Masih aja ngomongin e-commerce.
Tapi, seriusan. Selalu ada hal yang menarik dari platform digital yang paling banyak duitnya, tapi paling banyak “bakar duitnya” juga. Termasuk, saat kemarin Bukalapak (BUKA) menutup sebagian besar bisnis e-commercenya. Ceritanya, konten ini muncul karena adanya opini dari salah satu peneliti lembaga ekonomi CELIOS, yang menyebut bahwa ongkos kirim menjadi faktor utama e-commerce untuk bersaing.
Ongkos kirim (ongkir) adalah komponen yang sejak awal menjadi tantangan bagi e-commerce, karena ini bisa menjadi salah satu faktor yang menghambat (atau mendorong) orang untuk berbelanja. Apalagi buat orang Indonesia yang masih price oriented (berfokus di harga), sehingga tambahan biaya ongkir 10 rb - padahal sesama Jakarta - rasanya seperti ngeluarin duit 50 rb atau 100 rb. Belum lagi kalau ada kondisi dimana harga barang ngga seimbang dengan ongkir, dimana bisa jadi lebih mahal ongkir daripada harga barang.
Kali ini, dengan sedikit modus curhat sebagai penjual onlen (wkwkwkwk), saya akan membahas soal si ongkir ini dan apa iya memang sengaruh itu?
Link jualan saya : https://linktr.ee/babang.aliando
Follow semua media sosial PLBK di @plbk.investasi.
Dukung keberlanjutan PLBK dan podcast ini melalui teer.id/rinaliando