Masuk
Pelajaran Kepemimpinan Rasulullah ﷺ
7 Menit
29 November 2024
Dalam fikih siyasah Islam, dasar kebijakan dan tindakan pemimpin adalah untuk kemaslahatan umum. Dituliskan dalam salah satu kaidahnya, “Tindakan pemimpin atas rakyat terikat oleh kemaslahatan umum. Jadi, pemimpin wajib bertindak tegas demi kebaikan bangsa, bukan kebaikan diri dan kelompoknya semata”.
Kaidah tersebut diturunkan dari moral kepemimpinan Nabi Muhammad ﷺ, seperti diterangkan dalam Alquran. Firman Allah dalam Surah at-Taubah ayat 128, artinya, “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
Sebagai tauladan umat manusia akhir zaman, Sekurang-kurangnya ada tiga sifat kepemimpinan yang ditampilkan Rasulullah ﷺ, yakni berdasarkan keterangan ayat di atas. Pertama, "azizin alaihi ma anittum" (berat dirasakan oleh Nabi ﷺ penderitan orang lain). Dalam bahasa modern, sifat ini disebut sebagai sense of crisis, yaitu kepekaan pada kesulitan rakyat. Hal itu ditunjukkan dengan kemampuannya bersimpati dan berempati pada pihak-pihak masyarakat yang kurang beruntung dan membutuhkan pertolongan. Empati berarti kemampuan memahami dan merasakan kesulitan orang lain. Itu lantas mendorong simpati, yaitu dukungan, baik moral maupun materiel, untuk mengurangi penderitaan orang yang mengalami kesulitan.
Kedua, "harishun `alaikum" (amat sangat berkeinginan agar orang lain aman dan sentosa). Dalam bahasa modern, sifat ini dinamakan sense of achievement, yaitu semangat yang mengebu-gebu agar masyarakat meraih kemajuan. Tugas pemimpin memang menumbuhkan harapan dan membuat peta jalan menuju harapan itu. Dalam mengemban misi kenabian, Rasulullah Muhammad ﷺ juga amat sangat berkeinginan agar umatnya aman, sentosa, dan selamat dunia akhirat. Kepemimpinan beliau memiliki semangat yang tinggi untuk mewujudkan umatnya berprestasi sehingga kaum Muslimin meraih kemajuan gemilang.
Ketiga, "raufun rahim" (pengasih dan penyayang). Allah SWT memiliki sifat Maha-pengasih dan Maha-penyayang. Rasulullah ﷺ juga seorang yang pengasih dan penyayang. Kaum Mukminin wajib pula meneruskan kasih sayang Allah dan Rasul ﷺ itu dengan mencintai dan mengasihi sesama manusia. Kasih sayang (rahmah) adalah pangkal kebaikan. Tanpa kasih sayang, sulit dibayangkan seseorang bisa berbuat baik. Sabda Nabi Muhammad ﷺ, “Orang yang tak memiliki kasih sayang, tak bisa diharap kebaikan darinya.”
creator-rss
Radio Seila FM
19
Subscribers
Subscribe
Komentar
Kreator
Lihat episode lain