Noice Logo
Masuk

Rakyat Jangan Jadi Korban

8 Menit

Rakyat Jangan Jadi Korban

19 Maret 2024

Di Garut Jawa Barat, ada tradisi masyarakat yang dikenal dengan adu domba. Memang yang diperadukannya adalah domba. Maka dikenal populer ada jenis domba Garut, domba aduan. Domba jantan bertanduk kuat disiapkan khusus untuk diadu dengan domba berjenis sama. Konon makanan pun tidak cukup rumput hijau milik tetangga, ada makanan khusus yang lebih bergizi. Bisa jadi ada ramuan jamu tertentu untuk mempersiapkan domba bertanding dan domba kesayangan digadang-gadang untuk keluar sebagai pemenang, menjadi domba juara. Sayang bukan domba adunya yang dapat hadiah tapi pemilik dombanya. Cerita lama di zaman penjajahan dan pra-kemerdekaan yang diperadukan tidak hanya sebatas domba tetapi juga manusia. Manusia diadu dengan sesama manusia. Diadu domba. Baik secara individu maupun kehidupan kolektif masyarakat. Masing-masing kelompok yang diadu domba memiliki “pemilik” sendiri-sendiri dengan berbagai dukungan dan fasilitas yang menggiurkan. Dalangnya para penjajah kolonial. Makelarnya para pemintas pencari kedudukan harta yang culas, malas, dan pemuja kenikmatan dunia. Wayangnya ya masyarakat sendiri pengikut kemana arah angin bertiup kencang dan air mengalir deras yang penting perut tidak lapar. Bisa bertahan hidup. “Sembako” jadi alat ampuh memikat rakyat. Ketika masa penjajahan, politik pemerintah kolonial selain mengadu domba adalah memecah belah. Dengan “membelah bambu” masyarakat pribumi agar perjuangan kemerdekaan urung segera terwujud. Memecah belah antar kelompok masyarakat, etnis dan suku, serta antar kerajaan yang ada di nusantara agar bercerai berai. Tidak bersatu. Kalau semua bersatu penjajah akan kewalahan menghadapinya. Adu domba dan taktik belah bambu merupakan cara ampuh untuk meredam dan mematikan api perjuangan kemerdekaan. Imbalannya sudah pasti kedudukan, kekayaan, atau yang bernilai tinggi lainnya. Konon tercatat juga jeratan wanita cantik. Politik belah bambu selalu tampil. Membelah bambu bagian atas diangkat bagian bawah di injak. Para priyai dan priyagung diagung-agungkan. Rakyat bawah diinjak-injak tanpa belas kasihan dan harga diri. Inilah politik belah bambu warisan penjajah. Lagi-lagi cara ampuh untuk mengadu domba kelompok atas menindas kelompok bawah. Kini makin marak yang muncul dalam dua versi: versi maya dan versi realita. Saling bersahutan, saling ngotot dan memanasi, tak ketinggalan saling memprovokasi. Bumbu sedapnya untuk kelompok tertentu masih seperti: kedudukan, pangkat, uang dan jabatan bagi yang atas. Bagi yang bawah cukup berbagai bantuan langsung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan logistik seperti itu niscaya siap menjadi pelaku untuk mengadu dan diadu domba serta dipecah belah.......

Komentar








Lihat episode lain
Buka semua fitur dengan download aplikasi Noice
Kunjungi App