Bapak Jokowi
00:03:24 - 00:03:27
Dan nanti kalau bisa kami akan telepon ya
00:03:27 - 00:03:29
Kalau bisa Pak Jokowi ngangkat
00:03:29 - 00:03:30
Pak Jokowi nya?
00:03:30 - 00:03:32
Kami sudah mencoba telepon
00:03:32 - 00:03:33
Iya siapa tahu
00:03:33 - 00:03:34
Bip
00:03:34 - 00:03:35
Iya
00:03:35 - 00:03:36
Dia lagi nunggu nih
00:03:36 - 00:03:37
Bip
00:03:37 - 00:03:38
Kalaupun tidak ngangkat Pak Jokowi
00:03:38 - 00:03:40
Boleh kirim voice note aja deh
00:03:40 - 00:03:41
Iya kirim voice note aja
00:03:41 - 00:03:43
Kalau tidak mau ngangkat telepon
00:03:43 - 00:03:44
Oke
00:03:44 - 00:03:46
Seperti biasa akan ada 3 overview
00:03:46 - 00:03:49
3 berita yang akan kami bawakan
00:03:49 - 00:03:51
Dan untuk sekarang kita overview dulu
00:03:51 - 00:03:52
Pertama dari saya
00:03:52 - 00:03:54
Kalau saya akan membahas ini aja
00:03:54 - 00:03:58
Perjalanan karir beliau dari tahun 2005 sampai sekarang
00:03:58 - 00:04:01
Perjalanan karir politiknya terutama ya
00:04:01 - 00:04:02
Dari beliau di Solo
00:04:02 - 00:04:03
Iya
00:04:03 - 00:04:06
Sampai sekarang di 2024 ini
00:04:06 - 00:04:08
Begitu kalau dari saya
00:04:08 - 00:04:10
Dari Mamat akan apa yang dibahas soal Pak Jokowi?
00:04:10 - 00:04:14
Iya dari saya tadi menyambung yang kata Bang Gilang
00:04:14 - 00:04:16
Bahwa dia winning streak
00:04:16 - 00:04:17
Iya
00:04:17 - 00:04:19
Tentunya seperti Michael Jordan
00:04:19 - 00:04:21
Seperti Arsenal 2005
00:04:21 - 00:04:23
Seperti Juventus 2011
00:04:23 - 00:04:24
Tidak terkelahkan
00:04:24 - 00:04:25
Iya
00:04:25 - 00:04:28
Tentunya saja pasti ada strategi-strateginya
00:04:28 - 00:04:30
Nah apa saja strateginya?
00:04:30 - 00:04:31
Check it out
00:04:31 - 00:04:33
Thank you, thank you Mas Mamat
00:04:33 - 00:04:35
Berikutnya dari Kani ya
00:04:35 - 00:04:37
Ada apa yang mau dibahas soal Pak Jokowi?
00:04:37 - 00:04:43
Iya jadi hal-hal yang dianggap ada yang kemudian termundurkan
00:04:43 - 00:04:46
Di masa-masa kekuasaan Pak Jokowi ini
00:04:46 - 00:04:48
Itu yang mau kita bahas
00:04:48 - 00:04:53
Jadi bagaimana dengan Pak Jokowi terus memimpin
00:04:53 - 00:04:56
Ada isu-isu yang tampaknya jalan apa ya
00:04:56 - 00:04:58
Tidak maju lah gitu
00:04:58 - 00:05:00
Tidak berprogress bagaimana yang diharapkan orang-orang
00:05:00 - 00:05:02
Karena beliau terus nih yang muncul
00:05:02 - 00:05:03
Yang menang
00:05:03 - 00:05:07
Bukan cuma itu tapi lebih kayak mungkin beliaunya sendiri
00:05:07 - 00:05:09
Tidak memperjuangkan isu-isu ini
00:05:09 - 00:05:11
Oh iya iya
00:05:11 - 00:05:13
Karena orang lihat selama ini
00:05:13 - 00:05:16
Dia terus kok isu-isu ini tidak tersentuh
00:05:16 - 00:05:18
Iya ketika beliau berkuasa
00:05:18 - 00:05:20
Oke begitu overview dari kami bertiga
00:05:20 - 00:05:21
Oke
00:05:21 - 00:05:22
Akan kami mulai saja
00:05:22 - 00:05:26
Jangan lupa subscribe Ruang28 di aplikasi Noise
00:05:26 - 00:05:28
Biar tahu kalau ada episode-episode baru ya
00:05:28 - 00:05:29
Notifinya dinyalain
00:05:29 - 00:05:31
Karena kami episode baru setiap hari
00:05:31 - 00:05:33
Rabu
00:05:33 - 00:05:34
Dan selain VIP yang hari ini
00:05:34 - 00:05:36
Sudah banyak VIP-VIP yang sebelumnya
00:05:36 - 00:05:40
Yang lebih-lebih angkat lah gitu
00:05:40 - 00:05:43
Episode-nya makanya di-VIP-in
00:05:43 - 00:05:46
Jadi silahkan di langganan Noise Premium
00:05:46 - 00:05:48
Atau dibuka lah VIP-VIP yang lain
00:05:48 - 00:05:50
Selain episode hari ini
00:05:50 - 00:05:52
Oke akan saya mulai dari saya dulu ya
00:05:52 - 00:05:54
Karena saya ketua SIDAM
00:05:54 - 00:06:01
Intro
00:06:01 - 00:06:03
Saya akan mulai dari perjalanan karir
00:06:03 - 00:06:04
Pak Jokowi
00:06:04 - 00:06:06
Pertama kali kan nama beliau
00:06:06 - 00:06:07
Kedengeran di publik lah
00:06:07 - 00:06:09
Paling nggak di nasional gitu ya
00:06:09 - 00:06:10
Di skala nasional
00:06:10 - 00:06:11
Itu saat beliau menjadi wali kota
00:06:11 - 00:06:14
Solo bersama Pak FX Rudy
00:06:14 - 00:06:16
Waktu itu Pak Jokowi itu kalau gak salah
00:06:16 - 00:06:19
Masuk ke majalah Tempo juga
00:06:19 - 00:06:21
Ada beberapa kepala daerah lah
00:06:21 - 00:06:22
Yang katanya oke
00:06:22 - 00:06:24
Pak Jokowi salah satunya masuk
00:06:24 - 00:06:28
Terus bahkan ada diakui secara
00:06:28 - 00:06:30
Asia waktu itu ya kalau gak salah
00:06:30 - 00:06:32
Tapi pokoknya dikenal secara internasional juga lah
00:06:32 - 00:06:35
Waktu beliau jadi wali kota ini nih
00:06:35 - 00:06:36
Di internasional dikenal
00:06:36 - 00:06:37
Di nasional juga dikenal
00:06:37 - 00:06:39
Kita pun, kalau gue pribadi pun di Jakarta
00:06:39 - 00:06:41
Tahu Pak Jokowi ya saat jadi wali kota
00:06:41 - 00:06:43
Katanya ada wali kota Solo nih
00:06:43 - 00:06:45
Oke ini kerjanya
00:06:45 - 00:06:48
Karena beliau berhasil merapihkan PKL gitu
00:06:48 - 00:06:50
Dengan cara yang baik
00:06:50 - 00:06:52
Bikin ada Trans Solo juga
00:06:52 - 00:06:54
BIS
00:06:54 - 00:06:56
Pokoknya beliau ini
00:06:56 - 00:06:59
Dicitrakan atau dikenal ke orang-orang
00:06:59 - 00:07:02
Sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyatnya
00:07:02 - 00:07:04
Dan beliau
00:07:04 - 00:07:06
Kasarnya bukan siapa-siapa lah
00:07:06 - 00:07:08
Karena kan kebanyakan kita dengar pemimpin tuh
00:07:08 - 00:07:11
Entah kelihatan lah dia memang udah di partai ini dari lama
00:07:11 - 00:07:13
Atau dulunya militer, dulunya polisi
00:07:13 - 00:07:15
Atau dulunya apa gitu
00:07:15 - 00:07:17
Ini kayak bukan siapa-siapa lah
00:07:17 - 00:07:20
Hanya pengusaha mebel biasa gitu
00:07:20 - 00:07:22
Tau-tau jadi wali kota
00:07:22 - 00:07:23
Dan berhasil
00:07:23 - 00:07:24
Jadi wali kota juga dua periode ya
00:07:24 - 00:07:25
Kalau gak salah kan
00:07:25 - 00:07:27
Ya wali kota Solo tuh
00:07:27 - 00:07:29
Dua periode gitu
00:07:29 - 00:07:32
Yang tadi tuh yang terutama menertibkan PKL-PKL
00:07:32 - 00:07:33
Dengan cara yang baik
00:07:33 - 00:07:36
Dan dia jadi disayang oleh masyarakat di Solo
00:07:36 - 00:07:37
Dan lanjut
00:07:37 - 00:07:40
Beliau abis itu kan karirnya lanjut ke Jakarta
00:07:40 - 00:07:43
Dengan diusung oleh Megawati ya PDIP
00:07:43 - 00:07:45
Waktu itu tahun 2012
00:07:45 - 00:07:47
Pilgub Jakarta
00:07:47 - 00:07:49
Nama beliau muncul setelah
00:07:49 - 00:07:50
Sebelumnya
00:07:50 - 00:07:51
Voke ya?
00:07:51 - 00:07:52
Iya kan?
00:07:52 - 00:07:53
Fauzi Bowo
00:07:53 - 00:07:54
Iya Voke
00:07:54 - 00:07:56
Udah mau abis
00:07:56 - 00:07:57
Terus
00:07:57 - 00:07:58
Fauzi Bowo udah mau abis
00:07:58 - 00:07:59
Terus abis itu
00:07:59 - 00:08:01
Muncul lah tandingannya ini
00:08:01 - 00:08:02
Pak Jokowi
00:08:02 - 00:08:03
Dan
00:08:03 - 00:08:04
Ahok ya langsung ya?
00:08:04 - 00:08:05
Langsung Ahok kan?
00:08:05 - 00:08:06
Iya bener
00:08:06 - 00:08:07
Jokowi Ahok
00:08:07 - 00:08:08
Waktu itu
00:08:08 - 00:08:10
Pak Ahok juga
00:08:10 - 00:08:11
Agak baru kedengeran lah
00:08:11 - 00:08:13
Paling gak bagi-bagi gue ini baru kedengeran nih
00:08:13 - 00:08:16
Ada orang bernama Ahok ini
00:08:16 - 00:08:19
Disandingkan dengan Pak Jokowi
00:08:19 - 00:08:20
Dan sama
00:08:20 - 00:08:21
Gaya kampanye beliau tuh
00:08:21 - 00:08:22
Merakyat banget
00:08:22 - 00:08:24
Belusukan
00:08:24 - 00:08:27
Ke konser-konser musik
00:08:27 - 00:08:31
Dan kebetulan saya sebagai warga Jakarta juga dulu memilih beliau
00:08:31 - 00:08:32
2 periode
00:08:32 - 00:08:34
Eh kok 2 periode sih
00:08:34 - 00:08:35
1 periode
00:08:35 - 00:08:37
Kayaknya gue milih Pak Jokowi sih dulu
00:08:37 - 00:08:38
Jokowi gue pilih
00:08:38 - 00:08:39
Jokowi Ahok
00:08:39 - 00:08:41
Terus sering datang ke konser-konser
00:08:41 - 00:08:42
Pokoknya sangat
00:08:42 - 00:08:44
Sangat merakyat banget lah gayanya
00:08:44 - 00:08:45
Dan
00:08:45 - 00:08:46
Kemakan gitu semua orang
00:08:46 - 00:08:48
Kebanyakan orang lah kemakan dengan gaya beliau
00:08:48 - 00:08:50
Habis itu kan
00:08:50 - 00:08:52
Dia 2017
00:08:52 - 00:08:54
Mau naik jadi
00:08:54 - 00:08:56
Presiden
00:08:56 - 00:08:58
Jadi gak lanjut lagi gubernur kan?
00:08:58 - 00:08:59
Gak lanjut
00:08:59 - 00:09:01
Gak lanjut gubernur periode 2 kan?
00:09:01 - 00:09:03
Karena abis itu dilanjutin Ahok yang
00:09:03 - 00:09:04
Bertanding dengan
00:09:04 - 00:09:05
Pak Anies
00:09:05 - 00:09:06
Itulah yang jadi rame
00:09:06 - 00:09:07
Itu Pilkub 2017
00:09:07 - 00:09:09
Habis itu beliau naik
00:09:09 - 00:09:11
Menjadi capres bersama Pak JK
00:09:11 - 00:09:13
Waktu itu ya
00:09:13 - 00:09:15
Dengan slogan yang kita ingat
00:09:15 - 00:09:17
Eh bukan slogan, apa namanya?
