Noice Logo
Masuk

23-1-2023 - Serupa-Nya Dalam Pemberian (Imlek) (PST GKJ Bahasa Indonesia)

6 Menit

23-1-2023 - Serupa-Nya Dalam Pemberian (Imlek) (PST GKJ Bahasa Indonesia)

19 Januari 2023

Nats Alkitab : Lukas 11:37-42 Penulis : G.I. Swannius Bong Harus digarisbawahi bahwa ajaran Kristen tidak menentang tradisi yang baik dari semua suku dan bangsa. Termasuk tradisi perayaan imlek. Tradisi ini dilakukan sebagai ucapan syukur pergantian tahun. Berkumpul keluarga dan bersilahturahmi bersama sebagai wujud dari kegembiraan menyambut tahun baru. Tetapi sayangnya, perayaan Imlek yang baik dan sesuai dengan nilai Kristen terkadang dicemari oleh sikap-sikap egois dan tamak yang datang dari keberdosaan manusia. Bukan hanya persoalan tidak mengikuti mitos atau ajaran nenek moyang. Tetapi dalam perayaan imlek terselip motif-motif yang ingin memperoleh keuntungan dan kemakmuran hanya bagi diri sendiri. Sikap ini bukan hanya datang dari mereka yang menerima angpao tetapi juga dari mereka yang memberikannya. Harus diakui tradisi memberi itu baik, tetapi jika itu datang dari tujuan yang salah, itu tetap salah. Tradisi memberi dengan maksud membuang sial dan untuk memperoleh kelimpahan pada diri sendiri. Motif inilah yang membuat seseorang tidak terlatih mengasihi sesama. Pemberiannya yang bersyarat dan terbatas pada momentum tertentu saja dan kepada orang tertentu. Tidak ada nilai kasih dan keadilan yang terlatih di dalam hati dan hidupnya.  Dalam nas renungan hari ini, Tuhan Yesus diundang oleh seorang Farisi untuk hadir dalam makan bersama di rumahnya. Dalam acara itu, orang Farisi itu heran mengapa Tuhan Yesus tidak membasuh tangan. Matthew Henry menafsirkan bahwa Tuhan sengaja melakukannya karena ada kebenaran harus dinyatakan bagi orang Farisi ini. Hal ini dapat kita lihat dalam ayat 39-42. Ternyata orang-orang Farisi ini melakukan sejumlah tradisi termasuk membasuh tangan bukan dengan maksud kebersihan tetapi sebagai tradisi yang menunjukkan kesucian dan keagamawian mereka di hadapan orang lain. Mereka melakukan sejumlah tradisi yang baik itu dengan maksud yang jahat. Mereka membayar persepuluhan (ay. 42a). Tetapi mereka mengabaikan kasih dan keadilan kepada sesama. Mereka menjadikan tradisi yang dipandang baik dan rohani itu sebagai tameng atas kebusukan yang ada dalam diri mereka (ay. 40-41). Tuhan Yesus menegaskan bagi mereka dengan mengatakan “Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan” (ay. 42b). Artinya tradisi baik seperti membasuh tangan, memberi persepuluhan dan lain-lain harus dilakukan tanpa mengabaikan pemberian kepada sesama. Tidak melupakan orang-orang yang menderita dan kesusahan sekitar. Tidak mengabaikan perbuatan adil kepada mereka yang seharusnya menerima keadilan.   Demikian juga dalam menjalankan tradisi baik dalam perayaan Imlek. Dalam bersilahturahmi; dalam makan bersama; dalam memberikan angpao; dan lain-lain. Tidak boleh mengabaikan kasih dan kebaikan kepada sesama yang di luar yang mengalami berbagai penderitaan dan kesulitan. Tidak boleh mengabaikan belas kasihan. Sikap hati itu juga harus dilatih dalam kehidupan sehari-hari. Tidak boleh mengabaikan apa yang baik dan mulia di mata Tuhan setelah perayaan Imlek. Bagi yang sudah menerima angpao, belajarlah memberi kepada sesama dan pekerjaan Tuhan. Latihlah diri untuk tidak mencintai materi dan dunia ini. Biar lah tradisi baik dilakukan disertai dengan kemurnian hati dan kasih di hadapan Tuhan. Amin.  “Serupa Kristus dalam pemberian adalah melakukan tradisi yang baik tanpa mengabaikan kasih dan keadilan kepada sesama” Pertanyaan Untuk Direnungkan: 1. Bagaimana menjadi serupa dengan Kristus dalam konteks melakukan tradisi yang baik dari Imlek? 2. Apa yang anda dilakukan agar melalui perayaan Imlek kita dapat menjadi berkat sesama?

Komentar








Lihat episode lain
Buka semua fitur dengan download aplikasi Noice
Kunjungi App