Masuk
19-10-2024 - Kebebasan Sejati (PST GKJ Bahasa Indonesia)
5 Menit
18 Oktober 2024
Nats Alkitab : Filipi 3:17-21
Penulis : Pdt. Antoni Samosir
Ilusi berkata, “Kamu adalah pusat hidup, jadi kamu bebas untuk memilih, melakukan, menikmati apa pun yang kau inginkan. Kamu adalah tuan bagi dirimu sendiri. Kamu tidak perlu diatur oleh siapa pun, karena kamu penentu dan pengendali segalanya.” Sementara Injil berkata, “Kamu adalah hamba, dan Kristus Yesus adalah Tuhan yang telah memberikan hidup-Nya bagimu. Dia adalah Pusat hidupmu. Di dalam Kristus, kamu telah dibebaskan dari kuasa dosa dan maut kekal. Kini kamu adalah orang bebas. Bebas menyembah Allah yang benar. Bebas mengenal Kristus. Bebas melayani Allah dan sesama.”
Rasul Paulus mengingatkan jemaat Filipi mengenai salah satu elemen penting dari kebenaran sejati, yaitu kebebasan. Yang dimaksud kebebasan di sini adalah berkaitan dengan relasi kepada Allah dan sesama. Setiap orang yang diperbudak oleh kuasa dosa dan maut adalah orang-orang yang tidak bebas untuk datang kepada Allah dan tidak bisa melayani sesamanya sesuai Injil. Mereka adalah orang-orang yang terbelenggu kejahatan. Namun bagi mereka yang telah dibebaskan Kristus dari kuasa dosa dan maut, mereka adalah orang-orang yang bebas untuk datang kepada Allah dan melayani sesamanya sesuai Injil. Mereka bebas untuk menyembah Allah, mengenal dan mengikut Kristus Yesus. Mereka juga bebas untuk memberi diri mereka melayani sesama mereka berdasarkan Injil. Hal ini yang dialami oleh rasul Paulus dan rekan-rekannya yang menjadi teladan bagi jemaat di Filipi (ay. 17). Mereka telah dibebaskan Kristus dari kuasa dosa dan maut, sehingga mereka menjadi orang-orang yang bebas menyembah Allah, mengikut dan mengenal Kristus, melayani sesama mereka. Itulah ciri khas kewargaan surgawi yang memandang kepada Kristus (ay. 20). Berbeda dengan orang-orang yang menjadi seteru salib Kristus yang salah memahami kebebasan (ay. 18). Bagi mereka kebebasan berkaitan dengan segala hal yang bebas untuk mereka pikirkan, lakukan, nikmati. Mereka tidak peduli sama sekali bahwa kebebasan mereka itu menyeret mereka menuju kebinasaan (ay. 19). Pikiran mereka hanya ditujukan kepada perkara duniawi (ay. 19).
Apakah kita memandang kebebasan hanya sekadar bebas memikirkan, menikmati, melakukan sesuai dengan keinginan diri kita sendiri? Apakah kita merasa menjadi pusat hidup ini sehingga merasa berhak untuk melakukan apa pun demi kepuasan diri kita sendiri? Atau kita semakin menyadari bahwa bukan kita pusat hidup ini melainkan Tuhan Yesus, dan kita mau menggunakan kebebasan yang diberikan-Nya untuk hal-hal yang benar selaras dengan surga? Melalui firman Tuhan hari ini, Tuhan mengingatkan kita bahwa kebebasan sejati adalah kebebasan untuk menyembah Allah yang benar, mengikut dan mengenal Kristus, Anak-Nya, serta melayani sesama kita berdasarkan Injil. Selain itu Tuhan menginginkan kita untuk menghidupi kebebasan sejati tersebut dengan kerendahan hati, pandangan tertuju kepada surga di mana Kristus Sang Raja memerintah kita.
“Dibebaskan oleh Kristus bukan untuk bebas melakukan yang cemar, melainkan yang benar.”
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Buatlah dua kolom perbandingan antara ilusi dengan Injil mengenai kebebasan. Apa yang diajarkan ilusi maupun Injil mengenai kebebasan? Apa yang Anda rasakan dan alami ketika mengikuti ilusi maupun Injil?
2. Bagaimana Anda melatih diri Anda untuk menghidupi kebebasan sejati yang diajarkan Injil di tengah-tengah godaan melakukan kebebasan yang berdosa?
rss
Penuntun Saat Teduh Gereja Kristen Jakarta
55
Subscribers
Subscribe
Komentar
Lihat episode lain