00:09:17 - 00:09:18
Baju kotak-kotak
00:09:18 - 00:09:20
Baju kotak-kotak yang kita ingat
00:09:20 - 00:09:22
Dan kalau di Twitter itu ada tuibon nya tuh
00:09:22 - 00:09:23
Stand on the right side
00:09:23 - 00:09:25
Siapa tuh yang dulu udah mikir
00:09:25 - 00:09:27
Udah masa
00:09:27 - 00:09:28
Stand on the right side
00:09:28 - 00:09:29
Ya kan tau kan ya
00:09:29 - 00:09:30
Yang dimasang di kanan
00:09:30 - 00:09:31
Karena dulu dia
00:09:31 - 00:09:32
Nomor 2 kalau gak salah ya
00:09:32 - 00:09:33
Lawannya kan
00:09:33 - 00:09:35
Prabowo dan
00:09:35 - 00:09:37
Hatta, Hatta Rajasa ya
00:09:37 - 00:09:39
Nah ini nomor 2 jadi
00:09:39 - 00:09:41
Di right side kalau yang bener
00:09:41 - 00:09:43
Di kanan alias yang bener tuh pilih Jokowi lah
00:09:43 - 00:09:45
Terus beliau juga bikin
00:09:45 - 00:09:47
Acara kayak kampanye akbar
00:09:47 - 00:09:49
Di GBK juga yang lari gitu kan
00:09:49 - 00:09:51
Terus banyak sekali
00:09:51 - 00:09:53
Public figure yang mendukung
00:09:53 - 00:09:55
Yang dulu tuh tidak dihujat gitu
00:09:55 - 00:09:57
Kalau public figure dukung Prabowo tuh
00:09:57 - 00:09:59
Eh Prabowo dukung Jokowi tuh
00:09:59 - 00:10:00
Tidak dihujat
00:10:00 - 00:10:01
Beda dengan public figure sekarang
00:10:01 - 00:10:03
Yang banyak dukung Prabowo tuh
00:10:03 - 00:10:05
Entah kenapa lebih dihujat lah
00:10:05 - 00:10:07
Dibanding dulu orang-orang yang pada
00:10:07 - 00:10:09
Pro Jokowi lah gitu
00:10:10 - 00:10:12
Seperti itu
00:10:12 - 00:10:14
Dan beliau
00:10:14 - 00:10:16
Capres pertama menang
00:10:16 - 00:10:17
Lawan Pak Prabowo
00:10:17 - 00:10:19
Terus putaran kedua, eh periode 2
00:10:19 - 00:10:21
Menang lagi
00:10:21 - 00:10:23
Bersama Pak Maruf Amin
00:10:23 - 00:10:25
Lawannya juga Pak Prabowo
00:10:25 - 00:10:27
Dengan pasan Diaga Unung
00:10:27 - 00:10:29
Yang sempat rame pemilunya
00:10:29 - 00:10:31
Ada ribut-ribut demo dan akhirnya
00:10:31 - 00:10:33
Diakhiri dengan Pak Prabowo
00:10:33 - 00:10:35
Gabung ke kabinet
00:10:35 - 00:10:37
Sebagai menhan
00:10:37 - 00:10:39
Dan pasan Diaga sebagai parekraf
00:10:39 - 00:10:41
Kemen parekraf
00:10:41 - 00:10:43
Dan makin 2 periode
00:10:43 - 00:10:45
Ada wacana-wacana
00:10:45 - 00:10:47
Karena covid ada wacana mau 3 periode lah
00:10:47 - 00:10:49
Kata Pak Luhut
00:10:49 - 00:10:51
Dia udah punya big data
00:10:51 - 00:10:53
Kalau orang berapa ratus, berapa puluh persen
00:10:53 - 00:10:55
Puas dengan Pak Jokowi
00:10:55 - 00:10:57
Terus punya data juga katanya
00:10:57 - 00:10:59
Orang tuh banyak yang pengen beliau lagi 3 periode
00:10:59 - 00:11:01
Karena dianggap pas covid tuh
00:11:01 - 00:11:03
Kayak gak dihitung lah periodenya
00:11:03 - 00:11:05
Karena lagi covid
00:11:05 - 00:11:07
Cuma banyak juga orang yang akhirnya
00:11:07 - 00:11:09
Kecewa pada Pak Jokowi karena
00:11:09 - 00:11:11
Kok dulu kayaknya kelihatan polos-polos
00:11:11 - 00:11:13
Makin kesini kok
00:11:13 - 00:11:15
Terlihat haus
00:11:15 - 00:11:17
Berkuasa gitu kayaknya
00:11:17 - 00:11:19
Dan ditutup dengan 2024
00:11:19 - 00:11:21
Anaknya yang maju, memang bukan beliau yang maju
00:11:21 - 00:11:23
Tapi anaknya yang maju dan kelihatannya
00:11:23 - 00:11:25
Dari quick count dan lain-lain
00:11:25 - 00:11:27
Memang akan menang sih kemungkinan besarnya
00:11:27 - 00:11:29
Maka itu dianggap Pak Jokowi ini
00:11:29 - 00:11:31
Win streaknya
00:11:31 - 00:11:33
100% karena beliau masuk ke pertandingan
00:11:33 - 00:11:35
Dia menang, dia di belakang
00:11:35 - 00:11:37
Alias anaknya yang masuk
00:11:37 - 00:11:39
Walaupun dia tidak secara langsung
00:11:39 - 00:11:41
Berkampanye untuk anaknya karena
00:11:41 - 00:11:43
Tidak ada cuti dari beliau
00:11:43 - 00:11:45
Karena tidak diizinin oleh Presiden
00:11:45 - 00:11:47
Tapi anaknya nih
00:11:47 - 00:11:49
Kan dia juga Presiden
00:11:49 - 00:11:51
Kan beliau yang Presiden
00:11:51 - 00:11:53
Tapi kan Presiden kalau mau cuti harus izin ke Presiden
00:11:53 - 00:11:55
Katanya ngirim surat izin
00:11:55 - 00:11:57
Jadi Pak Jokowi
00:11:57 - 00:11:59
Kalau mau cuti harus izin
00:11:59 - 00:12:01
Beliau Presiden Jokowi
00:12:01 - 00:12:03
Iya dan harus disetujuin
00:12:03 - 00:12:05
Boleh cutinya
00:12:05 - 00:12:07
Jadi beliau
00:12:07 - 00:12:09
Kalau dia ajuin tapi tidak disetujuin
00:12:09 - 00:12:11
Berarti tidak boleh
00:12:11 - 00:12:13
Boleh kampanye
00:12:13 - 00:12:15
Karena sampai pemilu berlangsung pun
00:12:15 - 00:12:17
Tidak ada Pak Jokowi cuti
00:12:17 - 00:12:19
Dan tidak ada juga sebenarnya Pak Jokowi kampanye
00:12:19 - 00:12:21
Jadi sebenarnya Pak Jokowi
00:12:21 - 00:12:23
Tidak kampanye secara langsung
00:12:23 - 00:12:25
Tapi ini anaknya sendiri
00:12:25 - 00:12:27
Masa tidak didukung, masa dia tidak nyoblos
00:12:27 - 00:12:29
Anaknya
00:12:29 - 00:12:31
Kayak gitu
00:12:31 - 00:12:33
Inilah yang dianggap sama orang menang
00:12:33 - 00:12:35
100% menang terus
00:12:35 - 00:12:37
Bahkan dia
00:12:37 - 00:12:39
Tidak jadi
00:12:39 - 00:12:41
Pemain aja tetap menang
00:12:41 - 00:12:43
Nah yang jadi orang
00:12:43 - 00:12:45
Akhirnya di periode 2 ini orang tadinya yang senang
00:12:45 - 00:12:47
Sama Pak Jokowi jadi sebel
00:12:47 - 00:12:49
Karena itu kelihatannya kok lo gak mau kehilangan kekuasaan
00:12:49 - 00:12:51
Sampai anak lo juga
00:12:51 - 00:12:53
Didorong jadi
00:12:53 - 00:12:55
Wapres yang satunya
00:12:55 - 00:12:57
Ketum partai
00:12:57 - 00:12:59
Hanya dengan 3 hari masuk partai tersebut
00:12:59 - 00:13:01
Perasaan dulu Jokowi gini
00:13:01 - 00:13:03
Ada yang bilang Pak Jokowi berubah
00:13:03 - 00:13:05
Padahal kita gak tau ini Pak Jokowi berubah
00:13:05 - 00:13:07
Atau memang dari dulu begini
00:13:07 - 00:13:09
Apakah
00:13:09 - 00:13:11
Pelangak pelongonya itu merupakan
00:13:11 - 00:13:13
Taktik dari dulu
00:13:13 - 00:13:15
Selama ini kan kita selalu bilang Pak Jokowi itu
00:13:15 - 00:13:17
Boneka Ibu Mega
00:13:17 - 00:13:19
Nah buktinya sekarang
00:13:19 - 00:13:21
Pak Jokowi lebih banyak yang milih
00:13:21 - 00:13:23
Dibanding suara
00:13:23 - 00:13:25
Lebih mengatur dirinya sendiri ternyata ya
00:13:25 - 00:13:27
Iya
00:13:27 - 00:13:29
Jadi apakah benar Pak Jokowi
00:13:29 - 00:13:31
Selama ini boneka
00:13:31 - 00:13:33
Ibu Mega gitu
00:13:33 - 00:13:35
Atau selama ini beliau
00:13:35 - 00:13:37
Mencitrakan atau bikin branding
00:13:37 - 00:13:39
Ini biarin aja nih orang
00:13:39 - 00:13:41
Ngira gue boneka nih
00:13:41 - 00:13:43
Padahal aslinya gue emang gak gitu
00:13:43 - 00:13:45
Gue Pak Petirs nya juga gitu
00:13:45 - 00:13:47
Kita gak tau sejak kapan
00:13:47 - 00:13:49
Apakah dari dulu
00:13:49 - 00:13:51
Apakah ini strategi dari zaman dia di Solo
00:13:51 - 00:13:53
Atau strategi sejak
00:13:53 - 00:13:55
Yang acara apa tuh
00:13:55 - 00:13:57
Munaspartai PDI kali ya yang dibilang
00:13:57 - 00:13:59
Sama Ibu Mega, iya Pak Jokowi mah kalau gak ada saya
00:13:59 - 00:14:01
Nggak ada apa-apanya dia
00:14:01 - 00:14:03
Dulu saya nih yang ngangkat dia
00:14:03 - 00:14:05
2012
00:14:05 - 00:14:07
Terus Pak Jokowi kan disorot ketawa-tawa doang kan
00:14:07 - 00:14:09
Apakah sejak itu beliau dalam hati
00:14:09 - 00:14:11
Lihat aja nih berapa tahun lagi
00:14:11 - 00:14:13
Kita gak tau sih apakah memang pergerakan beliau
00:14:13 - 00:14:15
Segitunya atau gimana gitu
00:14:15 - 00:14:17
Tapi kayaknya udah cukup deh menganggap ada orang
00:14:17 - 00:14:19
Dibalik Pak Jokowi deh
00:14:19 - 00:14:21
Yang Pak Jokowi nya aja udah
00:14:21 - 00:14:23
Kalau misalnya gue justru berpikirnya
00:14:23 - 00:14:25
Emang itu better ya
00:14:25 - 00:14:27
Gue bingung juga
00:14:27 - 00:14:29
Emang lu prefer punya leader yang
00:14:29 - 00:14:31
Di belakangnya ada orang
00:14:31 - 00:14:33
Nggak juga gak sih
00:14:33 - 00:14:35
Gue gak ngerti orang kenapa malah ngerasa di prank
00:14:35 - 00:14:37
Ketika dia
00:14:37 - 00:14:39
Ternyata dia sendiri
00:14:39 - 00:14:41
Maksudnya lu pemilih dia nih
00:14:41 - 00:14:43
Jadi lu seneng nih
00:14:43 - 00:14:45
Lu memilih boneka
00:14:45 - 00:14:47
Merasa di prank itu atas isunya sih kak
00:14:47 - 00:14:49
Atas apanya isunya
00:14:49 - 00:14:51
Atas isu dan brandingannya
00:14:51 - 00:14:53
Bukan kayak
00:14:53 - 00:14:55
Oh ternyata
00:14:55 - 00:14:57
Kita tau bahwa
00:14:57 - 00:14:59
Brandingannya dia kan populer tadi
00:14:59 - 00:15:01
Maksudnya merakyat apa segala macem
00:15:01 - 00:15:03
Iya gak sih
00:15:03 - 00:15:05
Iya tapi kan kita gak tau yang tadi
00:15:05 - 00:15:07
Pelanggan lu bilang bahwa
00:15:07 - 00:15:09
Bahwa oh
00:15:09 - 00:15:11
Biarin aja nih orang menganggap aku
00:15:11 - 00:15:13
Diatur sama
00:15:13 - 00:15:15
PDIP gitu
00:15:15 - 00:15:17
Masa lu sebagai pemilih
00:15:17 - 00:15:19
Jadi lu prefer punya leader
00:15:19 - 00:15:21
Yang pelangga pelongo, tolol
00:15:21 - 00:15:23
Dan diatur orang lain gitu
00:15:23 - 00:15:25
Gue gak ngerti jadi ketika dia ternyata
00:15:25 - 00:15:27
Maksudnya ada dua sikap sih kak
00:15:27 - 00:15:29
Maksudnya bukan
00:15:29 - 00:15:31
Itu digabungin
00:15:31 - 00:15:33
Sikapnya kayak oh yaudah akhirnya
00:15:33 - 00:15:35
Pak Jokowi ternyata bukan diatur ya
00:15:35 - 00:15:37
Oke kita senang atas punya leader yang gak diatur
00:15:37 - 00:15:39
Tapi yang menjadi itunya adalah
00:15:39 - 00:15:41
Isunya
00:15:41 - 00:15:43
Yang menjadi orang kayak oh ternyata
00:15:43 - 00:15:45
Ini gak diatur
00:15:45 - 00:15:47
Dia gak suka dan gak suka itu urusan yang kedua
00:15:47 - 00:15:49
Oh jadi kagetnya aja
00:15:49 - 00:15:51
Oh maksudnya kaget doang
00:15:51 - 00:15:53
Soalnya kayak keliatannya
00:15:53 - 00:15:55
Kayak protes gitu
00:15:55 - 00:15:57
Bahwa dia punya strategi gitu
00:15:57 - 00:15:59
Tapi kayaknya banyak juga yang protes yang
00:15:59 - 00:16:01
Lebih ke gak nyangka sih ya
00:16:01 - 00:16:03
Lebih ke gak nyangka
00:16:03 - 00:16:05
Gak nyangka aja gitu
00:16:05 - 00:16:07
Iya gue justru ngeliatnya kan kemarin kan sempet ada yang kayak
00:16:07 - 00:16:09
Ya di prank dengan ke pelangga pelongo
00:16:09 - 00:16:11
Aneh-aneh
00:16:11 - 00:16:13
Yang diatur orang lagi ya
00:16:13 - 00:16:15
Iya kayak gitu loh
00:16:15 - 00:16:17
Abis itu kayak misalnya yang ngerasa di prank
00:16:17 - 00:16:19
Gara-gara apa misalnya merakyat atau
00:16:19 - 00:16:21
Satisfaction rate dia 70%
00:16:21 - 00:16:23
Atau 80%
00:16:23 - 00:16:25
Berarti masih sesuai dong
00:16:25 - 00:16:27
Dengan branding dia
00:16:27 - 00:16:29
Gak ada yang aneh
00:16:29 - 00:16:31
Dengan itu
00:16:31 - 00:16:33
Sebenernya dulu kan ketika isu
00:16:33 - 00:16:35
Bahwa Pak Jokowi itu
00:16:35 - 00:16:37
Diatur oleh Bume
00:16:37 - 00:16:39
Orang kan banyak yang gak suka sebenarnya
00:16:39 - 00:16:41
Tapi akhirnya orang pasti lebih banyak suka
00:16:41 - 00:16:43
Harusnya tonenya positif dong
00:16:43 - 00:16:45
Iya
00:16:45 - 00:16:47
Harusnya tonenya positif
00:16:47 - 00:16:49
Kalau gak positif berarti
00:16:49 - 00:16:51
Orang-orang PDIP gak beralih ke dia
00:16:51 - 00:16:53
Memang positif ini
00:16:53 - 00:16:55
Yang menjadi masalah itu di akar rumput itu
00:16:55 - 00:16:57
Orang baru setahu itu bahwa
00:16:57 - 00:16:59
Oh ternyata isu
00:16:59 - 00:17:01
Kalau diatur itu ternyata enggak ya
00:17:01 - 00:17:03
Soalnya kemarin ada yang tonen
00:17:03 - 00:17:05
Negatif di social media
00:17:05 - 00:17:07
Kalau aku lihat ya
00:17:07 - 00:17:09
Sebagian daripada 20% orang
00:17:09 - 00:17:11
Yang gak suka dengan Pak Jokowi
00:17:11 - 00:17:13
Oh jadi itu yang gak suka aja
00:17:13 - 00:17:15
Oh sorry
00:17:15 - 00:17:17
Kirain ini yang ngerasain
00:17:17 - 00:17:19
Iya
00:17:19 - 00:17:21
Jadi kaget sama seperti
00:17:21 - 00:17:23
Kayak pada akhirnya
00:17:23 - 00:17:25
Orang-orang yang dulu
00:17:25 - 00:17:27
Kayak memprotes
00:17:27 - 00:17:29
Kenapa Pak Jokowi harus dengar Bume
00:17:29 - 00:17:31
Kenapa harus dengar blablabla
00:17:31 - 00:17:33
Orang yang sama juga banyak yang kaget ketika
00:17:33 - 00:17:35
Wah ternyata selama ini saya marah-marah
00:17:35 - 00:17:37
Oh gitu
00:17:37 - 00:17:39
Bahwa ternyata saya punya presiden yang gak diatur
00:17:39 - 00:17:41
Kok aman gitu
00:17:41 - 00:17:43
Oh berarti tonenya positif ya sebenarnya
00:17:43 - 00:17:45
Selebrasi nih sebenarnya
00:17:45 - 00:17:47
Kaget aja
00:17:47 - 00:17:49
Oh bagus banget ini
00:17:49 - 00:17:51
Sama kayak kakak
00:17:51 - 00:17:53
Kayak kakak nonton sinetron
00:17:53 - 00:17:55
Terus toko yang jahat disitu
00:17:55 - 00:17:57
Pada akhirnya plot twistnya ternyata
00:17:57 - 00:17:59
Oh ternyata
00:17:59 - 00:18:01
Dia jahat karena
00:18:01 - 00:18:03
Karena kebaikannya
00:18:03 - 00:18:05
Plot twistnya gitu
00:18:05 - 00:18:07
Ibarat kita nonton film
00:18:07 - 00:18:09
Kita pasti kaget dong dengan plot twist
00:18:09 - 00:18:11
Tapi memang
00:18:11 - 00:18:13
Kalau aku tuh gak suka
00:18:13 - 00:18:15
Dengan konsep
00:18:15 - 00:18:17
Cara berpikir hitam putih
00:18:17 - 00:18:19
Di dalam kita menonton
00:18:19 - 00:18:21
Habit-habit orang Indonesia
00:18:21 - 00:18:23
Dengan fiksinya juga kayak gitu
00:18:23 - 00:18:25
Sangat berbeda sekali dengan Hollywood
00:18:25 - 00:18:27
Products ya
00:18:27 - 00:18:29
Di sinetron-sinetron Indonesia tuh selalu
00:18:29 - 00:18:31
Ada dichotomy kayak ini orang yang jahat
00:18:31 - 00:18:33
Kayak orang gila
00:18:33 - 00:18:35
Abis itu ada orang yang baik
00:18:35 - 00:18:37
Yang kayak
00:18:37 - 00:18:39
Tapi cuman
00:18:39 - 00:18:41
Soal jahat baik aja nih gak ngomongin
00:18:41 - 00:18:43
Pinter begonya gitu
00:18:43 - 00:18:45
Jadi sebenarnya bisa aja nih
00:18:45 - 00:18:47
Jahat baik itu semua
00:18:47 - 00:18:49
Yang baiknya juga bego
00:18:49 - 00:18:51
Jahat jadi baik itu
00:18:51 - 00:18:53
Ini kalau di Hollywood
00:18:53 - 00:18:55
Jahat jadi baik atau baik jadi jahat itu
00:18:55 - 00:18:57
Ada unsur pintar dan bego
00:18:57 - 00:18:59
Iya bener
00:18:59 - 00:19:01
Ini memang dia bego orangnya gitu
00:19:01 - 00:19:03
Jadi buat apa baik juga
00:19:03 - 00:19:05
Maksudnya kebaikannya juga gak akan terwujud
00:19:05 - 00:19:07
Dengan kebegoannya
00:19:07 - 00:19:09
Hollywood tuh sering menunjukkan itu
00:19:09 - 00:19:11
Dan dikasih spektrum sama dia
00:19:11 - 00:19:13
Gak ada tuh orang yang disini dianggap baik
00:19:13 - 00:19:15
Dia munculkan perdebatan
00:19:15 - 00:19:17
Baik jahat itu sendiri
00:19:17 - 00:19:19
Coba nih lo liat orang kayak gini
00:19:19 - 00:19:21
Itu kan jahat gak?
