6-12-2025 - Iman Yang Mengalahkan Kekuatiran (PST GKJ Bahasa Indonesia)
Penuntun Saat Teduh Gereja Kristen Jakarta
Nats Alkitab : Matius 6:33-34
Penulis : G.I. Yonatan Suwardi
Pernahkah Anda terlalu sibuk memikirkan “hari esok” sampai lupa menikmati “hari ini”? Seperti seseorang yang sedang liburan, tetapi pikirannya sudah sibuk menghitung tagihan cicilan rumah, cicilan mobil dan cicilan lainnya untuk periode bulan depan. Sampai akhirnya tidak pernah benar-benar bersukacita dengan liburan yang sedang dijalani. Kekuatiran selalu menarik kita keluar dari momen sekarang dan membuat kita buta terhadap berkat yang sudah Tuhan berikan hari ini.
Tuhan Yesus dalam Khotbah di Bukit sedang berbicara kepada para murid dan orang banyak yang bergumul dengan kebutuhan hidup berupa makanan, minuman, pakaian (Mat. 6:25–32). Tuhan Yesus tidak berkata bahwa kebutuhan itu tidak penting, tetapi Ia menekankan urutan prioritas hidup. Kata “carilah dahulu” menunjukkan sebuah tindakan terus-menerus. Artinya hidup yang berfokus secara aktif pada Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya. Istilah “Kerajaan Allah” bukan hanya berbicara tentang surga kelak, melainkan pemerintahan Allah yang hadir dalam hidup kita sekarang. Jadi, Tuhan Yesus sedang menegaskan bahwa ketika Allah benar-benar menjadi Raja atas hati dan keputusan kita maka Tuhan akan mencukupkan hidup kita sesuai kasih setia-Nya. Tuhan Yesus juga menambahkan peringatan: “Janganlah kamu kuatir akan hari besok.” Kata “kuatir” berarti terpecah-pecah dalam pikiran, seperti hati yang ditarik ke berbagai arah. Kekuatiran membuat kita tidak fokus, kehilangan damai, bahkan melumpuhkan iman. Tuhan Yesus mengharapkan para murid-Nya belajar memercayakan hidupnya setiap hari ke dalam tangan Allah. Sebab setiap hari punya tantangannya sendiri, demikian juga dengan kasih karunia yang baru.
Saat ini kita hidup di tengah tuntutan pekerjaan, studi, keluarga dan kebutuhan yang makin besar. Kekuatiran sering datang tanpa diundang. Namun Tuhan Yesus mengingatkan bahwa iman yang benar menempatkan Allah sebagai pusat hidup, bukan masalah atau masa depan. Saat kita menomorsatukan doa, firman, ibadah, dan ketaatan kita kepada Tuhan maka Ia menjanjikan pemeliharaan yang nyata. Cobalah mulai hari ini dengan satu langkah sederhana, yaitu sebelum membuka media sosial atau memikirkan agenda kerja, terlebih dahulu bukalah firman Tuhan dan serahkan rencana hari ini kepada-Nya. Ketika Allah didahulukan, hati kita belajar tenang meski keadaan belum pasti.
“Mengutamakan Allah bukan hanya menggantikan kekuatiran, tetapi mengubahnya menjadi keyakinan bahwa kasih setia-Nya selalu cukup setiap hari.”
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Dalam hal apa Anda sering lebih sibuk memikirkan “hari esok” daripada bersyukur untuk “hari ini”?
2. Langkah praktis apa yang akan Anda lakukan sebagai bentuk memprioritaskan mencari Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari?