Masuk
Demokrasi Kita: Pemikiran Bung Hatta Soal Rakyat dan Kekuasaan
9 Menit
26 Agustus 2024
Tahun 1960, keadaan perekonomian negara Indonesia kacau. Di mana-mana, kelesuan terjadi. Harga-harga barang kebutuhan pokok membumbung tinggi. Sejak Dekrit 1959, presiden Sukarno justru memasifkan indoktrinisasi untuk tujuan revolusi Indonesia. Bung Karno mencanangkan apa yang disebutnya “Manifesto Politik dan UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Kepribadian Indonesia” (Manipol-Usdek). Itu disusul pula dengan konsep “Nasionalis-Agama-Komunis” (Nasakom). Semuanya dipaksakan untuk diterapkan oleh seluruh warga serta di tiap kegiatan bernegara dan bermasyarakat.
Mohammad Hatta--yang mundur dari jabatan wakil presiden RI pada 1956--menulis pamflet yang berjudul “Demokrasi Kita.” Tulisannya ini kemudian dimuat dalam majalah Pandji Masyarakat yang diasuh tokoh Islam, Buya Hamka, pada 1 Mei 1960. Penerbitan “Demokrasi Kita” mendapat respons luas di tengah masyarakat karena isinya membedah dengan tajam otoritarianisme Sukarno pada masa itu. Tentunya, Bung Karno bersikap keras. Bahkan, sang “pemimpin besar revolusi” kemudian membreidel Pandji Masyarakat, tiga bulan sesudah majalah ini menyiarkan tulisan Hatta itu.
Secara keseluruhan, artikel “Demokrasi Kita” terdiri atas 10 bagian. Tulisan ini dibuka dengan kritik Bung Hatta atas Dekrit Presiden 1959. Dengan beleid itu, Bung Karno telah melakukan tindakan nirdemokratis, semisal membubarkan DPR hasil pemilu dan mengisi DPR “baru”—yang disebutnya DPR Gotong Royong—dengan banyak anggota yang ditunjuknya sendiri. Sukarno bermaksud mengganti demokrasi liberal-parlementer dengan apa yang dinamakannya Demokrasi Terpimpin. Hatta melihat, Demokrasi Terpimpin pada praktiknya mengebiri atau bahkan menafikan sama sekali fungsi parlemen sebagai pengawas pemerintah. Dalam sistem ini, DPR semata-mata bertugas memberikan dasar hukum kepada keputusan-keputusan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.
creator-rss
Radio Seila FM
20
Subscribers
Subscribe
Komentar
Kreator
Lihat episode lain