00:19:21 - 00:19:23
Dia tuh bisa menunjukkan
00:19:23 - 00:19:25
Nah ini jadinya jahat apa baik nih
00:19:25 - 00:19:27
Dia tuh memberikan ruang
00:19:27 - 00:19:29
Nah moral calculationnya dipikir dong
00:19:29 - 00:19:31
Bukan cuman SOP gitu loh
00:19:31 - 00:19:33
Dan dikasih jelas kayak motivasinya nih
00:19:33 - 00:19:35
Kenapa nih orang ini ngelakuin ini
00:19:35 - 00:19:37
Anime kan juga gitu
00:19:37 - 00:19:39
Manga tuh kan keren banget
00:19:39 - 00:19:41
Jadi dia ngasih tunjuk
00:19:41 - 00:19:43
Orang itu gak ngelakuin kayak gini
00:19:43 - 00:19:45
Dengan sekonyong-konyong gitu
00:19:45 - 00:19:47
Aku benci sama dia
00:19:47 - 00:19:49
Aku akan menghancurkan hidupnya
00:19:49 - 00:19:51
Tiba-tiba kayak gitu loh manusia
00:19:51 - 00:19:53
Ada karakter development
00:19:53 - 00:19:55
Ada story nih
00:19:55 - 00:19:57
Background story, back story segala macam
00:19:57 - 00:19:59
Sebenarnya
00:20:01 - 00:20:03
Yang sangat akan membingungkan lagi
00:20:03 - 00:20:05
Kalau kita lihat statement Bumega
00:20:05 - 00:20:07
Di dua tahun awal
00:20:07 - 00:20:09
Pak Jokowi itu
00:20:09 - 00:20:11
Sangat ini kayak
00:20:11 - 00:20:13
Ini orang-orang jahat banget ya
00:20:13 - 00:20:15
Kok bisa presiden saya dibilang pelangga pelongo
00:20:15 - 00:20:17
Presiden saya dibilang diatur-atur
00:20:17 - 00:20:19
Maksudnya Bumega sendiri
00:20:19 - 00:20:21
Membantah
00:20:21 - 00:20:25
Terus orang kaget sekarang
00:20:25 - 00:20:27
Maksudnya dulu tuh
00:20:27 - 00:20:29
Dulu vibe positifnya itu ada kesebuah gitu
00:20:29 - 00:20:31
Jadi orang yang mengolok-olok
00:20:31 - 00:20:33
Orang yang fitnah
00:20:33 - 00:20:35
Sekarang itu kebagi banyak gitu loh
00:20:35 - 00:20:37
Kebagi 4 bagian
00:20:37 - 00:20:39
5 bagian
00:20:39 - 00:20:41
Ada yang kaget tapi jadi positif
00:20:41 - 00:20:43
Ada yang kaget jadi negatif
00:20:43 - 00:20:45
Ada yang negatif tapi udah gak kaget gitu
00:20:45 - 00:20:47
Ada banyak
00:20:47 - 00:20:49
Soalnya soal si baik jahat itu
00:20:49 - 00:20:51
Banyak lagi ya soalnya tadi
00:20:51 - 00:20:53
Itu dulu dijahatin atau apa
00:20:53 - 00:20:55
Jadi tiap pemilu itu soal baik jahat
00:20:55 - 00:20:57
Padahal menurut gue
00:20:57 - 00:20:59
Pemilu tentang pengelolaan sumber daya publik
00:20:59 - 00:21:01
Baik jahatnya gimana
00:21:01 - 00:21:03
Ini kan perbedaan kepentingan aja
00:21:05 - 00:21:07
Ada kepentingan yang udah gak sejalan ya
00:21:07 - 00:21:09
Iya misalnya lu mau ngutamain
00:21:09 - 00:21:11
Pembangunan jalan raya atau
00:21:11 - 00:21:13
Pembangunan transportasi publik
00:21:13 - 00:21:15
Atau pembangunan taman
00:21:15 - 00:21:17
Taman kota lah misalnya
00:21:17 - 00:21:19
Kalau gue bangun taman kota jahat kan
00:21:19 - 00:21:21
Kan enggak gitu kan
00:21:21 - 00:21:23
Jahat menurut yang mana
00:21:23 - 00:21:25
Jadi kalau menurut gue lebih
00:21:25 - 00:21:27
Stand on the right side of history
00:21:27 - 00:21:29
Itu menurut gue kayak
00:21:29 - 00:21:31
Terlalu aneh menurut gue untuk urusan kayak gini
00:21:31 - 00:21:33
Kecuali konteksnya
00:21:33 - 00:21:37
Gue stand on the non criminal leader
00:21:37 - 00:21:39
Itu masih make sense ya
00:21:39 - 00:21:41
Maksudnya dia kriminal nih yaudah
00:21:41 - 00:21:43
Tapi kalau moral
00:21:43 - 00:21:45
Good or bad moral ini
00:21:45 - 00:21:47
Itu tergantung dari POV nya siapa
00:21:47 - 00:21:49
Apa yang mau lu perjuangin
00:21:49 - 00:21:51
Kayak tadi misalnya
00:21:51 - 00:21:53
Ternyata
00:21:53 - 00:21:55
56 persen
00:21:55 - 00:21:57
70 katanya
00:21:57 - 00:21:59
Itu satisfaction
00:21:59 - 00:22:01
Ini yang kemarin quick count
00:22:01 - 00:22:03
56 persen
00:22:03 - 00:22:05
Misalnya
00:22:05 - 00:22:07
56 persen ternyata
00:22:07 - 00:22:09
Stand on the wrong side of history
00:22:09 - 00:22:11
Atau misalnya kayak gitu kan
00:22:11 - 00:22:13
Dan yang selanjutnya juga kayak
00:22:13 - 00:22:15
Enggak lu main as a lawyer juga kan
00:22:15 - 00:22:17
Lu ngapain milih yang kayak gini
00:22:17 - 00:22:19
Kan yang ini pasti ada juga yang dianggap masalah
00:22:19 - 00:22:21
Yang kelompok sini
00:22:21 - 00:22:23
Jadi ini kan cuman membicarakan
00:22:23 - 00:22:25
Lu mau prioritasin kesalahan yang mana
00:22:25 - 00:22:27
Yang mau lu bimaafkan
00:22:27 - 00:22:29
Yang mau lu bimaafin kan
00:22:29 - 00:22:31
Ini kan bebas ya, ini subjective
00:22:31 - 00:22:33
Setiap orang bisa punya
00:22:33 - 00:22:35
Yaudah perspektifnya dia yang off limit ini
00:22:35 - 00:22:37
Kayak maksud gue
00:22:37 - 00:22:39
Yaudah gue juga gak bisa
00:22:39 - 00:22:41
Buat gue ini bukan tentang
00:22:41 - 00:22:43
Dajal gitu loh
00:22:43 - 00:22:45
Jadi gue juga gak bilang orang lain yang pilihannya
00:22:45 - 00:22:47
Misalnya yang menurut gue harusnya orang gak milih itu
00:22:47 - 00:22:49
Misalnya gitu gue juga gak bilang
00:22:49 - 00:22:51
Oh ini setan nih orang
00:22:51 - 00:22:53
Yaudah lu punya beda sikap sama gue
00:22:53 - 00:22:55
Gue gak setuju
00:22:55 - 00:22:57
Karena gue prioritasin ini
00:22:57 - 00:22:59
Emang nilai-nilai ini yang gue prioritasin
00:22:59 - 00:23:01
Nah menurut gue tuh
00:23:01 - 00:23:03
Literasi politik masyarakat itu perlu didorong ke sana
00:23:03 - 00:23:05
Jadi kita gak
00:23:05 - 00:23:07
Karena gini penilaian baik buruk
00:23:07 - 00:23:09
Kita aja tuh sering kali cuman sekedar
00:23:09 - 00:23:11
Misalnya kayak orang yang ngomongnya
00:23:11 - 00:23:13
Ceplos-ceplos ngamuk-ngamuk
00:23:13 - 00:23:15
Oh dianggap buruk
00:23:15 - 00:23:17
Karena kan di sinetron juga kayak gitu kan
00:23:17 - 00:23:19
Kayak orang baik tuh suaranya lembut
00:23:19 - 00:23:21
Abis itu orang yang suaranya
00:23:21 - 00:23:23
Cetar-cetar tuh antagonis
00:23:23 - 00:23:25
Nah padahal kan apa hubungannya
00:23:25 - 00:23:27
Nah abis itu
00:23:27 - 00:23:29
Kita jadi kayak gitu makanya ketika orang
00:23:29 - 00:23:31
Mainan pencitraan luar pasti
00:23:31 - 00:23:33
Pake gesture-gesture yang udah di asosiasikan
00:23:33 - 00:23:35
Ini baik nih, ini orang baik nih, ini orang jahat nih
00:23:35 - 00:23:37
Nah maksud gue kita stop deh
00:23:37 - 00:23:39
Bisa gak next election tuh
00:23:39 - 00:23:41
Coba kita bicarakan kepentingannya aja
00:23:41 - 00:23:43
Gue punya interestnya ini
00:23:43 - 00:23:45
Dan orang ini tidak mau
00:23:45 - 00:23:47
Akhiri interest gue
00:23:47 - 00:23:49
Lets talk about that
00:23:49 - 00:23:51
Kayak kebijakannya dia apa
00:23:51 - 00:23:53
Gue maunya masyarakat jadi kayak gini
00:23:53 - 00:23:55
Nah gimana gitu
00:23:55 - 00:23:57
Nah sedangkan kan kalo kita dari kemarin-kemarin ini
00:23:57 - 00:23:59
Terutama kalo yang pemilu kemarin ini ya
00:23:59 - 00:24:01
Gue ngeliat disitu kita jadi gak sempet membicarakan itu
00:24:01 - 00:24:03
Karena memang udah di depan udah keburuk filter
00:24:03 - 00:24:05
Sama urusan etik
00:24:05 - 00:24:07
Yang penting gitu
00:24:07 - 00:24:09
Cuman ya jadinya ujung-ujungnya kan lolos juga
00:24:09 - 00:24:11
Jadi masalah tetap berjalan dan ternyata popular vote juga segitu
00:24:11 - 00:24:13
Animonya segala macem
00:24:13 - 00:24:15
Ya kita jadi keburu gak ngomongin
00:24:15 - 00:24:17
Gak menguji
00:24:17 - 00:24:19
Kebijakannya itu sendiri
00:24:19 - 00:24:21
Jadinya kita juga bisa jadi
00:24:21 - 00:24:23
Masih buta nih sekarang nih
00:24:23 - 00:24:25
Kebijakan-kebijakan yang akan terjadi nih
00:24:25 - 00:24:27
Kedepannya seperti apa karena belum banyak
00:24:27 - 00:24:29
Yang kita discuss gitu kan kemarin
00:24:29 - 00:24:31
Karena kita ya fokusnya lebih ke arah
00:24:31 - 00:24:33
Harusnya orang ini gak bertanding
00:24:33 - 00:24:35
Kayaknya gitu ya banyak orang sikapnya kayak gitu
00:24:35 - 00:24:37
Tapi kan sayangnya well dalam demokrasi
00:24:37 - 00:24:39
Ya gimana gitu
00:24:39 - 00:24:41
Jalan terus pertandingannya
00:24:41 - 00:24:43
Iya dengan animo dari popular vote seperti itu
00:24:43 - 00:24:45
Dan ya maksudnya
00:24:45 - 00:24:47
Kenyataannya ternyata isu itu gak kebeli
00:24:47 - 00:24:49
Ya kalo aku ngeliatnya
00:24:49 - 00:24:51
Ya kita jadinya udah missing out opportunity
00:24:51 - 00:24:53
Untuk ngebahas
00:24:53 - 00:24:55
Actual ini nya gitu exercise of power nya
00:24:55 - 00:24:57
Kayak nanti jadi kayak gimana nih
00:24:57 - 00:24:59
Peta kebijakan
00:24:59 - 00:25:01
Dan prioritas programnya seperti apa
00:25:01 - 00:25:03
Terus kita belum menguji lah gitu
00:25:03 - 00:25:05
Bener gak sih trade off nya apa nih
00:25:05 - 00:25:07
Kalo kita majuin yang ini gitu kan
00:25:07 - 00:25:09
Kita belum sempet membicarakan itu kemarin
00:25:09 - 00:25:11
Ya ekspektasi aku sih kalo bisa ke depannya
00:25:11 - 00:25:13
Kita bisa bergerak ke arah sana ya
00:25:13 - 00:25:15
Apa namanya proses politik kita
00:25:15 - 00:25:17
Budaya politik kita lah kayak gitu
00:25:17 - 00:25:19
Bahwa ada nilai-nilai betul tapi kita harus pahami
00:25:19 - 00:25:21
Nilai-nilai itu ya subjektif gitu
00:25:21 - 00:25:23
Jadi orang lain bisa punya nilai yang berbeda
00:25:23 - 00:25:25
Dengan kita gitu
00:25:25 - 00:25:27
Seberapa pun kayak kita kagetnya ya
00:25:27 - 00:25:29
Ya aku juga kadang terkaget-kaget ya
00:25:29 - 00:25:31
Kok bisa ya
00:25:31 - 00:25:33
Orang ini nilai-nilainya tuh kayak gini gitu loh
00:25:33 - 00:25:35
Kok bisa misalnya mengkompromikan hal seperti ini
00:25:35 - 00:25:37
Atau mentolerasikan hal seperti itu
00:25:37 - 00:25:39
Tapi yaudah bagaimana
00:25:39 - 00:25:41
Itulah kenyataannya
00:25:41 - 00:25:43
Itulah faktanya bahwa nilai-nilai memang beragam
00:25:43 - 00:25:45
Memang relatif, memang subjektif gitu
00:25:45 - 00:25:49
Orang-orang bisa punya nilai mereka yang berbeda itu
00:25:49 - 00:25:51
I think itu sih
00:25:51 - 00:25:53
The way aku ngeliat itu ya
00:25:53 - 00:25:55
Dan kalo soal leader yang
00:25:55 - 00:25:57
Maksudnya kayak kemarin misalnya Pak Jokowi sendiri
00:25:57 - 00:26:00
Yang oh ternyata Machiavellian banget gitu kan
00:26:00 - 00:26:02
Kalo aku pribadi
00:26:02 - 00:26:04
Aku suka leader yang Machiavellian gitu
00:26:04 - 00:26:06
Maksudnya Machiavellian itu dalam artian
00:26:06 - 00:26:08
Punya kemampuan taktikal aja gitu
00:26:08 - 00:26:10
Yang tinggi ya
00:26:10 - 00:26:12
Jadi ketika lu punya suatu goal
00:26:12 - 00:26:14
Kenapa?
00:26:14 - 00:26:16
Ya strateginya
00:26:16 - 00:26:18
Strateginya bukan soal menariknya
00:26:18 - 00:26:20
Ini lebih ke efektifnya
00:26:20 - 00:26:22
Jadi kayak dia tau
00:26:22 - 00:26:24
Misalnya dia mau nyampe kesini nih
00:26:24 - 00:26:26
Nah ini strateginya harus apa nih
00:26:26 - 00:26:28
Oh yaudah dipush dong kesana
00:26:28 - 00:26:30
Nah kalo kita punya leader yang kita
00:26:30 - 00:26:32
Atau ada orang deh yang kita setuju
00:26:32 - 00:26:34
Nih sama tujuannya
00:26:34 - 00:26:37
Misal Kamamat mungkin setuju dengan Ci Vero ya
00:26:37 - 00:26:39
Enggak ya?
00:26:39 - 00:26:41
Siapa?
00:26:41 - 00:26:43
Ibu Vero
00:26:43 - 00:26:45
Enggak
00:26:45 - 00:26:47
Suatu tujuan bukan?
00:26:47 - 00:26:49
Enggak ya, misal ya
00:26:49 - 00:26:51
Ini kan permisalan doang ya
00:26:53 - 00:26:55
Misal ada tujuan nih
00:26:55 - 00:26:57
Tunggu dulu
00:26:57 - 00:26:59
Misalnya dia ada tujuannya kayak gini
00:26:59 - 00:27:01
Nah aku setuju nih misalnya sama tujuan dia
00:27:01 - 00:27:03
Ya aku pasti prefer dia jago dong
00:27:03 - 00:27:05
Taktikal dan strateginya
00:27:05 - 00:27:07
Gimana untuk nyampe kesitu
00:27:07 - 00:27:09
Jadi kalo misalnya ada politisi
00:27:09 - 00:27:11
Atau pejabat yang kayak
00:27:11 - 00:27:13
Wanjir dia jago ya, dia tuh ngelakuin disini
00:27:13 - 00:27:15
Bisa kayak gini, bisa kayak gini
00:27:15 - 00:27:17
Itu bagus tinggal kita samain tujuan sama dia
00:27:17 - 00:27:19
Di luar baik dan buruk ya ini ya
00:27:19 - 00:27:21
Iya di luar baik dan buruk maksud Kakak
00:27:21 - 00:27:23
Di luar moralitas lah
00:27:23 - 00:27:25
Iya kita kan
00:27:25 - 00:27:27
Ya baik buruk itu kan bagian tujuan juga
00:27:27 - 00:27:29
Masuk baik buruk ya misalnya yang kita anggap baik itu
00:27:29 - 00:27:31
Keperataan gitu kan atau apa yaudah
00:27:31 - 00:27:33
Nah kan kita punya tujuan itu
00:27:33 - 00:27:35
Nah kalo kita sama tujuannya sama dia justru
00:27:35 - 00:27:37
Bagus dong ya kan ada dia
00:27:37 - 00:27:39
Dengan kemampuan itu kan
00:27:39 - 00:27:41
Jadi aku justru pengen ngeliat lebih banyak
00:27:41 - 00:27:43
Lebih banyak Jokowi gitu
00:27:43 - 00:27:45
Dengan mungkin tujuan yang berbeda-beda ya
00:27:45 - 00:27:47
Misalnya kayak oh gue punya kepentingan ini
00:27:47 - 00:27:49
Yaudah jago dong taktikalnya, jago dong strateginya
00:27:49 - 00:27:51
Bukan cuman gue maunya ini
00:27:51 - 00:27:53
Gak tau strateginya gimana
00:27:53 - 00:27:55
Ada tiga Jokowi keos sih
00:27:55 - 00:27:57
Gak maksudnya
00:27:57 - 00:27:59
Dari sisi kemampuan
00:27:59 - 00:28:01
Taktikalnya gitu loh
00:28:01 - 00:28:03
Bersrategi dan bagaimana mencapai tujuan
00:28:03 - 00:28:05
Nah tinggal kan
00:28:05 - 00:28:07
Ya maksudnya lebih banyak dalam artian
00:28:07 - 00:28:09
Ya kalo kita gak setuju sama tujuannya
00:28:09 - 00:28:11
Pak Jokowi nya sendiri kan berarti kita butuh
00:28:11 - 00:28:13
Contendernya dia dong
00:28:13 - 00:28:15
Yang juga jago secara strategi
00:28:15 - 00:28:17
Sehingga bisa mengantar kita
00:28:17 - 00:28:19
Ke tujuan yang kita mau tuju dong
00:28:19 - 00:28:21
Misalnya kita gak setuju dengan ide-ide
00:28:21 - 00:28:23
Prioritas atau kebijakan
00:28:23 - 00:28:25
Ala Pak Jokowi misalnya
00:28:25 - 00:28:27
Atau pembangunan ala Pak Jokowi
00:28:27 - 00:28:29
Kita gak setuju dengan Jokowisme lah
00:28:29 - 00:28:31
Atau Jokonomics
00:28:31 - 00:28:33
Nah kita pengen punya lawannya gitu kan
00:28:33 - 00:28:35
Apa lah lawannya itu lah yang kontra itu
00:28:35 - 00:28:37
Ya ini kan harus diperjuangin dengan
00:28:37 - 00:28:39
Kemampuan bersrategi yang bagus dong
00:28:39 - 00:28:41
Supaya bisa efektif nyampe ke situ
00:28:41 - 00:28:43
Nah menurut gue tuh justru ini
00:28:43 - 00:28:45
Bagian ini justru menurutku
00:28:45 - 00:28:47
Ini adalah hal yang positif harusnya
00:28:47 - 00:28:49
Kemampuan bersrategi diluar dari
00:28:49 - 00:28:51
Urusan ada potensi curang
00:28:51 - 00:28:53
Atau unfair play
00:28:53 - 00:28:55
Itu urusan lain
00:28:55 - 00:28:57
Ya kalau itu
00:28:57 - 00:28:59
Diskusi lain lagi lah
00:28:59 - 00:29:01
Bagian itu harusnya
00:29:01 - 00:29:03
Harusnya ada
00:29:03 - 00:29:05
Fair play lah gitu kan
00:29:05 - 00:29:07
Kita harus perjuangin dari satu sisi
00:29:07 - 00:29:09
Misalnya di dalam satu game yang sudah
00:29:09 - 00:29:11
Dengan wasit yang oke
00:29:11 - 00:29:13
Dengan aturan yang oke
00:29:13 - 00:29:15
Nah kita butuh players yang jago dong bersrategi
00:29:15 - 00:29:17
Untuk mencapai kepentingan-kepentingan kita
00:29:17 - 00:29:19
Atau apa yang kita butuhkan dari
00:29:19 - 00:29:21
Sebuah pemerintahan gitu
00:29:21 - 00:29:23
I think gitu sih menurutku ya
00:29:23 - 00:29:25
Mamat ya mau ada komen tadi
00:29:25 - 00:29:27
Tentang
00:29:27 - 00:29:29
Kesesuaian tujuan sama Ci Fero
00:29:29 - 00:29:31
Enggak
00:29:31 - 00:29:33
Oh bukan
00:29:37 - 00:29:39
Ada mau ditambahin?
00:29:39 - 00:29:41
Enggak sih
00:29:41 - 00:29:43
Nanti otomatis masuk ke aku
00:29:43 - 00:29:45
Ini kira-kira yang kita bedah
00:29:45 - 00:29:47
Oke oke
00:29:47 - 00:29:49
Jadi berarti kesimpulannya kita
00:29:49 - 00:29:51
Gimana ya
00:29:51 - 00:29:53
Kita gak bisa lihat apakah ini orang ada di belakangnya lagi
00:29:53 - 00:29:55
Atau emang dia jago
00:29:55 - 00:29:57
Jadi dengan contoh kasus Pak Jokowi
00:29:57 - 00:29:59
Jadi sekarang kita jangan menganggap
00:29:59 - 00:30:01
Mas Gibran ini yang jadi wapres
00:30:01 - 00:30:03
Karena di belakangnya ada Pak Jokowi
00:30:03 - 00:30:05
Siapa tau memang
00:30:05 - 00:30:07
Ini taktik dari Gibran sendiri
00:30:07 - 00:30:09
Dengan dia jadi wali kota
00:30:09 - 00:30:11
Terus jadi wapres, siapa tau ini emang dia sendiri
00:30:11 - 00:30:13
Di belakang dia Pak Jokowi
00:30:13 - 00:30:15
Betul, itu juga sama
00:30:15 - 00:30:17
Bisa jadi kan, orang-orang ngelihat karena dia anaknya
00:30:17 - 00:30:19
Ini pasti disuruh Pak Jokowi atau Bu Yuriana
00:30:19 - 00:30:21
Orang tuh terlalu apa ya
00:30:21 - 00:30:23
Mungkin banyak orang yang kayak gitu
00:30:23 - 00:30:25
Maksudnya banyak orang yang hidupnya selalu diatur-atur orang lain
00:30:25 - 00:30:27
Diatur entah orang tuanya lah temennya lah
00:30:27 - 00:30:29
Dengerin kata orang atau apa
00:30:29 - 00:30:31
Tapi sorry boy, gak semua orang kayak gitu
00:30:31 - 00:30:33
Sorry ye
00:30:33 - 00:30:35
Sorry ye
00:30:35 - 00:30:37
Gak semua orang kayak gitu
00:30:37 - 00:30:39
Baru menunjukkan nih
00:30:39 - 00:30:41
Baru menunjukkan jiwa-jiwa gemoynya
00:30:41 - 00:30:43
Nggak, soalnya nanti kalau kemarin-kemarin
00:30:43 - 00:30:45
Nanti dibilang milih itu
00:30:45 - 00:30:47
Kalau sekarang milih
00:30:47 - 00:30:49
Jiwa-jiwa gemoy, tagih banget
00:30:49 - 00:30:51
Tapi ketagihan banget sih
00:30:51 - 00:30:53
Yang lagu yang oke gas
00:30:53 - 00:30:55
Gila, itu nagih banget
00:30:55 - 00:30:57
Udah udah, cukup
00:30:57 - 00:30:59
Jadi, sorry ye
00:30:59 - 00:31:01
Gue cukup yakin ya
00:31:01 - 00:31:03
Misalnya kayak Mamat atau Gilang sendiri
00:31:03 - 00:31:05
Yang mengambil profesi yang sebenarnya
00:31:05 - 00:31:07
Mungkin masih banyak diperdebatkan oleh para orang tua
00:31:07 - 00:31:09
Oke, ya ya ya
00:31:09 - 00:31:11
Profesi komedian
00:31:11 - 00:31:13
Atau entertainer
00:31:13 - 00:31:15
Atau podcaster atau content maker
00:31:15 - 00:31:17
Ini mungkin buat banyak orang tua Indonesia
00:31:17 - 00:31:19
Masih kayak questionable lah
00:31:19 - 00:31:21
Kayak kamu, dan jurusannya juga mungkin ya
00:31:21 - 00:31:23
Kayak misalnya lo ngambil jurusan apa gitu kan
00:31:23 - 00:31:25
Dan I think ada nih orang-orang yang
00:31:25 - 00:31:27
Nggak kok, maksudnya orang tuanya gak selalu
00:31:27 - 00:31:29
Kayak anak bisa nurut aja gitu
00:31:29 - 00:31:31
Orang tua yang mau ngapain terus dia ngikut aja
00:31:31 - 00:31:33
Itu ya gak selalu kayak gitu, sangat banyak
00:31:33 - 00:31:35
Kalau di sekitaran aku ya
00:31:35 - 00:31:37
Yang kelihatan banget nih, ini pasti ya
00:31:37 - 00:31:39
Sempat ada perdebatan panjang nih
00:31:39 - 00:31:41
Di rumah nih, ya enggak sih
00:31:41 - 00:31:43
Jadi kayak
00:31:43 - 00:31:45
Ya maksudnya, aku juga gak yakin sih
00:31:45 - 00:31:47
Kalau soal Gibran sendiri, I think
00:31:47 - 00:31:49
Sangat besar kemungkinan bahwa
00:31:49 - 00:31:51
Ya itu ada banyak pemikiran dia sendiri
00:31:51 - 00:31:53
Bahkan strategi-strategi kampanyenya dia ya
00:31:53 - 00:31:55
Kalau yang orang bilang kayak
00:31:55 - 00:31:57
Ini paling diajarin nih sama Pak Jokowi gitu kan
00:31:57 - 00:31:59
Paling mau debat, kayaknya enggak deh
00:31:59 - 00:32:01
Karena kalau aku lihat gaya debatnya Pak Jokowi beda
00:32:01 - 00:32:03
Tapi mirip ya
00:32:03 - 00:32:05
Apa?
00:32:05 - 00:32:07
Mirip
00:32:07 - 00:32:09
Pak Jokowi juga main kayak begitu
00:32:09 - 00:32:11
Ada bagian yang mirip
00:32:11 - 00:32:13
Ada bagian yang maksudnya ini, tapi kayaknya ada bagian yang enggak sih
00:32:13 - 00:32:15
Kayak contohnya yang gesture
00:32:15 - 00:32:17
Gesture nyari-nyari itu
00:32:17 - 00:32:19
Power foot
00:32:19 - 00:32:21
Itu enggak sih
00:32:21 - 00:32:23
Itu lebih ke savage-savage nya anak muda sih
00:32:23 - 00:32:25
Itu dia improve sih
00:32:25 - 00:32:27
Gue pengen tau pas Pak Jokowi
00:32:27 - 00:32:29
Nonton itu, tangannya ke jidat gak ya
00:32:29 - 00:32:31
Aduh, gitu
00:32:31 - 00:32:33
Penasaran ya
00:32:33 - 00:32:35
Pak Jokowi pas lihat itu tuh apa ya
00:32:35 - 00:32:37
Itu Bu Iriana pas lihat itu
00:32:37 - 00:32:39
Ya apapun yang terjadi
00:32:39 - 00:32:41
Ketika usia Pak Jokowi
00:32:41 - 00:32:43
Nyalon dengan usianya Gibran
00:32:43 - 00:32:45
Ketika nyalon itu beda
00:32:45 - 00:32:47
Jadi jauh
00:32:47 - 00:32:49
Jadi ada jiwa-jiwa mudanya
00:32:49 - 00:32:51
Itu dan egoisnya
00:32:51 - 00:32:53
Gibran sendiri keluar
00:32:53 - 00:32:55
Ya pasti, itu pasti
00:32:55 - 00:32:57
100%
00:32:57 - 00:32:59
Tapi kalau dilihat dari kayak strategi
00:32:59 - 00:33:01
Dan
00:33:01 - 00:33:03
Gaya lain-lainnya
00:33:03 - 00:33:05
Bisa dikatakan mirip sih memang
00:33:05 - 00:33:07
Walaupun ya
00:33:07 - 00:33:09
Ya karena bapak dan anak mungkin mirip-mirip aja
00:33:09 - 00:33:11
Karena ada banyak juga anak-anak
00:33:11 - 00:33:13
Yang ter influence dari bapaknya sendiri
00:33:13 - 00:33:15
Gitu
00:33:15 - 00:33:17
Iya benar, tanpa sadar ya
00:33:17 - 00:33:19
Tanpa sadar dia jadi ngikutin bapaknya gitu
00:33:19 - 00:33:21
Mungkin dia gak sengaja nilu, tapi tanpa sadar
00:33:21 - 00:33:23
Kayak Dul mirip banget
00:33:23 - 00:33:25
Gaya ngomongnya sama Ahmad Dhani
00:33:25 - 00:33:27
Masa kita bilang Ahmad Dhani tiap hari ngajar dia untuk ngomong
00:33:27 - 00:33:29
Iya benar, setuju sih Dul mirip banget sama Ahmad Dhani
00:33:29 - 00:33:31
Iya mirip banget
00:33:31 - 00:33:33
Cara ngomongnya juga mirip
00:33:33 - 00:33:35
Iya benar, setuju
00:33:35 - 00:33:37
Kayak Ahmad Dhani versi miniaturnya gitu
00:33:37 - 00:33:39
Waktu-waktu kemarin-kemarin masih versi mudanya
00:33:39 - 00:33:41
Iya benar
00:33:41 - 00:33:43
Bukan berarti kan diajarin sama Ahmad Dhani kan
00:33:43 - 00:33:45
Tiap saat gitu, cara ngomongnya gini
00:33:45 - 00:33:47
Nanti ngomong kayak gini
00:33:47 - 00:33:49
Tapi buktinya masa Al sama El gak diajarin
00:33:49 - 00:33:51
El lebih komedi
00:33:51 - 00:33:53
Al lebih serius gitu
00:33:53 - 00:33:55
Iya benar
00:33:55 - 00:33:57
Iya benar
00:33:57 - 00:33:59
Oke kalau gitu silahkan lanjut Matt sekalian
00:33:59 - 00:34:01
Beri hal yang ingin anda bawa
00:34:01 - 00:34:03
Dari saya
00:34:03 - 00:34:05
Ya dari saya soal
00:34:05 - 00:34:07
Apa sih sebenarnya strategi dari
00:34:07 - 00:34:09
Jokowi gitu kan
00:34:09 - 00:34:11
Saya tuh ingat ketika
00:34:11 - 00:34:13
2014
00:34:13 - 00:34:15
2014 kan saya milih Jokowi
00:34:15 - 00:34:17
Saya masih di Jogja tuh
00:34:17 - 00:34:19
Tapi saya tidak serta-merta memilih
00:34:19 - 00:34:21
Saya punya teman
00:34:21 - 00:34:23
Teman dekat yang orang solo
00:34:23 - 00:34:25
Kemudian kayak dia juga kayak
00:34:25 - 00:34:27
Antusias untuk mengikuti
00:34:27 - 00:34:29
Politik di kotanya gitu
00:34:29 - 00:34:31
Saya tanya dia gimana Jokowi di sana gitu-gitu
00:34:31 - 00:34:33
Kayak
00:34:33 - 00:34:35
Ya secara komunikasi sangat
00:34:35 - 00:34:37
Dia rasakan gitu kayak
00:34:37 - 00:34:39
Hal-hal yang awalnya ini gak ada
00:34:39 - 00:34:41
Bisa urus misalnya kayak kita taruh
00:34:41 - 00:34:43
Seperti tanah abang lah gitu
00:34:43 - 00:34:45
Kayak ini susah banget untuk
00:34:45 - 00:34:47
Stay dalam waktu yang lama
00:34:47 - 00:34:49
Untuk rapi dalam waktu yang lama
00:34:49 - 00:34:51
Nih tapi ketika dia
00:34:51 - 00:34:53
Naik Pak Jokowi naik bisa
00:34:53 - 00:34:55
Nah itu juga terjadi di Solo kan
00:34:55 - 00:34:57
Nah kemudian
00:34:57 - 00:34:59
2019 juga milih Pak Jokowi karena
00:34:59 - 00:35:01
Lawannya sama-sama juga ya
00:35:01 - 00:35:03
Terus saya masih
00:35:03 - 00:35:05
Ingat masih ingat ada
00:35:05 - 00:35:07
Salah satu teman saya itu
00:35:07 - 00:35:09
Ngajak di 2019 ya
00:35:09 - 00:35:11
2019 kan saya udah stand up dan lain-lain lah
00:35:11 - 00:35:13
Itu untuk milih Pak Jokowi
00:35:13 - 00:35:15
Saya terkabung juga di grup-grup
00:35:15 - 00:35:17
Beberapa grupnya Pak Jokowi lah
00:35:17 - 00:35:19
Itu
00:35:19 - 00:35:21
Kita
00:35:21 - 00:35:23
Diskusi kenapa kita sama-sama
00:35:23 - 00:35:25
Milih Jokowi tapi kenapa kita harus milih Jokowi gitu loh
00:35:27 - 00:35:29
Satu karena tidak ada lawannya
00:35:29 - 00:35:31
Yang bisa untuk kita punya
00:35:31 - 00:35:33
Referensi lain untuk memilih
00:35:33 - 00:35:35
Yang kedua
00:35:35 - 00:35:37
Pak Jokowi itu butuh kita loh
00:35:37 - 00:35:39
Sebagai influencer gitu-gitu
00:35:39 - 00:35:41
Untuk menaikkan popularitasnya
00:35:41 - 00:35:43
Nah disitu saya merasakan bahwa
00:35:43 - 00:35:45
Ini gak bisa nih gitu kita
00:35:45 - 00:35:47
Apa namanya
00:35:47 - 00:35:49
Justru ini berbahaya
00:35:49 - 00:35:51
Menurutku
00:35:51 - 00:35:53
Seseorang dengan
00:35:53 - 00:35:55
Sistem pemilihan seperti sekarang punya
00:35:55 - 00:35:57
Popularitas
00:35:57 - 00:35:59
Yang sangat tinggi
00:35:59 - 00:36:01
Bahkan diatas 50% dan hampir 80%
00:36:01 - 00:36:03
Gitu
00:36:03 - 00:36:05
Karena menurutku ya
00:36:05 - 00:36:07
Menurutku adalah oke selama dia jadi presiden
00:36:07 - 00:36:09
Itu oke untuk ketika nilai-nilai
00:36:09 - 00:36:11
Atau apa yang dia berjuangkan
00:36:11 - 00:36:13
Dia tidak pikir lagi pendapat publik karena
00:36:13 - 00:36:15
Dia mau bikin kebijakan
00:36:15 - 00:36:17
Yang tidak populer di publik pun
00:36:19 - 00:36:21
Dia masih tetap dipercaya gitu loh
00:36:21 - 00:36:23
Tapi bagaimana ketika
00:36:23 - 00:36:25
Sudah tidak gitu
00:36:25 - 00:36:27
Atau dia masih
00:36:27 - 00:36:29
Ingin melanjutkan karena tau usia dia waktu itu
00:36:29 - 00:36:31
Sangat muda kalau kita hitung 10 tahun gitu
00:36:31 - 00:36:33
Dia menjabat
00:36:33 - 00:36:35
Nah itu akan cukup
00:36:35 - 00:36:37
Berbahaya gitu
00:36:37 - 00:36:39
Sehingga dia melanjutkan
00:36:39 - 00:36:41
Nah itu dari 2019 dan sekarang itu terbukti
00:36:41 - 00:36:43
Gitu bahwa
00:36:43 - 00:36:45
Akan sangat berbahaya
00:36:45 - 00:36:47
Nah menurutku salah satu strateginya dari Pak Jokowi adalah
00:36:47 - 00:36:49
Pertama yang dia lakukan
00:36:49 - 00:36:51
Dari 2014 sampai 2019 adalah
00:36:51 - 00:36:53
Menaikkan popularitasnya
00:36:53 - 00:36:55
Gimana caranya menaikkan popularitasnya
00:36:55 - 00:36:57
Ya itu adalah
00:36:57 - 00:36:59
Dengan yang kita bilang
00:36:59 - 00:37:01
Tadi itu loh kayak
00:37:01 - 00:37:03
Dia kok dulu pelangga pelongo
00:37:03 - 00:37:05
Kok dulu sederhana banget sekarang kok strateginya gini
00:37:05 - 00:37:07
Sebenarnya ya sekarang aja baru kita kaget
00:37:07 - 00:37:09
Iya kita kaget
00:37:09 - 00:37:11
Itu yang memang
00:37:11 - 00:37:13
Dia bangun sehingga
00:37:13 - 00:37:15
Terlepas daripada
00:37:15 - 00:37:17
Dia pernah menjabat Wali Kota Solo tapi ini kan sesuatu
00:37:17 - 00:37:19
Yang lebih tinggi pilpres gitu loh
00:37:19 - 00:37:21
Dia di Jakarta cuma 2 tahun
00:37:21 - 00:37:23
Bisa mengalahkan petahana
00:37:23 - 00:37:25
Dan dia
00:37:25 - 00:37:27
Memilih wakil
00:37:27 - 00:37:29
Yang tidak
00:37:29 - 00:37:31
Populer juga gitu
00:37:31 - 00:37:33
Apalagi kalau itu tidak digerus dari
00:37:33 - 00:37:35
Popularitasnya dia
00:37:35 - 00:37:37
Tapi kalau popularitas dia masih di atas 50%
00:37:37 - 00:37:39
Dia berani lakuin apa aja gitu loh
00:37:39 - 00:37:41
Ada sisi baik-baik yang kayak begitu
00:37:41 - 00:37:43
Walaupun
00:37:43 - 00:37:45
Kita bisa berpikir bahwa siapa sih
00:37:45 - 00:37:47
Orang sipil
00:37:47 - 00:37:49
Tukang kayu lah bahasa kasarnya
00:37:49 - 00:37:51
Tiba-tiba muncul dengan
00:37:51 - 00:37:53
10 tahun yang bombastik kayak begini
00:37:53 - 00:37:55
Kayaknya kalau bukan
00:37:55 - 00:37:57
Jiwa politik atau darah politik mengalahin
00:37:57 - 00:37:59
Murni susah deh
00:37:59 - 00:38:01
Maksudnya sangat
00:38:01 - 00:38:03
Strategi politiknya itu luar biasa banget
00:38:03 - 00:38:05
Ini betul-betul politisi
00:38:05 - 00:38:07
Dan itu akan berbeda dengan
00:38:07 - 00:38:09
Apa kalau dibilang kayak Suharto
00:38:09 - 00:38:11
Suharto militer gitu loh
00:38:11 - 00:38:13
Dia tahu kekuatan-kekuatan dia sebagai militer
00:38:13 - 00:38:15
Ini orang sipil
00:38:15 - 00:38:17
Tapi bagaimana bisa dia gerakin
00:38:17 - 00:38:19
Militer tunduk di bawah dia
00:38:19 - 00:38:21
Dia bisa membuat mereka ada dalam satu posisi
00:38:21 - 00:38:23
Dan satu garis yang sama
00:38:23 - 00:38:25
Dia bisa memanfaatkan militer itu
00:38:25 - 00:38:27
Menjadi pembantu dia gitu
00:38:27 - 00:38:29
Itu gokil sih kalau bukan politisi
00:38:29 - 00:38:31
Murni sih menurutku ya
00:38:31 - 00:38:33
Nah tapi
00:38:33 - 00:38:35
Strategi yang dia pakai
00:38:35 - 00:38:37
Adalah brandingnya bahwa
00:38:37 - 00:38:39
Dia itu sederhana setelah
00:38:39 - 00:38:41
Masa Pak SBY orang mungkin rindu
00:38:41 - 00:38:43
Lagi dengan kepemimpinan sipil
00:38:43 - 00:38:45
Itu dimanfaatkan dengan
00:38:45 - 00:38:47
Baik sama Pak Jokowi
00:38:49 - 00:38:51
Akan
00:38:51 - 00:38:53
Susah untuk orang
00:38:53 - 00:38:55
Kayak oh dari Pak SBY udah militer nih
00:38:55 - 00:38:57
Kita pernah juga masih dekat
00:38:57 - 00:38:59
Dengan Orde Baru kan
00:38:59 - 00:39:01
Di tahun 2014 ya masih belum terlalu
00:39:01 - 00:39:03
Gimana-gimana belum
00:39:03 - 00:39:05
Lebih dari 20 tahun lah belum ada
00:39:05 - 00:39:07
Pemilih pemula yang kayak sekarang gitu
00:39:07 - 00:39:09
Itu orang masih ingat Orde Baru
00:39:09 - 00:39:11
Bagaimana militer kemudian setelah Pak SBY
00:39:11 - 00:39:13
Militer sudah 10 tahun
00:39:13 - 00:39:15
Orang bosan orang pengen
00:39:15 - 00:39:17
Cari sosok yang gak elitis saat itu
00:39:17 - 00:39:19
Nah muncul lah
00:39:19 - 00:39:21
Pak Jokowi dengan cuma baju putihnya
00:39:21 - 00:39:23
Digulung masuk ke gorong-gorong
00:39:23 - 00:39:25
Kualitasnya otomatis sih
00:39:25 - 00:39:27
Dan kemudian vita-vita yang masuk
00:39:27 - 00:39:29
Ke dia itu sebagai strategi banget
00:39:29 - 00:39:31
Sehingga orang ada
00:39:31 - 00:39:33
Apa namanya ya bisa dibilang
00:39:33 - 00:39:35
Kasian sama dia apalagi itu sudah dibombardir
00:39:35 - 00:39:37
Ketika di Jakarta kan
00:39:37 - 00:39:39
Dituduh macam-macamnya
00:39:39 - 00:39:41
Udah dari Jakarta banget kan
00:39:41 - 00:39:43
Dituduh PKI dituduh kayak
00:39:43 - 00:39:45
Cina ibunya apa
00:39:45 - 00:39:47
Macam-macam lah
00:39:47 - 00:39:49
Sehingga popularitas dia
00:39:49 - 00:39:51
Naik dengan brandingan itu dan itu
00:39:51 - 00:39:53
Saya yakin cukup baik dimanfaatkan
00:39:53 - 00:39:55
Pak Jokowi karena
00:39:55 - 00:39:57
Dia tidak mempersalahkan
00:39:57 - 00:39:59
Dia menerima
00:39:59 - 00:40:01
Menerima-menerima saja
00:40:01 - 00:40:03
Dan itu justru menaikkan
00:40:03 - 00:40:05
Sedihnya orang kayak tadi
00:40:05 - 00:40:07
Kayak kakak Nia bilang soal penonton
00:40:07 - 00:40:09
Sinetron atau penonton apa
00:40:09 - 00:40:11
Jadi merosimpati ke
00:40:11 - 00:40:13
Pemainnya
00:40:13 - 00:40:15
Betul
00:40:17 - 00:40:19
Jadi bagaimana seorang
00:40:19 - 00:40:21
Antagonis dibenci banget disitu
00:40:21 - 00:40:23
Nah seorang yang protagonis sangat
00:40:23 - 00:40:25
Disisten lagi disini
00:40:25 - 00:40:27
Nah itu ada
00:40:27 - 00:40:29
Terus-terus dan itu kan tiap hari kita liat di TV
00:40:29 - 00:40:31
Bagaimana orang menghina dia
00:40:31 - 00:40:33
Sebagaimana orang memaki-maki dia
00:40:33 - 00:40:35
Orang bilang dia pelangga pelongo jiwa
00:40:35 - 00:40:37
Kasihannya orang Indonesia itu
00:40:37 - 00:40:39
Luar biasa tinggi
00:40:39 - 00:40:41
Sehingga itu naik lagi gitu
00:40:41 - 00:40:43
Terus kemudian strategi berikutnya
00:40:43 - 00:40:45
Dia paham betul bagaimana
00:40:45 - 00:40:47
Cara menggandeng influencer ada
00:40:47 - 00:40:49
Yang bilang secara catatan atau artikel
00:40:49 - 00:40:51
Bahwa influencer itu tidak menambah
00:40:51 - 00:40:53
Pemilih kok iya tapi meningkatkan popularitas
00:40:53 - 00:40:55
Dan meningkatkan
00:40:55 - 00:40:57
Sentimen publik terhadap
00:40:57 - 00:40:59
Orang ini
00:40:59 - 00:41:01
Dia memanfaatkan betul-betul influencer itu
00:41:01 - 00:41:03
Bahkan mungkin belum ada pemilih yang influencer
00:41:03 - 00:41:05
Terlibat sejauh itu ya di 2014
00:41:05 - 00:41:07
Setuju
00:41:07 - 00:41:09
Apa namanya
00:41:09 - 00:41:11
Semasif itu kepada satu orang
00:41:11 - 00:41:13
Sehingga apapun yang
00:41:13 - 00:41:15
Kayak
00:41:15 - 00:41:17
Kita mungkin kita pernah bahas
00:41:17 - 00:41:19
Bagi pada penonton di Youtube
00:41:19 - 00:41:21
Itu sangat senang melihat
00:41:21 - 00:41:23
Kayak
00:41:23 - 00:41:25
Baim Wong tiba-tiba jadi pengemis
00:41:27 - 00:41:29
Bagaimana jadi pengemis
00:41:29 - 00:41:31
Orang elit dekat dengan
00:41:31 - 00:41:33
Kelompok kecil itu
00:41:33 - 00:41:35
Sangat diminati disini
00:41:37 - 00:41:39
Itu menjadi poinnya ketika dia mengajak
00:41:39 - 00:41:41
Influencer, influencer membuat
00:41:41 - 00:41:43
Jarak dia dengan rakyat kecil itu
00:41:43 - 00:41:45
Ini sehingga rakyat kecil menonton
00:41:45 - 00:41:47
Ada idolanya disitu
00:41:47 - 00:41:49
Dan merasa bahwa ini sosok yang berbeda
00:41:49 - 00:41:51
Ini orang sangat pemalu dengan influencer
00:41:51 - 00:41:53
Terus kemudian dia
00:41:53 - 00:41:55
Mencintai musik
00:41:55 - 00:41:57
Tahu paham strateginya anak muda
00:41:57 - 00:41:59
Seperti apa saat itu
00:41:59 - 00:42:01
Padahal dikasih
00:42:01 - 00:42:03
Gitar bass kan dia pegang kita gak tahu
00:42:03 - 00:42:05
Itu kunci apa ya
00:42:05 - 00:42:07
Yang penting itu jarang
00:42:07 - 00:42:09
Lihat pemimpin itu kayak gitu kan
00:42:09 - 00:42:11
Betul
00:42:11 - 00:42:13
Kita kerinduan itu karena
00:42:13 - 00:42:15
Bisa dibilang 10 tahun zaman PSB
00:42:15 - 00:42:17
Terlalu elitis gitu ya
00:42:17 - 00:42:19
Artinya jaraknya itu
00:42:19 - 00:42:21
Sangat berbeda antara elit
00:42:21 - 00:42:23
Di bawah
00:42:23 - 00:42:25
Datang sebagai cerminan itu
00:42:25 - 00:42:27
Dan didukung oleh kelompok-kelompok
00:42:27 - 00:42:29
Elit yang dimana influencer gitu
00:42:29 - 00:42:31
Nah itu tuh orang
00:42:31 - 00:42:33
Sangat
00:42:33 - 00:42:35
Bisa bisa melihat itu sih
00:42:35 - 00:42:37
Sehingga ya popularitas dia udah 5 tahun ini
00:42:37 - 00:42:39
Ada di 70% lebih
00:42:39 - 00:42:41
Dia mau melakukan apa aja itu gak mengganggu
00:42:41 - 00:42:43
Apapun
00:42:43 - 00:42:45
Ya bisa kita katakan bahaya dalam
00:42:45 - 00:42:47
Kondisi-kondisi tertentu tapi
00:42:47 - 00:42:49
Sebagai seorang leader yang
00:42:49 - 00:42:51
Kayak tadi kakak Nia bilang
00:42:51 - 00:42:53
Dia punya strategi yang ciamik
00:42:53 - 00:42:55
Dia bisa bikin dia
00:42:55 - 00:42:57
Coba bayangkan zaman Pak Jokowi dia naikin BBM
00:42:57 - 00:42:59
Pake harga pasar siapa yang
00:42:59 - 00:43:01
Mana popularitasnya biasa aja
00:43:01 - 00:43:03
Ya turun-turun juga
00:43:03 - 00:43:05
Zaman SBI dulu
00:43:05 - 00:43:07
Langsung tergerus tuh popularitasnya
00:43:07 - 00:43:09
Karena ada
00:43:09 - 00:43:11
Ada ini
00:43:11 - 00:43:13
Antara elitis dan rakyat bawah bahwa
00:43:13 - 00:43:15
Ini untuk kepentingan elit
00:43:15 - 00:43:17
Rakyat di bawah
00:43:17 - 00:43:19
Gak menerima manfaatnya tapi Pak Jokowi
00:43:19 - 00:43:21
Brandingannya sangat dekat
00:43:21 - 00:43:23
Dengan bahwa
00:43:23 - 00:43:25
Ada penghubung-penghubung itu
00:43:25 - 00:43:27
Sehingga dia melakukan kebijakan-kebijakan yang
00:43:27 - 00:43:29
Sebenernya tidak populer
00:43:29 - 00:43:31
Tapi harusnya ya ada dampak
00:43:31 - 00:43:33
Konkretnya juga gak sih Mat yang menjadi pijakan
00:43:33 - 00:43:35
Untuk branding itu bisa bertahan
00:43:35 - 00:43:37
Maksudnya branding alone kalau gak ada
00:43:37 - 00:43:39
Kaki-kakinya di dunia nyata harusnya gak mungkin
00:43:39 - 00:43:41
Ilang brandingnya lama-lama
00:43:41 - 00:43:43
Maksudnya ketika misalnya
00:43:43 - 00:43:45
Dia melakukan kebijakan tidak populer di satu sisi
00:43:45 - 00:43:47
Tapi dia mungkin mengambil kebijakan yang
00:43:47 - 00:43:49
Populer banget dalam artian sangat
00:43:49 - 00:43:51
Memanjakan publik
00:43:51 - 00:43:53
Misalnya di yang lain, publik tertentu
00:43:53 - 00:43:55
Di BLT, Bansos, dan lain sebagainya
00:43:55 - 00:43:57
Iya betul
00:43:57 - 00:43:59
Tapi misalnya kita bilang
00:43:59 - 00:44:01
BLT, Bansos, dan lain sebagainya
00:44:01 - 00:44:03
Itu kan sebenarnya strategi yang
00:44:03 - 00:44:05
Bukan murni Pak Jokowi
00:44:05 - 00:44:07
Yang lakukan, SBI juga lakukan itu dulu
00:44:07 - 00:44:09
Dulu orang-orang
00:44:09 - 00:44:11
Ambil di kantor pos, dana BLT
00:44:11 - 00:44:13
300 ribu, iya kan
00:44:13 - 00:44:15
Kita masih ingat itu juga
00:44:15 - 00:44:17
Nah itu kan strategi lama yang dirasa berhasil
00:44:17 - 00:44:19
Menaikkan kepercayaan publik kepada SBI
00:44:19 - 00:44:21
Ketika dinaikin BBM
00:44:21 - 00:44:23
Tapi ada hal yang menyentuh langsung ke bawah
00:44:23 - 00:44:25
Nah Bapak Jokowi follow itu
00:44:25 - 00:44:27
Menggunakan itu
00:44:27 - 00:44:29
Sebagai bagian
00:44:29 - 00:44:31
Ini oke juga gitu
00:44:31 - 00:44:33
Tapi tanpa Bansos
00:44:33 - 00:44:35
Kenaikan gaji pegawai
00:44:35 - 00:44:37
Kita gak cuma satu kali loh
00:44:37 - 00:44:39
Tapi tetap
00:44:39 - 00:44:41
Popularitasnya segitu-gitu aja
00:44:41 - 00:44:43
Itu cukup ada balik
00:44:43 - 00:44:45
Ya balik lagi sih kalau menurut aku
00:44:45 - 00:44:47
Ya kalau menurut aku
00:44:47 - 00:44:49
Pasti ada kelakuan yang lain
00:44:49 - 00:44:51
Yang membuat itu diterima
00:44:51 - 00:44:53
Tapi kalau misalnya aku sendiri
00:44:53 - 00:44:55
Kalau di circle aku sendiri
00:44:55 - 00:44:57
Memang banyak yang pro penghapusan subsidi BBM
00:44:57 - 00:44:59
Bahkan bukan pengurangan doang
00:44:59 - 00:45:01
Jadi model-model subsidi itu
00:45:01 - 00:45:03
Mesti diganti lebih targeted
00:45:03 - 00:45:05
Dibanding semua orang, karena itu regresif
00:45:05 - 00:45:07
Betul, betul
00:45:07 - 00:45:09
Itu di kalangan kita
00:45:09 - 00:45:11
Di bawah itu yang justru akar rumput
00:45:11 - 00:45:13
Kan kita tahu sendiri jumlahnya
00:45:13 - 00:45:15
Jauh lebih banyak daripada
00:45:15 - 00:45:17
Masa-masanya kita gitu loh
00:45:17 - 00:45:19
Maksudnya daripada orang-orang yang kita
00:45:19 - 00:45:21
Tahu atau yang kita pantau
00:45:21 - 00:45:23
Di Bansos gitu
00:45:23 - 00:45:25
Itu sangat terasa di bawah
00:45:25 - 00:45:27
Dan itu harusnya menggerus kepercayaan publik
00:45:27 - 00:45:29
Kepada Pak Jokowi, tapi
00:45:29 - 00:45:31
Tidak terganggu, karena
00:45:31 - 00:45:33
Orang merasa yang ambil kebijakan ini adalah
00:45:33 - 00:45:35
Bagian dari dia, jadi tidak
00:45:35 - 00:45:37
Tidak terganggu, beda dengan
00:45:37 - 00:45:39
PSB, terganggu sehabis zaman itu
00:45:39 - 00:45:41
Apalagi periode kedua PSB
00:45:41 - 00:45:43
Karena orang merasa yang bikin kebijakan ini
00:45:43 - 00:45:45
Kelompok atas, bukan kelompok bawah
00:45:45 - 00:45:47
Tapi di zaman Pak Jokowi
00:45:47 - 00:45:49
Dia bisa tahu menempatkan diri
00:45:49 - 00:45:51
Selalu menjadi bagian bawah
00:45:51 - 00:45:53
Sehingga
00:45:53 - 00:45:55
Semuanya berjalan
00:45:55 - 00:45:57
Sesuai dengan yang dia inginkan
00:45:57 - 00:45:59
Perlindungan sederhana dan lain-lain
00:45:59 - 00:46:01
Itulah
00:46:01 - 00:46:03
