Aku tengah mengaduk sesak sembari mengiris senja di pelataran logika. Mencari jejak terakhirmu di serpihan tawa, memungut sisa senyumanmu yang dulu biasa kini tiada. Menggantung hebat penasaran yang terbias tenggelamnya kehadiran, kini adamu hanya bisa tergambar oleh mimpi dan lamunan. Rona jingga pun menyingkap langit, waktu memukulku seraya membisikkan kenyataan pahit, bahwa kau mencintainya. Kau bahagia dengannya. Dalam Buku "Distilasi Alkena" Karya Wira Nagara