Masih menganggap ya background dia yang
00:46:03 - 00:46:05
Sipil aja udah, karena background dia sipil
00:46:05 - 00:46:07
Udah gitu, orang kayaknya
00:46:07 - 00:46:09
Percaya aja gitu, dan menganggap ini
00:46:09 - 00:46:11
Bagian dari kita-kita juga
00:46:11 - 00:46:13
Tidak jauh berbeda
00:46:13 - 00:46:15
Betul
00:46:15 - 00:46:17
Dia paham bagaimana memanfaatkan
00:46:17 - 00:46:19
Influencer juga sih, menurutku kayak
00:46:19 - 00:46:21
Jarang nih pemimpin bisa
00:46:21 - 00:46:23
Ada presiden atau ada ini
00:46:23 - 00:46:25
Yang paham, mungkin bukan Pak Jokowi
00:46:25 - 00:46:27
Langsunya, tapi tim dia
00:46:27 - 00:46:29
Paham mengelola
00:46:29 - 00:46:31
Ini gitu, dan Pak Jokowi nya juga
00:46:31 - 00:46:33
Mem-follow up nya cukup baik
00:46:33 - 00:46:35
Sampai orang-orang mau pakai
00:46:35 - 00:46:37
Pasang twi bon itu, stand on the right side
00:46:37 - 00:46:39
Bisa loh, gerakin orang-orang
00:46:39 - 00:46:41
Mau pakai itu
00:46:41 - 00:46:43
Jangan kan itu ya
00:46:43 - 00:46:45
Jangan kan itu ya, kalau kita
00:46:45 - 00:46:47
Bicara kayak
00:46:47 - 00:46:49
Kok bisa Presiden Jokowi masih punya
00:46:49 - 00:46:51
Tingkat kepercayaan publik 76%
00:46:51 - 00:46:53
Di saat
00:46:53 - 00:46:55
Anaknya calon juga
00:46:55 - 00:46:57
Ya balik lagi, berarti kan
00:46:57 - 00:46:59
Orang tidak memprioritaskan itu
00:46:59 - 00:47:01
Mungkin
00:47:01 - 00:47:03
Atau bahkan sebaliknya
00:47:03 - 00:47:05
Itu bisa jadi efeknya positif
00:47:05 - 00:47:07
Misalnya, dari langkah-langkahnya
00:47:07 - 00:47:09
Pak Jokowi selama ini, oh gue suka nih
00:47:09 - 00:47:11
Leader yang kayak gini, oh kalau anak
00:47:11 - 00:47:13
Yang maju juga berarti gue mau juga sih
00:47:13 - 00:47:15
Dukung, misalnya kayak gitu
00:47:15 - 00:47:17
Bisa jadi sejalan sama dia
00:47:17 - 00:47:19
Iya betul, strategi sebelumnya
00:47:19 - 00:47:21
Itu gak berhasil dong
00:47:21 - 00:47:23
Sehingga ketika dia bikin kebijakan
00:47:23 - 00:47:25
Yang gak sesuai publiknya
00:47:25 - 00:47:27
Maksudnya yang tidak populer lah
00:47:27 - 00:47:29
Anak
00:47:29 - 00:47:31
Ini ketika bapaknya masih berkuasa
00:47:31 - 00:47:33
Itu tidak sangat tidak
00:47:33 - 00:47:35
Populer gitu loh
00:47:35 - 00:47:37
Itu beresiko lah
00:47:37 - 00:47:39
Itu sebenarnya beresiko tinggi
00:47:39 - 00:47:41
Tapi political capital
00:47:41 - 00:47:43
Dia udah lebih tinggi daripada risikonya
00:47:43 - 00:47:45
Betul
00:47:45 - 00:47:47
Yang dibakar tetap cukup
00:47:47 - 00:47:49
Maksudnya dia udah ngebakar political capital
00:47:49 - 00:47:51
Lumayan banyak untuk itu ya
00:47:51 - 00:47:53
Untuk majuin itu, tapi masih cukup
00:47:53 - 00:47:55
Untuk menang
00:47:55 - 00:47:57
Iya masih lakal sih
00:47:57 - 00:47:59
Masih tetap cukup
00:47:59 - 00:48:01
Dulu juga kayak
00:48:01 - 00:48:03
Dia selalu bertanya tentang tingkat kepercayaan
00:48:03 - 00:48:05
Dan tingkat popularitasnya
00:48:05 - 00:48:07
Waktu yang kita bahas soal
00:48:07 - 00:48:09
Kenapa harus milih Jokowi
00:48:09 - 00:48:11
Orang-orang bilang
00:48:11 - 00:48:13
Pak Jokowi butuh loh
00:48:13 - 00:48:15
Misalnya influencer dan lain sebagainya
00:48:15 - 00:48:17
Untuk tingkat kepercayaan publiknya naik dulu nih
00:48:17 - 00:48:19
Baru dia bikin kebijakan-kebijakan
00:48:19 - 00:48:21
Yang ini kayak misalnya penghapusan PBM
00:48:21 - 00:48:23
Dan lain-lain gitu
00:48:23 - 00:48:25
Untuk circle-nya kita
00:48:25 - 00:48:27
Atau secara analisis data
00:48:27 - 00:48:29
Oh iya oke tapi berapa banyak nih
00:48:29 - 00:48:31
Orang-orang yang paham itu
00:48:31 - 00:48:33
Di bawah kan gak paham soal ekonomi
00:48:33 - 00:48:35
Kebijakan ekonomi
00:48:35 - 00:48:37
Mau gimana nanti PBM gimana
00:48:37 - 00:48:39
Mereka cuma tahu harga naik aja
00:48:39 - 00:48:41
Tapi Pak Jokowi itu bisa
00:48:41 - 00:48:43
Dilakukan dengan
00:48:43 - 00:48:45
Sangat-sangat baik
00:48:45 - 00:48:47
Ada minusnya
00:48:47 - 00:48:49
Tapi secara individual
00:48:49 - 00:48:51
Atau kita berbicara strategito
00:48:51 - 00:48:53
Seorang politik
00:48:53 - 00:48:55
Politikus itu
00:48:55 - 00:48:57
Oke banget sih
00:48:57 - 00:48:59
Walaupun kita
00:48:59 - 00:49:01
Belum tahu efek-efeknya kayak misalnya
00:49:01 - 00:49:03
Kita dengar isu tiba-tiba dengan segitu banyak ini
00:49:03 - 00:49:05
Dia pengen tiga priode
00:49:05 - 00:49:07
Kita gak bisa dia dukung
00:49:07 - 00:49:09
Anaknya dan lain sebagainya
00:49:09 - 00:49:11
Itu sesuatu yang diluar itu
00:49:11 - 00:49:13
Hal yang
00:49:13 - 00:49:15
Paling ini sebagai seorang
00:49:15 - 00:49:17
Sipil datang dari desa
00:49:17 - 00:49:19
Dengan tingkat
00:49:19 - 00:49:21
Kepercayaan publik segitu
00:49:21 - 00:49:23
Dan juga tingkat orang memilihnya
00:49:23 - 00:49:25
Popularitasnya segitu
00:49:25 - 00:49:27
Ini kalau bukan politisi
00:49:27 - 00:49:29
The best sih
00:49:29 - 00:49:31
Gak tahu ya
00:49:33 - 00:49:35
Ini politisi banget sih
00:49:35 - 00:49:37
Kayaknya udah
00:49:37 - 00:49:39
Harus stop udah nganggep ada orang
00:49:39 - 00:49:41
Lagi dibelakang Pak Jokowi ada orang lagi
00:49:41 - 00:49:43
Sampai kapan ada orang dibelakang Pak Jokowi
00:49:43 - 00:49:45
Emang jago aja dia
00:49:45 - 00:49:47
Jangan-jangan Bu Iryana
00:49:47 - 00:49:49
Walaupun ada orang
00:49:49 - 00:49:51
Di belakang dia dan di sekeliling dia
00:49:51 - 00:49:53
Dia juga tahu cara menghandle orang-orang itu
00:49:53 - 00:49:55
Untuk memuaskan mereka tapi memuaskan strategi dia juga
00:49:55 - 00:49:57
Ya benar bukan berarti
00:49:57 - 00:49:59
Ada orang terus dia jadi terpengaruh ya
00:49:59 - 00:50:01
Kayaknya tetap ada orang dia tetap bisa manfaatin dengan baik
00:50:01 - 00:50:03
Sehingga itu tetap tujuan
00:50:03 - 00:50:05
Seorang Prabowo mau jadi pembantunya dia
00:50:05 - 00:50:07
Itu juga sesuatu hal yang diluar logika
00:50:07 - 00:50:09
Kalau itu bukan Pak Jokowi ya
00:50:11 - 00:50:13
Sampai Pak Prabowo mau gabung ya
00:50:13 - 00:50:15
Iya
00:50:15 - 00:50:17
Iya Pak Prabowo mau gabung
00:50:17 - 00:50:19
Mau jadi pembantu dia
00:50:19 - 00:50:21
Iya benar sih
00:50:21 - 00:50:23
Itu sih cukup
00:50:23 - 00:50:25
Tiba-tiba Pak Ramis Pamilu
00:50:25 - 00:50:27
Tiba-tiba panggil Pak Suryapalo
00:50:27 - 00:50:29
Kalau bukan orang dengan strategi politik
00:50:29 - 00:50:31
Dan diplomasi yang bagus
00:50:31 - 00:50:33
Sulit sih
00:50:33 - 00:50:35
Benar juga sih dengan Pak Prabowo yang tadinya
00:50:35 - 00:50:37
Lawan tandingannya
00:50:37 - 00:50:39
Mau gabung ke kabinetnya sebagai
00:50:39 - 00:50:41
Bawahan dia aja udah
00:50:41 - 00:50:43
Itu sesuatu yang di
00:50:43 - 00:50:45
Pak SBY yang ngajak ngomong Ibu Mega
00:50:45 - 00:50:47
Sampai sekarang aja susah banget
00:50:47 - 00:50:49
Iya ya
00:50:49 - 00:50:51
Iya ya oke
00:50:51 - 00:50:53
Seru
00:50:53 - 00:50:55
Terakhir
00:50:55 - 00:50:57
Dari isu yang akan Kania bawa
00:50:57 - 00:50:59
Soal tadi apa
00:50:59 - 00:51:01
Iya soal ini
00:51:01 - 00:51:03
Kemunduran
00:51:03 - 00:51:05
Jadi beberapa hal itu ketika Pak Jokowi
00:51:07 - 00:51:09
Berkuasa dengan tadi segala strateginya
00:51:09 - 00:51:11
Dan dia selalu menang
00:51:11 - 00:51:13
Win streak
00:51:13 - 00:51:15
Ada isu-isu yang
00:51:15 - 00:51:17
Secara pengukuran yang
00:51:17 - 00:51:19
Tersedia itu
00:51:19 - 00:51:21
Itungannya mundur atau menurun
00:51:21 - 00:51:23
Mungkin dua yang paling besar itu
00:51:23 - 00:51:25
Demokrasi dan
00:51:25 - 00:51:27
Kebebasan-kebebasan
00:51:27 - 00:51:29
Kebebasan pendapat, kebebasan pers
00:51:29 - 00:51:31
Jadi indeks kebebasan sebenarnya juga turun
00:51:31 - 00:51:33
Kemudian korupsi
00:51:33 - 00:51:35
Yang juga memburuk
00:51:35 - 00:51:37
Indeks korupsi
00:51:37 - 00:51:39
Tersepsi korupsi
00:51:39 - 00:51:41
Itu
00:51:41 - 00:51:43
Memburuk
00:51:43 - 00:51:45
Lupa memburuknya itu menurun
00:51:45 - 00:51:47
Menaik secara skalanya
00:51:47 - 00:51:49
Pokoknya lebih buruk
00:51:49 - 00:51:51
Kondisinya jadi
00:51:51 - 00:51:53
Gampangnya mungkin kalau dengan ukuran itu lebih korup
00:51:53 - 00:51:55
Sekarang ini
00:51:55 - 00:51:57
Dengan kondisi selama Pak Jokowi itu berkuasa
00:51:57 - 00:51:59
Jadi
00:51:59 - 00:52:01
Banyak orang-orang
00:52:01 - 00:52:03
Yang menganggap isu-isu ini penting
00:52:03 - 00:52:05
Dan harus diperjuangkan
00:52:05 - 00:52:07
Menganggap
00:52:07 - 00:52:09
Keberkuasaannya Pak Jokowi itu
00:52:09 - 00:52:11
Suatu yang buruk untuk negara ini
00:52:11 - 00:52:13
Berdasarkan isu-isu tadi
00:52:13 - 00:52:15
Tapi menariknya ketika kita sudah
00:52:15 - 00:52:17
Bicarakan kemenangan Pak Jokowi
00:52:17 - 00:52:19
Kepuasaan masyarakat segala macam
00:52:19 - 00:52:21
Bisa jadi mungkin
00:52:21 - 00:52:23
Isu ini bukan isu yang dipentingkan oleh banyak orang
00:52:23 - 00:52:25
Dan itu
00:52:25 - 00:52:27
Udah menjadi
00:52:27 - 00:52:29
Dugaan
00:52:29 - 00:52:31
Aku pribadi
00:52:31 - 00:52:33
Dari aku kuliah tingkat 2
00:52:33 - 00:52:35
Aku lupa semester 2 atau 3
00:52:35 - 00:52:37
Aku sudah mulai membicarakan politik Indonesia
00:52:37 - 00:52:39
Aku melihat
00:52:39 - 00:52:41
Itu pandangan masyarakat
00:52:41 - 00:52:43
Maksudnya masyarakat itu
00:52:43 - 00:52:45
Masyarakat Indonesia
00:52:45 - 00:52:47
Terutama yang umum
00:52:47 - 00:52:49
Majority
00:52:49 - 00:52:51
Yang common
00:52:51 - 00:52:53
Itu memang
00:52:53 - 00:52:55
Tidak memprioritaskan kebebasan
00:52:55 - 00:52:57
Kebebasan
00:52:57 - 00:52:59
Kebebasan pendapat
00:52:59 - 00:53:01
Itu bukan prioritas orang
00:53:01 - 00:53:03
Kemudian demokrasi
00:53:03 - 00:53:05
Gue bisa milih
00:53:05 - 00:53:07
Gue bisa kritik pemerintah
00:53:07 - 00:53:09
Itu bukan prioritas orang
00:53:09 - 00:53:11
Orang itu memprioritaskan
00:53:11 - 00:53:13
Terpenuhinya kebutuhan dasar
00:53:13 - 00:53:15
Banyaknya hal-hal
00:53:15 - 00:53:17
Yang disubsidi
00:53:17 - 00:53:19
Atau diberi bantuan
00:53:19 - 00:53:21
Ada bantuan
00:53:21 - 00:53:23
Kemudian ketersediaan lapangan kerja
00:53:23 - 00:53:25
Kemudian upah minimum
00:53:25 - 00:53:27
Yang meningkat
00:53:27 - 00:53:29
Sejalan dengan meningkat harga-harga
00:53:29 - 00:53:31
Jadi bisa terus terpenuhi
00:53:31 - 00:53:33
Kebutuhan-kebutuhannya
00:53:33 - 00:53:35
Dan ternyata memang kemarin
00:53:35 - 00:53:37
Aku sempat dikirimin data survei
00:53:37 - 00:53:39
Dari internalnya Golkar
00:53:39 - 00:53:41
Dia bikin survei tentang
00:53:41 - 00:53:43
Apa yang masyarakat butuhin
00:53:43 - 00:53:45
Tadi yang aku sebutin
00:53:45 - 00:53:47
Ada beberapa di antaranya
00:53:47 - 00:53:49
Ada empat yang ditemukan
00:53:49 - 00:53:51
Dari empat poin
00:53:51 - 00:53:53
Yang paling itu
00:53:53 - 00:53:55
Tidak ada urusan
00:53:55 - 00:53:57
Demokrasi
00:53:57 - 00:53:59
Banyak etika, mahkamah, konstitusi
00:53:59 - 00:54:01
Itu memang tidak ada
00:54:01 - 00:54:03
Yang memprioritaskan itu
00:54:03 - 00:54:05
Dan bahkan yang mengerikannya
00:54:05 - 00:54:07
Sebenarnya bagian korupsi
00:54:07 - 00:54:09
Aku itu curiga bahwa
00:54:09 - 00:54:11
Korupsi itu bukan
00:54:11 - 00:54:13
Orang kalau ditanya
00:54:13 - 00:54:15
Korupsi itu harus dihapuskan
00:54:15 - 00:54:17
Korupsi itu masalah
00:54:17 - 00:54:19
Tapi kalau kita dihadapkan pada
00:54:19 - 00:54:21
Pilihan dimana ada dua
00:54:21 - 00:54:23
Kontestan
00:54:23 - 00:54:25
Politik yang satu
00:54:25 - 00:54:27
Menyediakan semua yang dibutuhkan
00:54:27 - 00:54:29
Yang satu lagi tidak korupsi
00:54:29 - 00:54:31
Tapi tidak menyediakan itu
00:54:31 - 00:54:33
Orang akan memilih kontestan pertama
00:54:33 - 00:54:35
Kalau Soekarno bilang
00:54:35 - 00:54:37
Go to hell with your ethics
00:54:37 - 00:54:39
Kalau ini go to hell with your ethics
00:54:39 - 00:54:41
Kayaknya orang-orang itu
00:54:41 - 00:54:43
Butuh logistik
00:54:43 - 00:54:45
Itu sudah konsisten
00:54:45 - 00:54:47
Berkali-kali
00:54:47 - 00:54:49
Kalau misalnya kita bilang, partai ini lembaga
00:54:49 - 00:54:51
Paling korupsi
00:54:51 - 00:54:53
Partai itu dipilih
00:54:53 - 00:54:55
Partai itu punya basis masa yang luar biasa
00:54:55 - 00:54:57
Kalau aku berkali-kali
00:54:57 - 00:54:59
Di ajak mengunjungi
00:54:59 - 00:55:01
Visitation ke beberapa
00:55:01 - 00:55:03
Base camp atau tempat-tempat
00:55:03 - 00:55:05
Pusatnya partai ini
00:55:05 - 00:55:07
Di daerah-daerah, di Depok
00:55:07 - 00:55:09
Di Jakarta
00:55:09 - 00:55:11
Itu benar ada masa pendukung
00:55:11 - 00:55:13
Ini tidak mungkin
00:55:13 - 00:55:15
Ada publik itu mendukung sesuatu bergerak
00:55:15 - 00:55:17
Kalau mereka bukan
00:55:17 - 00:55:19
Ada kondisi di mana mereka setuju
00:55:19 - 00:55:21
Setuju saja dengan keberadaan
00:55:21 - 00:55:23
Entitas ini
00:55:23 - 00:55:25
Dan itu kan
00:55:25 - 00:55:27
Yang namanya tindakan korupsi
00:55:27 - 00:55:29
Dan orang bisa
00:55:29 - 00:55:31
Nyomot sana sini, itu kan memang
00:55:31 - 00:55:33
Marak ya, budaya di Indonesia
00:55:33 - 00:55:35
Termasuk misalnya
00:55:35 - 00:55:37
Parkir liar
00:55:37 - 00:55:39
Itu kan tidak ada yang mengajar
00:55:39 - 00:55:41
Itu orang tiba-tiba inisiatif
00:55:41 - 00:55:43
Tiba-tiba, gue bikin bungutan aja disini
00:55:43 - 00:55:45
Tiba-tiba tuh lahannya bukan lahan dia
00:55:45 - 00:55:47
Gedungnya bukan gedung dia
00:55:47 - 00:55:49
Tiba-tiba ada
00:55:49 - 00:55:51
Terjadi tindakan seperti itu
00:55:51 - 00:55:53
Jadi kalau menurutku
00:55:53 - 00:55:55
Bahwa budaya anti korupsi itu juga bukan
00:55:55 - 00:55:57
Maksudnya itu bukan budaya populer
00:55:57 - 00:55:59
Sehingga ketika kita bicara
00:55:59 - 00:56:01
Kalau orang bilang, ini paradoks banget
00:56:01 - 00:56:03
Tidak, tidak ada yang paradoks menurutku
00:56:03 - 00:56:05
Maksudnya paradoksnya bahwa
00:56:05 - 00:56:07
Ini pemimpinnya, padahal di era kekuasaan dia
00:56:07 - 00:56:09
Ini indeks-indeksnya begini nih
00:56:09 - 00:56:11
Indeks demokrasi turun
00:56:11 - 00:56:13
Indeks kebebasan turun
00:56:13 - 00:56:15
Indeks korupsi yang memburuk
00:56:15 - 00:56:17
Kok dia justru makin berkuasa
00:56:17 - 00:56:19
Selalu menang dan selalu menang
00:56:19 - 00:56:21
Bahkan satisfaction ratenya juga tinggi
00:56:21 - 00:56:23
Ini paradoks nih
00:56:23 - 00:56:25
Ini tidak paradoks, orang-orang ini
00:56:25 - 00:56:27
Tidak memprioritaskan ini
00:56:27 - 00:56:29
Maksudnya tidak memprioritaskan isu-isu ini
00:56:29 - 00:56:31
Jadi
00:56:31 - 00:56:33
Tidak ada yang paradoks dan tidak ada yang aneh
00:56:33 - 00:56:35
Dengan itu, cuman
00:56:35 - 00:56:37
Ada segelintir orang yang delusional aja menurutku
00:56:37 - 00:56:39
Delusional dalam artian
00:56:39 - 00:56:41
Dari kemarin lu mengekspektasikan
00:56:41 - 00:56:43
Bahwa masyarakat banyak sepemikiran
00:56:43 - 00:56:45
Sama lu, padahal enggak
00:56:45 - 00:56:47
Ada siapa suruh kegeeran
00:56:47 - 00:56:49
Enggak ada yang sepemikiran sama lu
00:56:49 - 00:56:51
Lu aja sama teman-teman lu sendiri
00:56:51 - 00:56:53
Lu dan teman-teman lu menganggap
00:56:53 - 00:56:55
Kebebasan berapa-berapa itu concern kita banget
00:56:55 - 00:56:57
Dan habis itu
00:56:57 - 00:56:59
Menguji kemajuan negara
00:56:59 - 00:57:01
Dari situ doang
00:57:01 - 00:57:03
Negara maju adalah negara yang orangnya bebas
00:57:03 - 00:57:05
Ngapain aja, ngomong apapun, kritik apapun
00:57:05 - 00:57:07
Jadi kita juga mau melihat
00:57:07 - 00:57:09
Wah negara ini semakin mundur
00:57:09 - 00:57:11
Acuannya itu lagi, acuannya adalah demokrasi yang memburuk
00:57:11 - 00:57:13
Tapi enggak melihat
00:57:13 - 00:57:15
Mungkin matrix lain yang dipakai oleh orang lain
00:57:15 - 00:57:17
Dan itu kan yang selalu diomongin
00:57:17 - 00:57:19
Jadi gini, kalau aku ketemu
00:57:19 - 00:57:21
Perdebatan di kolom komen TikTok
00:57:21 - 00:57:23
Selama pemilu kemarin, kan banyak orang-orang di daerah
00:57:23 - 00:57:25
Yang nyeritain
00:57:25 - 00:57:27
Pembangunan-pembangunan
00:57:27 - 00:57:29
Era Pak Jokowi
00:57:29 - 00:57:31
Jokowisme atau Jokonomics
00:57:31 - 00:57:33
Itu mereka benar-benar bilang
00:57:33 - 00:57:35
Kualitas hidup mereka itu
00:57:35 - 00:57:37
Membaik, jauh dari
00:57:37 - 00:57:39
Sepanjang rezimi Pak Jokowi ini
00:57:39 - 00:57:41
Yang mana kalau aku mungkin
00:57:41 - 00:57:43
Yang kelas menengah
00:57:43 - 00:57:45
Atau di Jakarta
00:57:45 - 00:57:47
Mungkin enggak terlalu
00:57:47 - 00:57:49
Tapi yang di daerah-daerah
00:57:49 - 00:57:51
Yang benar-benar selama ini ngerasa
00:57:51 - 00:57:53
Enggak pernah di peduli
00:57:53 - 00:57:55
Atau kurang diperhatikan dan segala macam
00:57:55 - 00:57:57
Emang mengalami peningkatan itu
00:57:57 - 00:57:59
Disamperin aja kotanya
00:57:59 - 00:58:01
Itu aja sudah
00:58:01 - 00:58:03
Ini presiden pertama yang datang ke sini
00:58:03 - 00:58:05
Dari zaman Soeharto
00:58:07 - 00:58:09
Jadi kan mungkin buat
00:58:09 - 00:58:11
Kayaknya Cita mungkin
00:58:11 - 00:58:13
Enggak ada nih
00:58:13 - 00:58:15
Ngaruh-ngaruhnya Pak Jokowi ngunjungin itu
00:58:15 - 00:58:17
Karena mungkin
00:58:17 - 00:58:19
Yang jadi masalah
00:58:19 - 00:58:21
Kebebasan pers terganggu atau apa
00:58:21 - 00:58:23
Tapi kita harus ngerti bahwa di sisi lain ada orang-orang ini
00:58:23 - 00:58:25
Yang memang
00:58:25 - 00:58:27
Jumlahnya bukan banyak lagi
00:58:27 - 00:58:29
Itu banyak banget
00:58:29 - 00:58:31
Itulah yang menghasilkan satisfaction rate segitu
00:58:31 - 00:58:33
Dan menghasilkan suara yang banyak
00:58:33 - 00:58:35
Seperti
00:58:35 - 00:58:37
Dana desa misalnya
00:58:37 - 00:58:39
Itu membuat popularitas
00:58:39 - 00:58:41
Dan tingkat kepercayaan
00:58:41 - 00:58:43
Sangat naik
00:58:43 - 00:58:45
Bisa jadi kan
00:58:45 - 00:58:47
Misalnya masyarakat ketika tadi
00:58:47 - 00:58:49
Ketika dihadapkan pada
00:58:49 - 00:58:51
Lu mau dapet direct cash kayak gini
00:58:51 - 00:58:53
Atau mau dikasih kucurin duit terus
00:58:53 - 00:58:55
Tapi rezim gue korup
00:58:55 - 00:58:57
Maksudnya bisa jadi mereka mau dirima itu
00:58:57 - 00:58:59
Its just not a priority aja
00:58:59 - 00:59:01
Terserah
00:59:01 - 00:59:03
Nah itu kan
00:59:03 - 00:59:05
Gimana ada perspektif seperti ini
00:59:05 - 00:59:07
Yang cara mikirnya bukan
00:59:07 - 00:59:09
Itu paradoks gitu
00:59:09 - 00:59:11
Enggak, lu yang selama ini salah melihat bahwa
00:59:11 - 00:59:13
Seakan-akan cara berpikir lu ini umum
00:59:13 - 00:59:15
Ya sorry men
00:59:15 - 00:59:17
Tapi prioritas lu beda ternyata
00:59:17 - 00:59:19
Dari prioritas orang banyak
00:59:19 - 00:59:21
Dan kualitas hidup yang lu anggap
00:59:21 - 00:59:23
Memburuk menurut lu ini
00:59:23 - 00:59:25
Di mata orang-orang banyak ini kualitas hidup mereka
00:59:25 - 00:59:27
Membaik kayak gitu
00:59:27 - 00:59:29
Dan politisi-politisi ini
00:59:29 - 00:59:31
Pinter, jelas mereka bisa jadi politisi
00:59:31 - 00:59:33
Karena pinter dan mereka tahu suara terbanyak
00:59:33 - 00:59:35
Ada di kalangan orang yang seperti apa
00:59:35 - 00:59:37
Jadi kalau dia tahu suara terbanyak adalah
00:59:37 - 00:59:39
Orang-orang yang tidak memprioritaskan hal-hal tersebut
00:59:39 - 00:59:41
Tapi prioritasnya hal lain
00:59:41 - 00:59:43
Kayak misalnya harga murah, sembako dan lain-lain
00:59:43 - 00:59:45
Ya pasti akan mereka deketinnya
00:59:45 - 00:59:47
Approach-an dengan cara itu
00:59:47 - 00:59:49
Dan mereka tahu banget yang kayak gini-gini
00:59:49 - 00:59:51
Yang benar-benar lumbung suara gue
00:59:51 - 00:59:53
Jadi ya
00:59:53 - 00:59:55
Jangan salahin politisinya
00:59:55 - 00:59:57
Kalau misalnya kita merasa
00:59:57 - 00:59:59
Oh ini kok politisinya kayak gak ada yang concern
00:59:59 - 01:00:01
Soal kebebasan gini-gini
01:00:01 - 01:00:03
Malah apa bansos
01:00:03 - 01:00:05
Ya disitu yang banyak
01:00:05 - 01:00:07
Dan orang juga kayak lu bilang
01:00:07 - 01:00:09
Gak peduli juga prioritasnya kesitu
01:00:09 - 01:00:11
Ya benar sih
01:00:11 - 01:00:13
Tapi ini juga ya, maksudnya sebenarnya hal kayak gini
01:00:13 - 01:00:15
Ada bahayanya juga ya
01:00:15 - 01:00:17
Dalam artian, diluar dari urusan moral
01:00:17 - 01:00:19
Demokrasi, kebebasan
01:00:19 - 01:00:21
Nilai-nilai liberal ini
01:00:21 - 01:00:23
Kita bisa juga memikirkan
01:00:23 - 01:00:25
Dari sisi sebenarnya kebijakan
01:00:25 - 01:00:27
Pembangunannya itu sendiri
01:00:27 - 01:00:29
Bisa jadi sebenarnya bermasalah
01:00:29 - 01:00:31
Terlalu mengikuti kenyamanan orang
01:00:31 - 01:00:33
Karena bisa jadi itu
01:00:33 - 01:00:35
Efek long termnya sebenarnya
01:00:35 - 01:00:37
Tidak baik gitu
01:00:37 - 01:00:39
Ini gak membangun jangka panjang lah
01:00:39 - 01:00:41
Ini membangun jangka pendek
01:00:41 - 01:00:43
Jangka pendek bisa jadi
01:00:43 - 01:00:45
Kualitas hidup membaik gini-gini
01:00:45 - 01:00:47
Tapi kalau ini gak ada
01:00:47 - 01:00:49
Fondasi jangka panjangnya
01:00:49 - 01:00:51
Ini bakal runtuh
01:00:51 - 01:00:53
Tapi ini adalah salah satu
01:00:53 - 01:00:55
Memang kritik besar terhadap demokrasi
01:00:55 - 01:00:57
Karena kalau misalnya kita
01:00:57 - 01:00:59
Memimpin di rezim demokrasi
01:00:59 - 01:01:01
Kemudian kita berjuang
01:01:01 - 01:01:03
Untuk kebijakan jangka panjang
01:01:03 - 01:01:05
Kita gak memetik buah dari kebijakan kita
01:01:05 - 01:01:07
Sedangkan untuk kita
01:01:07 - 01:01:09
Nyampe ke kekuasaan lagi
01:01:09 - 01:01:11
Kita harus dipilih lagi
01:01:11 - 01:01:13
Ini memang salah satu lagi problem dari
01:01:13 - 01:01:15
Tantangan lah dari demokrasi
01:01:15 - 01:01:17
Untuk dipilih lagi kan
01:01:17 - 01:01:19
Yang dibutuhkan sebenarnya kalau pakai sistem
01:01:19 - 01:01:21
Pikir jangka panjang adalah orang yang
01:01:21 - 01:01:23
Ya secara
01:01:23 - 01:01:25
Ini adalah nothing to lose
01:01:25 - 01:01:27
Ya udah bodo amat aku ngomong ini
01:01:27 - 01:01:29
Tapi ini untuk Indonesia ke depan
01:01:29 - 01:01:31
Tapi kan susah banget ya
01:01:31 - 01:01:33
Masalahnya gini juga Mat, kalau misalnya dia gak berkuasa
01:01:33 - 01:01:35
Gimana juga dia melanjutkan itu kan
01:01:35 - 01:01:37
Karena bisa aja misalnya dia udah bikin
01:01:37 - 01:01:39
Jangka panjangnya begini planningnya
01:01:39 - 01:01:41
Terus di next election nya karena dia gak membikin apa-apa
01:01:41 - 01:01:43
Ya kan karena gak ada proyek
01:01:43 - 01:01:45
Dia gak ada hasil instan
01:01:45 - 01:01:47
Dia gak dipilih nih
01:01:47 - 01:01:49
Nah dipilih yang baru lagi, ganti ternyata
01:01:49 - 01:01:51
Baru lagi planning jangka panjangnya
01:01:51 - 01:01:53
Itu yang bikin repot emang disitu
01:01:53 - 01:01:55
Tantangan dari demokrasi
01:01:55 - 01:01:57
Jadi masyarakatnya harus benar-benar berpikir
01:01:57 - 01:01:59
Kayak ketika menentukan
01:01:59 - 01:02:01
Dia belum ada proyek
01:02:01 - 01:02:03
Mercusuarnya, tapi dia bikin ini loh
01:02:03 - 01:02:05
Jangka panjangnya, itu harus punya kemampuan
01:02:05 - 01:02:07
Sampai situ nih, nah emang
01:02:07 - 01:02:09
Katanya si ini kan siapa namanya tuh
01:02:09 - 01:02:11
Yang bilang
01:02:11 - 01:02:13
Economics, jadi kebebasan
01:02:13 - 01:02:15
Politik ini mesti didahului oleh kebebasan
01:02:15 - 01:02:17
Ekonomi, gampangnya gitu ya
01:02:17 - 01:02:19
Karena kalau misalnya orang belum punya
01:02:19 - 01:02:21
Kenyamanan ekonomi yang cukup
01:02:21 - 01:02:23
Dia gak punya kemampuan
01:02:23 - 01:02:25
Untuk memikirkan, misalnya 20 tahun lagi
01:02:25 - 01:02:27
Bagaimana negara ini jadi bagus
01:02:27 - 01:02:29
Gue gak punya bandwidth
01:02:29 - 01:02:31
Untuk melakukan itu
01:02:31 - 01:02:33
Itu pun akan sama dengan tingkat pendidikan
01:02:33 - 01:02:35
Misalnya kayak
01:02:35 - 01:02:37
Tingkat pendidikan yang
01:02:37 - 01:02:39
Rendah, itu akan
01:02:39 - 01:02:41
Yang dia pikir adalah apa-apa, yang dasar dulu dong
01:02:41 - 01:02:43
Baru
01:02:43 - 01:02:45
Kemudian ketika naik tingkatannya
01:02:45 - 01:02:47
Orang berpikirnya jauh ke depan
01:02:47 - 01:02:49
Enggak, kalau aku mikirnya gini
01:02:49 - 01:02:51
Tingkat pendidikan itu kan gak secara
01:02:51 - 01:02:53
Langsung menjelaskan kondisi
01:02:53 - 01:02:55
Kesejahteraan hidup orang
01:02:55 - 01:02:57
Jadi kalau menurut aku lebih gampang
01:02:57 - 01:02:59
Sebenarnya kesejahteraan ekonomi sih
01:02:59 - 01:03:01
Jadi orang kayak kebutuhan dasarnya
01:03:01 - 01:03:03
Tapi di secara presentasi
01:03:03 - 01:03:05
Dan secara ini tuh
01:03:05 - 01:03:07
Di Indonesia masih sangat terhubung
01:03:07 - 01:03:09
Karena itu
01:03:09 - 01:03:11
Karena antara tingkat pendidikan
01:03:11 - 01:03:13
Sama ekonomi langsung terhubung kan
01:03:13 - 01:03:15
Cuman kan kalau
01:03:15 - 01:03:17
Semakin banyak yang pendidikannya tinggi
01:03:17 - 01:03:19
Bisa jadi gak seterhubung itu lagi
01:03:19 - 01:03:21
Karena jadinya gak sekompetitif itu lagi
01:03:21 - 01:03:23
Orang yang berpendidikan tinggi
01:03:23 - 01:03:25
Di industri gitu loh
01:03:25 - 01:03:27
Tapi bedanya adalah
01:03:27 - 01:03:29
Orang misalnya bertingkat pendidikannya
01:03:29 - 01:03:31
Satu tarulah SD dan satu S1
01:03:31 - 01:03:33
Tapi sama-sama gak bekerja
01:03:33 - 01:03:35
Cara berpikir soal
01:03:35 - 01:03:37
Kesejahteraan ekonominya juga akan
01:03:37 - 01:03:39
Beda, yang satu akan lebih
01:03:39 - 01:03:41
Milih instan, yang satu kayak
01:03:41 - 01:03:43
Ada pola pikir yang berbeda pastinya
01:03:43 - 01:03:45
Sehingga
01:03:45 - 01:03:47
Akan sangat
01:03:47 - 01:03:49
Menentukan juga sebenarnya tingkat pendidikan
01:03:49 - 01:03:51
Karena yang tadi kakak bilang, ah bodoh amat deh
01:03:51 - 01:03:53
Gak apa-apa korup, tapi mungkin yang
01:03:53 - 01:03:55
Di S1 akan berpikir bahwa
01:03:55 - 01:03:57
Gak bisa justru karena yang korup ini
01:03:57 - 01:03:59
Yang bikin saya gak dapat pekerjaan, bisa kayak gitu
01:03:59 - 01:04:01
Jadi ada dua
01:04:01 - 01:04:03
Tingkat berpikir
01:04:03 - 01:04:05
Yang berbeda juga
01:04:05 - 01:04:07
Kemampuan ininya ya
01:04:07 - 01:04:09
Kemampuan melihat
01:04:09 - 01:04:11
Keadaan benarnya
01:04:11 - 01:04:13
Yang bisa dipertimbangin
01:04:13 - 01:04:15
Tapi kalau udah bisa
01:04:15 - 01:04:17
S1 sebenarnya sih
01:04:17 - 01:04:19
Biasanya kan kata mamat juga
01:04:19 - 01:04:21
Kalau di dalam kondisi
01:04:21 - 01:04:23
Sekarang dengan
01:04:23 - 01:04:25
Pemetaan populasi yang sekarang ada
01:04:25 - 01:04:27
Di tingkat partisipasi
01:04:27 - 01:04:29
Pendidikan tinggi segala macam
01:04:29 - 01:04:31
Kemungkinan besarnya ketika orang udah S1
01:04:31 - 01:04:33
Biasanya kesejahteraan ekonominya juga sejalan
01:04:33 - 01:04:35
Meningkat juga karena
01:04:35 - 01:04:37
Untuk akses ke pekerjaan
01:04:37 - 01:04:39
Lebih baik
01:04:39 - 01:04:41
Jadi akhirnya jadi sejalan
01:04:41 - 01:04:43
Untuk dia bisa menjalankan kuliah
01:04:43 - 01:04:45
Untuk dia bisa
01:04:45 - 01:04:47
Berpikir sampai situ
01:04:47 - 01:04:49
Dia juga udah butuh berada pada
01:04:49 - 01:04:51
Kondisi ekonomi tertentu juga
01:04:51 - 01:04:53
Untuk dia punya bandwidth
01:04:53 - 01:04:55
Berpikir sepanjang itu
01:04:55 - 01:04:57
Misalnya bukan di luar dari
01:04:57 - 01:04:59
Kemampuan dia bisa mikir itu
01:04:59 - 01:05:01
Untuk dia bisa
01:05:01 - 01:05:03
Ada waktunya, ada energinya
01:05:03 - 01:05:05
Untuk mikirin itu
01:05:05 - 01:05:07
Udah berada pada satu kondisi
01:05:07 - 01:05:09
Kesejahteraan tertentu
01:05:09 - 01:05:11
Bukan semua orang dengan kondisi apapun bisa melakukan
01:05:11 - 01:05:13
Dan juga punya rasa sih kak
01:05:13 - 01:05:15
Maksudnya tingkat pendidikan
01:05:15 - 01:05:17
Dan juga tingkat kesejahteraan itu
01:05:17 - 01:05:19
Akan berpengaruh kepada tingkat rasa juga
01:05:19 - 01:05:21
Betul
01:05:21 - 01:05:23
Egois terhadap diri
01:05:23 - 01:05:25
Kepentingan publik itu jauh lebih penting
01:05:25 - 01:05:27
Daripada kepentingan diri
01:05:27 - 01:05:29
Tapi kalau semakin rendahnya tingkat kesejahteraan
01:05:29 - 01:05:31
Dan juga tingkat pendidikan pasti yang akan menjadi
01:05:31 - 01:05:33
Prioritas adalah diri sendiri
01:05:33 - 01:05:35
Selama saya terima BLT
01:05:35 - 01:05:37
Selama saya terima dana desa
01:05:37 - 01:05:39
Bodo amat deh apa yang terjadi
01:05:39 - 01:05:41
Pasti ada tes yang berbeda juga
01:05:41 - 01:05:43
Antara dua
01:05:43 - 01:05:45
Tingkat ini
01:05:45 - 01:05:47
Ya
01:05:47 - 01:05:49
Jadi memang ngaruh banget
01:05:51 - 01:05:53
Kembali lagi ke strategi
01:05:53 - 01:05:55
Pak Jokowi tahu cara memanfaatkan ini
01:05:57 - 01:05:59
Mungkin dalam kesan yang paling negatif adalah
01:06:01 - 01:06:03
Di omongan banyak orang
01:06:03 - 01:06:05
Bahwa ya berarti
01:06:05 - 01:06:07
Sengaja berarti dong orang miskin
01:06:09 - 01:06:11
Dan orang yang tidak sekolah
01:06:11 - 01:06:13
Lebih lanjut itu sengaja dipelihara
01:06:13 - 01:06:15
Sehingga secara
01:06:15 - 01:06:17
Kekuasaan pun
01:06:17 - 01:06:19
Strateginya akan tetap sama
01:06:19 - 01:06:21
Kalau semakin banyak orang yang kesejahteraan
01:06:21 - 01:06:23
Orang akan mikir gitu kan
01:06:23 - 01:06:25
Ya benar jadi kayak disengajain ya
01:06:25 - 01:06:27
Orang-orang di dalam tanda penting
01:06:27 - 01:06:29
Dibikin bodoh terus lah
01:06:29 - 01:06:31
Dan miskin terus
01:06:31 - 01:06:33
Bodoh terus dan miskin terus
01:06:33 - 01:06:35
Biar bisa diatur lah
01:06:35 - 01:06:37
Suaranya
01:06:37 - 01:06:39
Atau bisa diatur prioritasnya
01:06:39 - 01:06:41
Mereka mikir kemana
01:06:41 - 01:06:43
Untuk negara jadi mereka gak usah terlalu mikirin negara
01:06:43 - 01:06:45
Biar sendiri aja dulu
01:06:45 - 01:06:47
Biar negara kami-kami aja yang mikirin
01:06:47 - 01:06:49
Pengennya mereka kayak gitu
01:06:51 - 01:06:53
Jadi maksudnya ada omongan di bawah
01:06:53 - 01:06:55
Entah itu kita diluar kebenarannya
01:06:55 - 01:06:57
Benar apa enggak gitu-gitu
01:06:57 - 01:06:59
Tapi kayak
01:06:59 - 01:07:01
Omongan negatifnya
01:07:01 - 01:07:03
Akan ke arah sana dan itu sebenarnya
01:07:03 - 01:07:05
Salah satu hal yang berbahaya
01:07:05 - 01:07:07
Daripada
01:07:07 - 01:07:09
Yang kita bahas tadi
01:07:09 - 01:07:11
Bahwa orang dengan tingkat kepercayaan publik
01:07:11 - 01:07:13
Dan popularitas setinggi itu bahkan sampai
01:07:13 - 01:07:15
Udah di masa kekuasaan
01:07:15 - 01:07:17
Ending-ending masa kekuasaan adalah
01:07:17 - 01:07:19
Efek-efek negatifnya ada
01:07:19 - 01:07:21
Tapi sebagai seorang manusia
01:07:21 - 01:07:23
Dan seorang politisi keren
01:07:25 - 01:07:27
Sebagai politisi keren, tahu dia taktiknya
01:07:27 - 01:07:29
Ini kemana aja
01:07:29 - 01:07:31
Yang mungkin luput dari pandangan orang
01:07:31 - 01:07:33
Tapi bagi
01:07:33 - 01:07:35
Susah untuk menilai moral
01:07:35 - 01:07:37
Dan sipil gitu loh
01:07:37 - 01:07:39
Dan sipil
01:07:39 - 01:07:41
Susah banget
01:07:41 - 01:07:43
Belajarnya dari mana gitu ya
01:07:43 - 01:07:45
Belajar politik sendiri
01:07:45 - 01:07:47
Dan maksudnya hal yang sampai
01:07:47 - 01:07:49
Diluar nalar aku ya
01:07:49 - 01:07:51
Diluar
01:07:51 - 01:07:53
Analisa yang tidak bisa lagi
01:07:53 - 01:07:55
Aku analisa adalah
01:07:55 - 01:07:57
Kita bisa menyatukan kubu-kubu
01:07:57 - 01:07:59
Yang justru dulu bertikai sehebat itu
01:08:01 - 01:08:03
Kayak sekarang aja kayak general-general
01:08:03 - 01:08:05
Semuanya ada di barisannya
01:08:05 - 01:08:07
Sebenarnya general-general ini juga kan orang yang punya
01:08:07 - 01:08:09
Permasalahan satu sama lain di masa lalu
01:08:09 - 01:08:11
Tapi mereka mau duduk bareng
01:08:11 - 01:08:13
Dan jembatannya cuma satu orang ini
01:08:13 - 01:08:15
Iya benar-benar
01:08:15 - 01:08:17
Maksudnya itu sampai kayak
01:08:17 - 01:08:19
Anjir ini orang strateginya
01:08:19 - 01:08:21
Gimana sih
01:08:21 - 01:08:23
Iya jadi memang udah
01:08:23 - 01:08:25
Udah stop lah
01:08:25 - 01:08:27
Bilang Pak Jokowi ada orang di belakang
01:08:27 - 01:08:29
Iya dan sebenarnya
01:08:29 - 01:08:31
Kita ada hidup di zaman manusia
01:08:31 - 01:08:33
Memilih manusia gitu ya
01:08:33 - 01:08:35
Bukan ideologi dan juga partai
01:08:35 - 01:08:37
Atau dan juga apa
01:08:37 - 01:08:39
Bukan buah pikiran lagi
01:08:39 - 01:08:41
Tapi like dan dislike terhadap seseorang
01:08:41 - 01:08:43
Kita ada pada masa itu
01:08:43 - 01:08:45
Sehingga tingkat kesenangan
01:08:45 - 01:08:47
Kepercayaan, popularitas
01:08:47 - 01:08:49
Itu sangat-sangat berpengaruh
01:08:49 - 01:08:51
Dan bisa mengatur apa saja
01:08:51 - 01:08:53
Iya tujuh
01:08:53 - 01:08:55
Kita udah lihat sosoknya aja udah
01:08:55 - 01:08:57
Gitu kan daripada
01:08:57 - 01:08:59
Interes atau kepentingan yang dia bawa
01:08:59 - 01:09:01
Itu udah nomor sekian jadinya
01:09:01 - 01:09:03
Karena yang penting orangnya siapa nih
01:09:03 - 01:09:05
Gitu sih
01:09:05 - 01:09:07
Emang jago orang Jawa deh
01:09:07 - 01:09:09
Mantep memang
01:09:11 - 01:09:13
Oke deh kayaknya udah
01:09:13 - 01:09:15
Udah cukup ya pembahasan ya
01:09:15 - 01:09:17
Saya sih pribadi selalu mendoakan
01:09:17 - 01:09:19
Agar kita semua, kita yang mendengar
01:09:19 - 01:09:21
Siapapun tuh selalu diberi kecukupan
01:09:21 - 01:09:23
Dalam hidup gitu
01:09:23 - 01:09:25
Biar gak kena lah 100-200 ribu
01:09:25 - 01:09:27
Di serangan Fajar tuh biar gak kena
01:09:27 - 01:09:29
Apa namanya, gak kemakan lah gitu
01:09:29 - 01:09:31
Terus bansos-bansos
01:09:31 - 01:09:33
Disogok pake bansos, pake sembako gak kena
01:09:33 - 01:09:35
Karena udah cukup hidupnya gitu
01:09:35 - 01:09:37
Semoga kita semuanya disejahterakan hidupnya
01:09:37 - 01:09:39
Biar gak gampang, tidak gampang kena
01:09:39 - 01:09:41
Rayuan yang begitu-begitu
01:09:41 - 01:09:43
Sehingga prioritas negaranya bisa lebih baik
01:09:43 - 01:09:45
Tapi dengan kalian
01:09:45 - 01:09:47
Bisa mendengar episode ini
01:09:47 - 01:09:49
Yang mana berarti beli VIP
01:09:49 - 01:09:51
Berarti udah cukup sejahtera
01:09:51 - 01:09:53
Berarti sudah cukup kebutuhan lainnya
01:09:53 - 01:09:55
Terpenuhi
01:09:55 - 01:09:57
Jadi udah saatnya menikmati asupan-asupan
01:09:57 - 01:09:59
Gizi yang lebih tinggi
01:09:59 - 01:10:01
Dibanding gizi makanan aja gitu
01:10:01 - 01:10:03
Gizi untuk otak juga
01:10:03 - 01:10:05
Lewat podcast-podcast kita
01:10:05 - 01:10:07
Masa udah beli VIP
01:10:07 - 01:10:09
Tapi gak bisa besok pagi makan
01:10:09 - 01:10:11
Gak mungkin kayaknya
01:10:11 - 01:10:13
Subscribe Premium untuk bisa mengakses semua
01:10:13 - 01:10:15
Yang perbulan aja langsung
01:10:15 - 01:10:17
VIP yang lain juga masih banyak
01:10:17 - 01:10:19
Di podcast lain juga episode VIP ada banyak
01:10:19 - 01:10:21
Jadi silahkan aja
01:10:21 - 01:10:23
Disubscribe semua
01:10:23 - 01:10:25
Biar tidak ketinggalan
01:10:25 - 01:10:27
Mahmad Alkadiri terima kasih banyak
01:10:27 - 01:10:29
Terima kasih
01:10:29 - 01:10:31
Terima kasih
01:10:31 - 01:10:33
Terima kasih banyak Kania juga
01:10:33 - 01:10:35
Terima kasih
01:10:35 - 01:10:37
Terima kasih
01:10:37 - 01:10:39
Jangan lupa Noiser, Kania Mania, Paranis
01:10:39 - 01:10:41
Terima kasih ke diri sendiri karena sudah membeli episode VIP ini
01:10:41 - 01:10:43
Dan jangan lupa dengerin episode-episode kita lainnya
01:10:43 - 01:10:45
Iya begitu ya
01:10:47 - 01:10:49
Setiap hari Rabu ada episode baru dari Ruang 28
01:10:49 - 01:10:51
Sampai jumpa di episode berikutnya
01:10:51 - 01:10:53
Subscribe dan nyalain notifikasinya
01:10:53 - 01:11:13
Da-dah! Bye! Thank you!
Buka semua fitur dengan download aplikasi Noice
Kunjungi App